Kalian memilih...
A. Paksa Gempa mencari jalan keluar.
"Tahan mereka. Kalau sampai lepas lagi, awas!"
Karna keadaan rapat yang tak sesuai ekspektasi, Y/n membubarkan paksa rapat. Putri tersebut sudah sangat kesal, ia beranjak pergi dari ruangan tersebut.
Gempa?
Tentu saja dibawa paksa, termasuk Aoi. Gempa dibawa ke sel tahanan, sedangkan Aoi dibawa ketempatnya tinggalnya dan dikurung didalam kamar.
Kali ini Gempa benar-benar kesakitan. Dirinya di dorong paksa masuk kedalam sel dan dikunci erat-erat. Sungguh malang nasib remaja satu ini.
Disaat hari mulai gelap pun Gempa masih berdiam diri di selnya, binggung harus berbuat apa. Dia masih sibuk menutupi luka dipinggangnya itu.
Ditengah kumpulan sel yang berjejer ditengah benteng tersebut, Gempa dapat melihat terangnya cahaya bulan.
Remaja itu terus menatap kosong bulan terang itu, rasanya putus asa.
Berbagai cara yang dilakukan masih saja gagal. Karna energi aneh yang mengelilingi benteng sel, membuatnya sama sekali tak bisa menggunakan kekuatannya.
"Aku... Harus bagaimana.." monolognya putus asa.
Tiba-tiba Gempa mengingat gumpalan kertas ang dilempar oleh Alariace padanya. Remaja itu pun mengambil gumpalan kertas tersebut dari kantongnya.
Dibukanya lembaran kertas tersebut.
Vous êtes stupide ! J'espère que tu ne mourras pas si tôt. Ne vous méprenez pas, je fais ça pour vous les gars.
"Ha...?"
"Apa ini...?"
Gempa semakin pusing dengan isi kertasnya, dia pun mengabaikan kertas tersebut dan kembali memegangi pinggangna yang sakit. Sungguh mengesalkan.
Jangan salah, Gempa memiliki gangguan Generalized anxiety disorder (GAD) atau gangguan kecemasan.
Dan sekarang ia merasakannya saat ini. Panik, cemas, gelisah, semuanya bercampur.
"Hei."
Lamunan Gempa terbuyarkan saat melihat seorang penjaga yang tengah membawa nampan dibalik jeruji besi.
"Makanlah, Saya tau kamu belum makan." ucap penjaga itu.
Gempa hanya terdiam, dia mengamati pakaian penjaga itu. Dia masih muda, pakaiannya pun rapi.
"Lady membawamu kemari karna alasan tertentu bukan?"
Gempa mengangguk, ia masih setia menatap wajah penjaga tersebut.
"Kenapa kau bekerja ditemoat terpencil kayak gini?" tanya Gempa yang tak
Sedikitpun merubah posisinya.Penjaga muda tersebut tak menjawab, dia hanya berbalik arah dan membelakangi Gempa, lalu menatap lekat bulan yang bersinar terang.
"Kalau diceritakan itu akan sangat panjang. Aku saja tak tau harus berkata apa dengan dunia konyol ini." ucapnya yang masih senantiasa menatap bulan.
Hening....
Tak ada suara...
"Ah, sudahlah. Sampai bertemu nanti!"
Penjaga itu mengucapkan salah selamat tinggal dan meninggalkan Gempa sendiri di sel tersebut. Membuatnya kembali tersadar kalao ia sedang di penjara.
Apa yang barusan terjadi hingga membuatnya bisa tenang sejanak tanpa memikirkan beban pikiranya tadi?
Seketika Gampa menggeleng, Ia pun segera memikirkan jalan keluar dari sel ini. Pemuda itu mengamati seluruh sel dengan cermat, memang terlihat luas. Namun, tak mungkin tempat seluas ini tak ada rahasia, bukan?
Dengan pengalamannya bersama Solar, Gempa pun mengamati dengan seksama bagian jeruji kokoh itu.
