MPOTML - PART 20

1.9K 45 0
                                    

Pagi-pagi sekali Gabie sudah siap dengan setelannya. Mengemudi mobil audi hitam dengan kecepatan cukup tinggi untuk segera sampai tujuan. Tujuannya pagi ini adalah bertemu dengan Marcus. Itu saja.

Tak memakan waktu lama, Gabie sampai di sebuah hotel yang akan segera diluncurkan itu. Menatap sekeliling yang masih sepi. Bahkan hanya beberapa karyawan yang berlalu lalang masuk hotel.

Kaki jenjangnya berjalan masuk menuju restoran hotel untuk mengisi perut. Pandangan yang ia dapat adalah restoran itu masih sepi dan sedang menyiapkan bahan dan juga alat untuk segera dibuka. Ternyata ia sudah menjadi pelaris pertama.

Sambil menunggu restoran itu dibuka, Gabie memainkan ponsel hingga kesadarannya berada dibawah kendali alam mimpi. Sungguh rasanya cukup nyaman meskipun hanya tertidur diatas meja makan dibandingkan ranjang rumahnya.

Pukul 6 kurang 10 menit Marcus sudah hadir di hotel barunya. Berjalan menuju restoran untuk memesan kopi panas agar menjadi temannya bersama dokumen perusahaan nanti. Kemudian tatapannya jatuh pada seorang perempuan yang tertidur pulas dengan kepala diatas meja.

Sepertinya perempuan itu telah bekerja cukup keras.

"Ini kopi pesanan Anda, Tuan," ucap barista restoran. Marcus segera memberikan black card  untuk membayar pesanannya.

"Maaf ingin bertanya sebentar. Siapa perempuan yang tertidur itu?" Tanya Marcus pada barista.

"Kurang tau, Tuan. Sejak restoran ini belum dibuka, wanita itu sudah hadir."

"Baiklah terima kasih," ucap Marcus setelah mengambil kartunya. Kemudian Ia menghampiri perempuan yang tertidur itu.

Jarinya mengetuk meja untuk membangunkan wanita itu. Ketukan pertama masih tidak ada jawaban. Marcus menambah tenaganya agar suara ketukan terdengar lebih keras.

Wanita itu cukup terkejut. Mengusap wajah lalu melihat orang dihadapannya saat ini. "Marc? Kau sudah datang rupanya."

"Elle? Apa yang ingin kau lakukan disini?"

"Mencarimu, Marc. Aku sudah menunggumu sejak tadi."

"Kalau begitu ikut aku," ucap Marc lalu berjalan menuju ruangannya.

Sesampai disana, mereka duduk disofa. Marcus melepas kancing jasnya agar lebih leluasa. Kemudian tatapannya terarah pada Gabie. Cukup terkejut ketika baru menyadari bahwa terdapat luka lebam dibagian tulang pipi Gabie.

Marcus hanya diam tak ingin mengorek informasi apapun. Meskipun didalam lubuk hatinya cukup emosi dan ingin sekali bertanya. Bahkan ingin mengobati luka itu.

"Ada perlu apa mencariku?"

Kepala Gabie menunduk, tak berani menatap Marcus. "A-aku ingin kau kembali pa-padaku," ucap Gabie dengan suara bergetar. Sepertinya wanita ini akan segera menangis.

"Bukankah aku sudah mengatakan kemarin? Kita tidak bisa kembali seperti dulu."

Dengan keberanian yang cukup besar, Gabie menatap Marcus yang berkaca-kaca. "Marc... maafkan aku jika selama ini menyakitimu. Aku tau kau bukan orang pendendam. Tapi cobalah untuk menerimaku kembali."

"Dengar ucapanku baik-baik, meskipun aku bukan orang pendendam, tapi aku tak ingin merusak rumah tangga orang lain karena diriku."

"Percayalah, aku dan Luiz akan segera berpisah. Aku sudah tak tahan dengannya. Kau lihat ini? Ini, ini, dan ini," ucap Gabie sambil menunjuk luka ditubuhnya.

"Bagaimana bisa bertahan hidup jika aku tinggal dengan orang gila seperti Luiz," sambung Gabie.

Gabie meraih tangan Marcus. Menggenggam tangan besar dan kasar itu dengan jemari lentiknya. "Tolong bantu aku, Marc. Bantu aku untuk mengakhiri rasa penyesalan ini."

My Protector Of The Mafia LeaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang