Pengeran Voltra dan Gamma

2.3K 209 18
                                        

"Bodoh!!"

"Eh?? Aku kan nggak sengaja!"

"Ck, sudahlah!"

Halilintar merasa geram dengan Solar. Solar dari tadi mengganggunya dalam mamahami tulisan-tulisan pada buku yang dipinjamnya.

Solar malah tertawa puas dengan jawabannya. Tandanya Ia berhasil membuatnya marah.

"Ihh... Lili-Chan ngembekan, ihh!!" Godanya yang semakin menjadi.

"Di.am."

Tingkat kesabarannya sudah mencapai puncak(?). Halilintar menutup buku itu dengan kasar, dan memandang Solar dengan intens.

"Kau... Sangat menggangu!!" Ucap Halilintar yang duduk di depan camp fire.

Disana hanya ada mereka berdua. Sahabat-sahabat mereka mudah masuk dan tidur di tenda.

"Ayolah~ Aku bosan." Balas Solar dengan cemberut dan suara yang di sok imutkan.

"Sudahlah aku tak peduli." Halilintar masuk kedalam tenda meninggalkan Solar seorang diri.

Keesokan harinya Solar bangun lebih dulu. Dia menggunakan kacamatanya dan keluar tenda.

Ada buku disana.

"Eh? Buku siapa? Nggak mungkin yang lain bawa buku segede ini. Nggak cukup didalam tas." Solar menebak-nebak.

Akhinya dia membangunkan yang lain dahulu untuk sarapan bersama, dan mencoba membuka bukunya bersama.

"Memangnya siapa yang taruh buku itu? Terlihat seperti buku bersejarah." Ucap Ice dengan binggung.

"Hm.. aku tak tau, tapi ditengah buku itu seperti ada cristal. Warnanya menyala-nyala dengan dominan warna orange." Ujar Solar menunjuk tengah dari cover buku yang terbuat dari kulit itu.

"Buka?" Tanya Solar ragu.

"Hm, buka!" Balas Halilintar.

Remaja berkacamata itu akhirnya membuka segel buku itu dan membuka halaman awal. Mereka ternganga dengan halaman awal yang menyala-nyala pada huruf asing tersebut.

"Aku nggak bisa baca. Aku nggak tau artinya." Ucap Solar.

"Bahasa ini saja kau nggak tau." Ejek Halilintar yang akhirnya membacakan.

"Selamat datang para pahlawan. Potal masuk akan segara dibuka–" Halilintar menghentikan acara menerjamahkannya.

"Eh? Porta–" Belum sempat Gempa selesai berbicara langsung mereka disedot bejama'ah.

"Huaaa!!!"

"A-apa ini?!"

Sekiranya itulah kepanikan mereka. Dalam perjalanan didalam portal.

Ketujuhnya terjatuh dari ketinggian 3 meter menggapai tanah. Tak lupa buku yang mereka baca duduk rapi di tanah.

"Aduh!! Halii!!! Kamu beratt!! Bediri!!" Rengek Solar yang merasa sakit ditindih kawannya.

"Aduh.. kok bisa jatuh–" Blaze menghentikan kata-katanya dan menganga lebar. Sekarang mereka ada di hutan.

"Bu-buku ini yang bawa kita?" Tanya Taufan ragu.

"Wahh, Thorn belum pernah liat bunga sebagus itu!! Ditengahnya juga ada rumah yang lumayan besar tuh!" Tunjuk Thorn yang melihat rumah.

"Kita kesana? Mungkin saja ada petunjuk." Balas Solar.

Semuanya mengangguk dan akhirnya memutuskan untuk menghampiri rumah itu.

Rumah tersebut berada ditengah-tengah kebun dan taman bunga. Dindingnya seperti dari batu bata. Namun berwarna putih. Sedangkan lantai duanya menggunakan kayu. Terbilang bagus karna masih terawat dari luar.

Prince of ElementsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang