Saya : Kenapa Tuan menyukai saya?
Tuan : Kenapa kamu bertanya seperti itu?
Saya : Saya hanya ingin tau saja.
Tuan : Kamu meragukan perasaan saya?
Saya : Ya bukan seperti itu. Hanya masih tidak menyangka saja, bahwa-
Tuan : Bahwa pangeran lebih memilih upik abu daripada tuan putri?
Saya : Ya begitulah.
Tuan : Berapa kali saya katakan, saya menyukaimu bukan dari apa yang terlihat. Tapi dari apa yang ada dalam dirimu, yang membuat saya terpikat tanpa kamu menunjukkannya.
Saya : Benar begitu?
Tuan : Tentu. Percaya atau tidak, kamu tampak berbeda. Saya memilihmu karena kamu tak sama dari yang lain, kamu itu spesial.
Saya : Jangan bicara seperti itu!
Tuan : Kenapa?
Saya : Saya takut baper.
Tuan : Baper saja. Saya tanggung jawab kok orangnya.
Saya : Apakah Tuan bisa janji untuk tetap berada di sisi saya apapun yang terjadi?
Tuan : Begini, saya tak pernah memberi janji pada wanita sebelumnya.
Saya : Lantas, bagaimana nasib saya jika suatu saat nanti Tuan sudah jengah?
Tuan : Jangan memikirkan hal negatif yang belum terjadi! Meskipun saya tak mampu memberi janji, tapi saya akan selalu menjaga agar kamu tetap di sisi.
Saya : Memangnya Tuan yakin, bahwa Tuan tak akan pergi jika suatu hari ada orang baru yang menjadi pengganti?
Tuan : Ibarat sebuah rumah, saya adalah Tuan. Dan saya tak akan membiarkan ada tamu yang mengusik kenyamanan saya dan kamu. Seorang Tuan yang bijaksana tak akan mempersilahkan orang baru masuk tanpa izin dari Nyonya rumah, bukan?
Saya : Jadi, jika saya memberi izin, Tuan mau mempersilahkan orang baru itu untuk masuk? Begitu?
Tuan : Jika kamu memberi izin, artinya kamu sudah siap kehilangan saya. Kamu siap?
Saya : Tidak akan pernah siap.
Tuan : Makanya, tak perlu merisaukan saya berpaling atau tidak. Meskipun saya tak memberimu janji, tapi saya akan berusaha mempertahankan kamu setiap harinya.
Saya : Jangan lelah menghadapi saya! Jangan berhenti ketika saya tak sebaik tuan putri di luaran sana!
Tuan : Saya tak akan pernah lelah, tak akan pernah berhenti. Kecuali kamu yang menghendaki saya untuk pergi.
Saya : Tidak. Saya tak akan pernah meminta Tuan untuk pergi. Mana mungkin saya lepaskan sebuah berlian yang telah saya gali dalam-dalam?
Tuan : Tetaplah di sini, jangan pernah meragu untuk bercerita apapun pada saya. Karena saya adalah tempatmu berlabuh.
Saya : Terima kasih atas hati yang sudah Tuan percayakan. Saya tak akan mengecewakan.
~Selaksa Noktah
KAMU SEDANG MEMBACA
Selaksa Noktah (END)
PoesíaSelaksa Noktah. Tolong tetap tinggal, saya tak terbiasa dengan orang baru. Kumpulan sajak sepuluh dasa seri pertama. Tentang ribuan noktah, yang saya rangkai menjadi kisah. Tentang ribuan titik, diantara peraduan detak dan detik. Tentang kita, yang...