Teruntuk hati,
Tolong jangan pecicilan kesana kemari
Jangan berlari dan membuat saya bimbang
Antara ingin berhenti atau berjuangTeruntuk Tuan,
Sungguh saya lelah
Mengikuti hati yang terus mengejar Tuan
Tapi saya harus bagaimana?
Tampaknya hati saya keras kepalaSeketat apapun saya menghalang
Sekuat apapun saya melarang
Tetap saja hati saya akan berlari ke Tuan
Meski Tuan menjauh dan menghindar
Jengah akan kelakuan hati sayaTeruntuk pikiran,
Katamu lebih baik saya berhenti
Agar saya tak larut dalam patah hati
Katamu rasa ini tak usah diteruskan
Agar saya tak jatuh semakin dalamTapi hati saya berkata lain
Ia menyuruh saya untuk terus mengejar
Meski jujur saya lelah
Ia menuntun saya untuk tetap berjuang
Meski kehadiran saya diabaikanLalu, manakah yang harus saya turuti?
Hati atau pikiran?
Entahlah, saya bimbang~Selaksa Noktah

KAMU SEDANG MEMBACA
Selaksa Noktah (END)
PuisiSelaksa Noktah. Tolong tetap tinggal, saya tak terbiasa dengan orang baru. Kumpulan sajak sepuluh dasa seri pertama. Tentang ribuan noktah, yang saya rangkai menjadi kisah. Tentang ribuan titik, diantara peraduan detak dan detik. Tentang kita, yang...