Karna suatu ide terlintas dipikirannya, dia mencoba menggunakan kekuatannya.
"Hiyak!"
Dengan tangannya yang terlapisi tanah kokoh, dia berusaha menjebol jeruji tersebut dengan sekuat-kuatnya, namun yang ada malah sarung tangannya hancur.
Gempa sudah menduga, kalau tempat itu memang memiliki kekuatan aneh yang belum Gempa ketahui asalnya milik siapa, namun ini familiar.
Namun, Gempa tiba-tiba teringat dengan sebuah kode.
♪Π•
"Yang benar saja dia gak balek sampa jam segini?! Aku udah gabisa mikir positif, ini udah pasti ada masalah, Taufan!"
"Tapi Blaze, sabar dulu. Iya Taufan tau ini ada masalah, tapi kita tenang dulu!"
"Jangan dulu, Blaze. Gakan ada yang selesai gitu aja sama modal emosi."
"Thorn khawatir sama Gempa..."
Di petangnya malam hari perseteruan keempat orang terjadi satu sama lain. Diatas lembah yang sunyi dan hanya diberi penerangan oleh api ungun hasil dari api milik Blaze.
"Ini pasti sulit... Gempa cuma sendiri, nggak kayak Hali sama Solar." Ice memijat keningnya, dirinya sedang tress berat.
"Lalu kenapa kita ga bertindak?! Yang bener aja Ice!!" bentak Blaze.
"Blaze jangan membuat pertengkaran malam-malam gini." jawab Ice dingin.
"Ice, apa lo tega biarin dia?! Kita udah ninggalin Hali sama Solar, jangan lagi Gempa!!" balas Blaze tak terimah.
Ice yang sudah naik darah pun mencengkram kerah baju Blaze dengan kuat dan menyokyak-oyak tubuh nya dengan kasar.
"AKU TAU!! BISA NGGAK SIH LO SABAR BENTAR AJA?! KITA MULAI PENCARIAN NANTI SUBUH, NGGAK SEKARANG YAH, BANGSAD!!!"
Semua kata-kata kasar, dan nama hewan-hewan dilontarkan lantang oleh Ice yang sedang meluapkan emosinya.
"Cu-cukup... Ini sudah malem-!"
"Cukupp, Ice, Blaze jangan buat ribut malem-malem!"
Brukk
Ice berhenti. Setelah dirinya puas melampiaskan emosinya tadi, dia kembali mendaratkan tubuhnya di sebuah kayu yang digunakan untuk duduk, sedangkan Blaze masih setia duduk diatas tanah.
"Cukup, sudah nurut aja. Semua dilakukan nanti subuh. Gada penolakan!" ucap Taufan pada Blaze, si empu hanya diam dengan kesal.
♪Π•
"Hah... Hah-! Lo gapapa, Hali? Ha.."
Solar kini sedang membopong Halilintar. Mereka masih di lab, bersama 3 orang yang telah pingsan dan diikat ketat.
"Sol... Pelan-pelan-!" ringisnya sakit.
"Tahan Hali, kita keluar dulu dari sini." ucap Solar yang masih membopong Halilintar.
Apa yang harus Solar lakukan?
A. Tetap membopong Hali.
B. Obati dulu, baru lanjut kabur.♪Π•
♪Π• Makasih buah kalian yang udah sabar banget nunggu nih ff up.
♪Π• Ara minta maaf banget karna ketidak konsistenan Ara dalam up semua book
♪Π• n) pilihan sangat berpengaruh dengan alur cerita. Keselamatan para elemental ditangan kalian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Prince of Elements
AdventureKetujuh kawanan pemuda menduduki bangku kelas XII di sebuah kota yang dikenal dengan nama Pulau Rintis. Ketujuh pemuda itu melakukan camping di atas bukit yang lumayan jauh dari rumah masing-masing. Selama kegiatan camping berlangsung, semuanya bai...