Epilog

826 98 29
                                    

Extras

.

"Selamat ya pak Namjoon, anaknya laki laki,"

Namjoon melompat girang, menatap wajah yg sama bahagianya dimana bapak, ibu, si mama, si papa dan si Tante duduk di kursi ruang tunggu operasi. Hatinya begitu senang tak terkira, setelah selama 3 jam terakhir di buat lemas karna Jimin yg menahan rasa sakit dengan wajah pasi dan keringat di kening.

"Tiga."

"Horee ti— hah? Apa?" Namjoon berhenti berjingkat. Otak cerdasnya di buat membeku dengan kalimat terakhir dari sang dokter.

"Iya, anak anda ada tiga. Dan semuanya berjenis kelamin laki laki."

Kali ini bagian ibu ibu yg mendekap mulut menganganya, apalagi ibu baek yg sudah mencakari lengan suaminya dengan airmata bahagia yg deras. Bapak bapak juga tak kalah heboh,  mau di cakar sampai berdarahpun bapak chanyoel tak akan marah. Dia hanya akan senang dan bahagia untuk cucunya. Dan si papa sudah memukul mukul tembok, menahan bibirnya agar tak berteriak keras mengingat ini ada di ruang operasi.

Tapi Namjoon, masih membeku. Bahkan mata sipitnya sukses di buat membesar, dengan bibir yg menganga.

"Tiga?" Pada akhirnya dia bertanya. "Dokter beneran kan ga bohong?"

"Bener."

"Sumpah? Demi apa?" Namjoon kembali meyakinkan.

"Demi kamu." Si dokter malah tertawa sendiri, dan Namjoon menarik sebelah bibirnya. "Demi Tuhan pak Namjoon, anak yg keluar dari perut bapak Jimin tiga."

Perasaan Namjoon langsung campur aduk, hingga tiba tiba saja tubuhnya melemas dan semua pandangannya menjadi gelap. Terlalu bahagia tidak baik rupannya.

Namjoon pingsan.

.

Setelah siuman, aroma pertama yg dapat Namjoon cium adalah teduh dengan pandangan menatap lurus ke langit langit berwarna putih. Dia bangkit dari baringannya dan mendapati Jimin tersenyum di atas brankar di sebrang, dengan selang oksigen yg menempel di hidung. Lantas membuat Namjoon segera bangkit dan menghampiri Jimin.

Bukan sebuah kalimat sapaan seperti biasa yg Namjoon tunjukan, tapi bibirnya sudah lebih dulu mendarat di kening Jimin dan kedua pipi gembilnya. Tangannya di genggam erat, dan seketika airmatanya luruh dengan pemikiran dan rasa sesal. Kenapa dia tak ikut masuk mendampingi Jimin saat persalinan.

"Hei, kenapa nangis?" Serak Jimin, dengan sebelah tangannya yg tertancap selang infus mengusak rambut Namjoon.

"Maaf ya, aku tadi gak nemenin kamu berjuang." Melownya.

"Gak papa. Aku malah khawatir sama kamu yg pingsan." Jawab Jimin dengan sedikit kekehan. "Udah gak papa?"

Namjoon malah tersipu. Malu sih sebenernya, denger dapet tiga anak laki laki malah pingsan karna terlalu senang. Dan yg ada di pikirannya tadi saat pertama kali mendapat triplet adalah, bagaimana dia akan mengurusnya bersama Jimin dengan tiga anak sekaligus?

Tangan Jimin berhenti di pipi Namjoon, mengusapnya sebentar dan mencubit lemah. Seakan membaca pikirannya, Jimin menyuguhkan senyum sambil berkata, "jangan overthinking. Kita pasti bisa ngurus mereka. Ada ibu sama mama, juga ada tante yg pasti seneng bisa jadi bagian ngurus triplet kan?"

Benar kata Jimin, dia lupa kalau ibu ibu mereka akan dengan sangat siap di mintai bantuan untuk mengurus tiga anaknya.

"Kok bisa jadi tiga ya? Terakhir USG kan positif cuma dua?!" Namjoon mengusak matanya dengan sisa airmata. Sedang Jimin hanya mengangkat bahu.

[✓] Mantan Nge-Gebet || [Nammin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang