12. Bertemu (2)

752 112 22
                                    


.
.
.

Dengan di antar Jimin, pada akhirnya Namjoon mau di bujuk pulang oleh Jimin. Sudah pukul 10 lebih ketika Namjoon tiba di pekarangan rumahnya sendiri, membuatnya merasa takut untuk masuk dan kembali menemukan sang mama yg sedang di cumbu seperti malam itu. Ya, Namjoon sudah menceritakan semuanya pada Jimin tanpa ada yg di tutupi, begitu pula Mamanya Namjoon yg menelpon Jimin.

Genggaman tangan Namjoon mengerat pada Jimin, sekali lagi dia menatap sendu wajah Jimin yg tersenyum.

"Semua akan baik baik aja, Joon. Jimin janji." Kalimat Jimin seolah memberi Namjoon kekuatan untuk menyingkirkan rasa takutnya.

Sejujurnya Namjoon tak pernah keberatan jika sang Mama punya hubungan dengan siapapun. Harapan sederhananya adalah ingin sang Mama bahagia, seperti si Papa yg sudah hidup bersama kekasihnya itu. Yg menghancurkan dan menimbulkan trauma dalam pada diri Namjoon. Sayangnya, Namjoon masih belum bisa terima jika sang Mama bercumbu di depan mukanya.

Bayang bayang dimana dulu sang mama di sakiti sambil di cumbu oleh si Papa terus membekas dalam diri Namjoon, dan Namjoon selalu melihat kejadian itu terjadi pada sang Mama. Dan semua itu Namjoon ceritakan pada Jimin.

Kakinya terus melangkah masuk meski langkahnya terasa begitu sangat berat, sedang tangannya tak henti meremat lengan Jimin dengan sangat erat. Tapi belum sempat dia membuka pintu, pintu sudah terbuka lebar dan menampilkan wajah sang mama yg sembab dan pucat. Membuat Namjoon membeku di tempat dengan tatapan datar.

"Namjoon.." si Mama bergumam, dan langsung berlari memeluk tubuh tingginya. Sedu sedan terjadi, seluruh tubuh Namjoon di peluki dan di usap. Penyaluran rindu yg luar biasa dari si Mama.

Tapi Namjoon tak bergeming, meski dalam hati ia juga sama rindu dengan sang mama. Apalagi melihat wajah mamanya pucat begini. Membuat Namjoon ingin menitikan airmata.

"maafin mama sayang. Maafin mama.." airmata becurcur di wajah si Mama. "Kenapa wajah kamu sayang? Ya Tuhan, anak mama.. maafin mama.."

"Ma.." Namjoon bersuara. Membuat si mama menghentikan kegiatannya memeluki Namjoon. "Namjoon yg salah. Maafin Namjoon."

"Enggak enggak. Seharusnya mama yg ngerti kamu. Seharusnya mama tau dari dulu kamu punya trauma yg parah. Mama yg salah karna mama kurang perhatian sama kamu. Maafin mama, Joon. Maafin mama."

Namjoon balas memeluk si Mama, erat. Sangat erat. Dia rindu, sangat rindu. Bagaimana dia selalu menjaga sang mama agar tak lagi sedih, namun dia ingkar kali ini.

"Aku cuma pengen Mama bahagia. Maaf kalo kemarin aku berlebihan." Namjoon mengusap wajah basah sang Mama, lembut dan penuh sayang.

"Kamu selalu mama maafin, Joon. Mama sayang banget sama kamu." Si mama membelai rambut pirang Namjoon. Menghapus airmata yg juga keluar dari mata solid Namjoon. Lalu keduanya tersenyum bahagia.

"Namjoon.."

Belum sempat Namjoon melihat, tubuhnya sudah di tabrak dan di peluk erat oleh tubuh berbahu lebar. Wangi earthy bercampur Woody yg segar menusuk penciumannya. Dia Seokjin, sang kekasih yg memeluk rindunya.

"J-jinie,"

"Aku khawatir karna kamu terus aja ngereject telponku. Dan mama kamu bilang, kamu ga pulang pulang. Aku khawatir. Selesai manggung, aku langsung ajak kak Soekjung kesini."

Namjoon kehabisan kata saat Jinie terus menempel padanya dan mengecup pipinya. Dia tidak lupa, ada Jimin di belakang. Yg bahkan lingkaran tangan mungil itu kembali di genggamnya. Hingga Namjoon merasakan penolakan dari tangannya yg mengerat dan memisahkannya. Namjoon menoreh, dan melihat Jimin tersenyum lega menyaksikan Namjoon ada di antara sang Mama dan Seokjin.

[✓] Mantan Nge-Gebet || [Nammin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang