5. Kehidupan Ryszard

447 155 15
                                    

"Tuhan aku masih kebagian porsi
untuk bahagiakan?"

🐝🐝🐝

Pukul tiga dini hari Ryszard telah pulang kerumahnya sedangkan para sahabatnya masih tidur dengan pulas di markas.

Ryszard membuka pintunya dengan menggunakan kunci cadangan yang selalu ia bawa kemana-mana, saat ia telah melangkahkan kakinya untuk masuk ia tiba-tiba berhenti.

Ryszard memandangi semua sudut sisi rumahnya, satu hal yang mendeskripsikan keadaan rumahnya yaitu terlihat sunyi, rumah yang begitu besar, harta yang bergelimang tak mampu membuatnya bahagia.

Ia dengan pelan melangkahkan kakinya menuju meja yang terdapat diruang tamu utama, menatap dengan sendu sebuah figuran seorang pria berusia tiga puluh lima tahun dengan anak laki-laki yang berusia lima tahun yang tengah berada di atas pundaknya.

Ryszard mengambil foto itu lalu tangannya terangkat untuk mengusap foto tersebut dengan lembut.

Usapan yang tadinya begitu lembut berubah menjadi remasan saat Ryszard merasakan sesak di dadanya, matanya memerah menahan sesuatu yang ingin keluar.

"Ayah Ryszard kangen ayahh." lirih Ryszard.

"Ryszard jagoan ayah sekarang udah besar, udah gak bocah lagi heheheh."

"Ryszard sekarang juga udah bisa naik motor yang besar yah, Ryszard jago kan yah? Iyalah anak ayah gitu loh." Ryszard terkekeh pelan. "Oh iya yah kemarin pas kenaikan kelas Ryszard dapat peringkat satu loh di kelas, Ryszard pintar kan? Iyalah kan ayah pintar jadi otomatis pintarnya ayah turun ke Ryszard dong."

Tess...

Satu bulir air mata yang ia tahan berhasil lolos membasahi pipinya.

"Ayah disana baik-baik kan? Ayah gak kangen sama Ryszard yah? "

"Disana ayah lagi apa? Kok ayah gak pernah lagi datang ke mimpi Ryszard? Ayo yah datang ke mimpi Ryszard lagi, Ryszard kangen banget ngeliat wajah ayah meskipun cuman dalam mimpi tapi itu udah ngobatin rasa rindu Ryszard ke ayah."

"Ryszard rapuh yah.. , Ryszard kesepian, Ryszard butuh ayah hikss...hikss.. " Tangisan Ryszard pecah, ia meremas dadanya dengan kuat tak sanggup menahan sesak di dadanya.

"Ryszard mau nyusul ayah boleh gak? Ryszard udah gak sanggup ayah hiks....Ryszard udah nyerah gak ada yang peduli sama Ryszard yah..hikss....Ryszard capek yahh..R-Ryszard capek yahh hikss...hikss..."

"Mama jahat yah ayah? Andai aja mama gak ngelakuin hal yang gak sepantasnya ia lakuin, pasti ayah masih bisa disini sama Ryszard."

"R-Ryszard kangen banget sama ayah hikss...Ryszard mau ayah B-balik lagi hikss...dunianya Ryszard hancur tanpa ayah hiksss..."

"R-Ryszard gak bisa ngelanjutin H-hidup tanpa ayah hikss...Ryszard cengeng yahh.. Ayo J-jemput Ryszard yah hiksss...Ryszard sakit yahh sakit banget hikss...masa ayah tega ngeliat Ryszard sakit sendiri disini hikss...hikss ayo bawa Ryszard sama ayah Ryszard gak kaut yahh hiksss..."

Nyeri merembesi dada Ryszard ketika kembali mengingat perbuatan mamanya yang menyebabkan ayahnya bisa meninggal.

Ryszard menghapus air matanya dengan kasar, tatapan yang tadinya penuh dengan kesedihan kini berubah dengan tatapan penuh kebencian ketika matanya melihat sebuah foto yang didalamnya seorang wanita paruh baya berumur tiga puluh dua tahun tengah tersenyum.

Disimpannya foto ayahnya dengan dirinya dengan pelan lalu tangannya bergerak untuk mengambil foto wanita paruh baya itu.

Ryszard melihat foto itu dengan tatapan yang tak bisa di artikan.

RYSZARD (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang