Tuan : Kamu sudah menemukan yang baru ya?
Saya : Kenapa?
Tuan : Saya menyesal melepas kamu.
Saya : Bukankah hari itu Tuan yang memilih menyudahi? Maka sesalmu saat ini adalah resiko dari pilihanmu hari itu.
Tuan : Saya masih tidak rela kamu mendapat yang lain. Saya tidak ingin kamu menaruh hati pada orang selain saya.
Saya : Tuan hanya belum terbiasa.
Tuan : Saya tau kamu dekat dengan ini dan itu. Tapi sejujurnya, saya berharap kamu tak benar-benar pergi. Saya pernah berniat mengajakmu kembali, sebab saya tak rela kamu pindah hati.
Saya : Kenyataannya Tuan tak pernah mendatangi saya untuk mengulang cerita. Ego dan keras kepalamu jelas masih ada.
Tuan : Maaf.
Saya : Itu bukan solusi. Saya tau Tuan terluka. Saya juga.
Tuan : Dan kita sama-sama butuh plester. Mungkin bila kamu kembali pada saya, bukan plester yang kamu terima. Melainkan luka baru.
Saya : Terima kasih sudah mengerti. Saya memang tak berniat kembali, terlepas Tuan mendatangi atau benar-benar pergi.
~Selaksa Noktah
KAMU SEDANG MEMBACA
Selaksa Noktah (END)
PoetrySelaksa Noktah. Tolong tetap tinggal, saya tak terbiasa dengan orang baru. Kumpulan sajak sepuluh dasa seri pertama. Tentang ribuan noktah, yang saya rangkai menjadi kisah. Tentang ribuan titik, diantara peraduan detak dan detik. Tentang kita, yang...