01. Taruhan

1K 133 6
                                    


.
.
.

Mata Solid Namjoon membulat sempurna, ketika ia menatap lurus hasil Ujiannya yg tertempel di Mading. Dia tidak percaya, bahwa di semester awal kelas 3 ini peringkatnya bergeser. Dari dulu jaman sekolah menengah pertama, Namjoon tidak pernah mendapat peringkat 2 apalagi lebih dari itu. Namjoon selalu menjadi yg pertama. Tapi kali ini, namanya ada di urutan kedua. Sedang nama yg ada di atasnya kini membuat matanya nyaris saja lompat keluar bersamaan dengan logika yg tak kunjung sampai habis berfikir.

Park Jimin.

Orang yg secara terang terangan mendeklarasikan diri menyukainya, dari kelas pertama sekolah menengah Pertama.

Hebat.

Padahal Jimin itu sibuknya ngejar ngejar Namjoon, ngebucinin Namjoon. Pikirannya pun di penuhin sama Namjoon kalau mau tahu. Tapi dengan mudahnya ia melangkahi Namjoon yg jelas jelas penunggang tetap peringkat pertama.

Luar biasa juga si Park Jimin itu.

Namjoon berlalu, membawa dirinya ke arah kantin sekolah. Dia lapar, dan ingin makan semangkuk ramen panasnya Pak Im juga segelas es sirup merahnya yg segar. Bukan hal buruk kok ada di peringkat kedua.

Sampai di kantin Namjoon bergabung dengan Hosoek, Jackson dan Yoongi. Teman satu servernya.

"Gimana perasaannya, bro?" Baru saja mendudukan bokongnya, sapaan tanya dari Jackson menjadi makan siang pembukanya. Jika pertanyaan ini terasa ambigu makna bagi Yoongi dan Hosoek, tapi bagi Namjoon ini sangat jelas tentang peringkatnya yg turun.

"Gak buruk." Sahut Namjoon santai.

"Gila ya. Gak nyangka gue kalo yg ada di peringkat pertamanya itu orang yg nge-gebet Namjoon." Timpal Hosoek di barengi dengan kikik tawa yg persis seperti kuda.

Namjoon hanya menarik bibir penuhnya membentuk senyum simpul. jika di ladeni, urusannya bisa makin panjang sama Hosoek. Cuma Yoongi, Teman yg mengerti perasaannya saat-

"JIMIINN.."

brengsek! Ternyata Yoongi sama saja.

Leher Namjoon berkelok setelah melihat Yoongi dengan sumringah gusi merah mudanya yg kenyal dengan tangan melambai ke seberang mejanya. Jaraknya cukup lumayan jauh, tapi entah kenapa mata Namjoon sudah amat terbiasa dengan sosok mungil wajah tembamnya Jimin. Mungkin karna Jimin yg terus ada di sekitarnya yg membuat pandangan Namjoon terbiasa. Kalau Namjoon di ibaratkan bumi, mungkin Jimin cocok di ibaratkan dengan satelit. Kecil, tapi selalu berdekatan.

Namjoon beralih, menatap nanar pangsit rebus- Yoongi) yg sedang tersenyum menang ke arahnya. Bibirnya memicing, kesal. Padahal dia kesini untuk makan, bukan untuk di jadikan bahan bully-an. Ah memang teman teman satu servernya ini laknat.

"Joon, janji adalah utang. Inget tuh." Kata Yoongi sambil menyedot asik es sirup hijaunya.

"Emang gue ada ngutang sama lo?" Jawab Namjoon. Mimiknya berubah, menjadi bingung. Biar Namjoon terbilang dari kalangan menengah keatas tapi mana mungkin dia ngutang sama teman-temannya. Yaa kadang-kadang sih juga gitu. :/

Tapi jarang.

Sedang Yoongi, wajahnya semakin senga dengan seringai bibir tipisnya yg dingin. Tapi belum sempat Namjoon mendengar penjelasan, Jackson nyerobot.

"Pura-pura lupa lagi lo!"

"Tau. Udah kalah aja, begitu. Cemen!" Timpal Hosoek mengompori. Tapi demi segelas es sirup merahnya Pak Im, Namjoon berani bersumpah kalau dia benar-benar tidak ingat, dan tidak tau apa yg teman-teman brengseknya katakan.

"Haii.."

Belum sempat Namjoon berfikir lebih jauh, suara yg sedikit agak nyaring di pendengaran sudah menyapa. Jimin melambai persis di depan meja, tepat dimana dia duduk. Senyum cantiknya merekah, senyum yg di tunjukan hanya untuk Namjoon. Sudah tentu. Lalu Jackson, Hosoek dan Yoongi membalas riang lambaian Jimin, yg yaa tentu saja, itu juga sebenarnya di tunjukan untuk Namjoon. Tapi Namjoon tidak merespon, apalagi membalas. Hanya tersenyum cagung karna tak enak.

[✓] Mantan Nge-Gebet || [Nammin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang