27. Keluarga

608 90 7
                                    


Benar yg di katakan Yoongi. Orang tua— terutama ibu, adalah orang yg paling menerima keadaan anaknya. Apapun itu. Tempat yg paling tepat untuk kembali pulang setelah jauh tersasar arus keadaan.

Si mama tak marah setelah Namjoon mengatakan bahwa Jimin hamil. Tapi jelas, gurat wajah sedih bercampur kecewa ada di sana. Mungkin benar ikatan batin seorang anak dan ibu terhubung, dengan si Mama yg menaruh curiga saat Namjoon mengutarakan bahwa dia sudah bekerja di perusahaan si papa dan ingin mengambil semester pendek. Tapi tak banyak bicara, si mama hanya mendukung apapun jalan yg di pilih anak bungsunya.

Tapi kini dia tahu alasan kenapa Namjoon pada akhirnya mengambil keputusan itu.

Si mama mengutarakan bahwa dia cukup bangga dengan sikap Namjoon, yg memikirkan tanggung jawab atas perbuatannya. Si papa di telpon, jelas mama tak bisa mengatasi ini sendiri terutama untuk memberitahu orang tua Jimin.

Ajaibnya, kesahnya menguap. Sambil menunggu si papa datang, Namjoon seakan tak lagi punya beban berat sementara yg menghantam wajahnya berkali kali. Di tambah, ia jadi merasa sangat mengantuk setelah beberapa hari— bulan bahkan dia jadi orang yg sulit tidur dengan segala pikiran dan keadaan sulit yg harus di hadapi. Dukungan dari trio brengsekpun tak luput, karna merekalah pada akhirnya Namjoon memberanikan diri bicara pada sang Mama.

"Sini tidur di pangkuan mama." Kata si mama melihat Namjoon dan wajah lelahnya.

Namjoon jadi semakin melow. Akhir akhir ini dia juga jadi orang yg cengeng. Malu sih sebenarnya, tapi coba saja rasakan jadi Namjoon yg di desak keadaan. Mau menjerit, mau teriak, mau marah pada diri sendiri, sampai mau mati pernah terbesit dalam benaknya beberapa waktu lalu.

Sambil menaruh kepalanya di pangkuan si mama di sofa, mata Namjoon basah. Sedang si mama tersenyum cantik sekali kearahnya, sambil tangannya mengusap rambut yg sekarang sudah tak alay lagi. Setiap usapan si mama membuat Namjoon dan hati dinginnya menghangat. Rasanya sudah lama sekali si mama tak melakukan ini padanya. Mama sibuk menghidupi 2 kakak dan dirinya dengan bekerja, dan pulang larut karna harus mengambil lembur demi uang tambahan. Dan faktor utamanya adalah untuk menghilangkan rasa sesak karna perpisahan dan kehilangan buah hatinya.

Namjoon melihat wajah paruh baya yg sudah mulai sedikit mengkerut, namun tetap cantik. Sungguh tertohok hati Namjoon, sudah menoreh luka dalam lagi untuk si mama.

"Maafin Namjoon, ma." Dan kalimat itu lagi lah yg keluar dari mulutnya.

"Mama selalu maafin kamu, sayang. Kamu anak hebat mama." Dan sebulir airmata ikut lolos dari mata cantik yg serupa milik Namjoon. Sedang Namjoon malah semakin terisak di pangkuan si mama. "Ssh, udah mau jadi bapak. Jangan nangis begitu dong."

"Daddy ma. Aku maunya di panggil daddy."

Dalam tangisnya, si mama tertawa begitu juga Namjoon. Dan akhirnya hari berat Namjoon di tutup sementara dengan tidur pulasnya di pangkuan si mama.

.






"Udah berapa bulan?"

Saat Namjoon bangun, bukan cuma ada si papa. Ada Yonghwa kakak pertamanya dan Joonsoo kakak keduanya. Inilah pertama kalinya lagi setelah hari kelulusannya, mereka kembali berkumpul. Dan pertanyaan pertama yg terlontar dari si papa saat Namjoon selesai cuci muka adalah ini.

Dia tak siap di interogasi. Tapi inilah konsekuensinya.

"5 minggu."

"Terus sekarang keadaannya gimana? Kata mama si imut kemarin sempet pendarahan." Itu adalah Panggilan sayang Joonsoo untuk Jimin.

"Udah baik baik aja. Cuma kata dokter kandungannya agak lemah, jadi Jimin harus bedrest."

Mereka hening. Helaan nafas terdengar yg tak tau dari siapa, sebab Namjoon sedari tadi duduk tertunduk. Baru bangun dan di kelilingi orang seperti akan di sunat itu membuat hatinya sedikit ciut.

[✓] Mantan Nge-Gebet || [Nammin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang