Murka

687 70 9
                                        

"Hah?? Kok bisa??"

Kali ini kekesalan Alariace sudah tak dapat dibendung lagi. Dia sudah mendapat banyak pekerjaan diusia 19 masih saja ditambahkan dengan masalah lain yang diluar pengawasannya.

"Cari sekarang. Aku tidak mau tau!"

Sifat dingin nan menakutkan dari aura Alariace cukup membuat para pengawal ketakutan dan langsung membungkuk sebentar, lalu keluar dari ruangan penuh dokumen itu.

Brakk

Alariace memukul kesal meja tempatnya menulis tadi. Dengan amarah yang masih koar-koar, dia pergi dari tempat duduknya barusan dan beralih duduk di sofa yang berhadapan dengan kembar abu.

Dari sorot wajahnya sangat menampakkan ketidak puasan terhadap laporan hari ini.

"Bisa kabur?"

Alariace mengangguk kasar, dia menumpu kepalanya kepada tangan kiri yang ada dipinggiran sofa.

Tak lama setelahnya kembar kuning barusan datang dari kelas tambahannya. Ntah, sejak kapan dia mengambil kelas tambahan.

"Konbawa.." ucapnya pelan.

"Malem." jawab satu-satunya perempuan disana.

"Aku udah denger dari Miss Befferly."

Atsumu duduk disebelah Alariace, dia dapat merasakan dengan jelas aura kesal dan marah dari kedua orang dekatnya. Hanya saja dia tak mau bertegur sapa dengan kembarannya karna masalah pagi itu.

...

"Tsum..."

Keduanya menoleh, Atsumu hanya berdeham.

"Besok, ikut gue ke Ibukota. Gada penolakan!"

"Ha????"

»

"Berapa harganya?"

"Dua perak saja."

Pagi ini para elemen-minus HaliSol pergi menelusuri Ibukota. Keramaian disana membuat mereka nostalgia dengan kehidupan sebelumnya.

Sebenernya tujuan awal mereka adalah kembali ke istana, tapi Blaze, Taufan, dan Thorn mengajak bermain sebentar.

"Setidaknya refreshing sebentar, biar otak ga meledak." katanya.

Mau tidak mau, dan Gempa harus menurutinya, sebab bila tidak dituruti maka mereka akan merengek dan loyo.

"Hah... Oke, kemana lagi."

Pagi hingga siang itu di penuhi dengan jadwal mengelilingi festival mingguan. Mencoba banyak hal dan banyak pengalaman.

Dari mencoba tawar menawar, mencoba permainan-permainan disana, mencoba makanan, dll.

Sungguh banyak hal baru disana.

"Hah... Laper."

"Iya, Thorn juga, huhu."

Taufan dan Thorn mengeluh lapar, karna memang sudah jamnya makan siang Gempa memaklumi hal itu.

"Yaudah ayo ke taman sana kita tata karpet duduk dideket pohon sana." usul Gempa yang membuat Trio Tm kembali bersemangat.

»»»

Setelah beberapa menit menata akhirnya kelima remaja itu makan dengan puasnya. Pemandangan taman yang luas itu memang benar² indah, Ice mengakuinya.

Setelah beberapa saat Gempa merasa ingin ke toilet. Dia pun pamit pada teman-temannya dan langsung kabur mencari toilet.

Setelah beberapa saat mencari Gempa menemukan gedung khusus toilet umun, dia pun memasukinya.

Prince of ElementsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang