"Jadi kamu dan Elena selingkuh di belakangku? Begitu?"Joanna langsung berdiri dari duduknya. Kemudian mendorong Jeffrey hingga lagi-lagi jatuh di atas ranjang.
"Pikiran kotor macam apa itu!? Mana ada aku selingkuh dari istriku!"
Jeffrey langsung menarik tangan kanan Joanna. Hingga membuat wanita yang sedang berkacak pinggang itu ikut jatuh di atas tubuhnya.
"Sayang... perjalanan kita untuk sampai di tahap ini tidak mudah. Mana mungkin aku tega menghianatimu demi Elena. Dia hanya masa lalu. Dulu, kita memang sempat dekat selama kurang lebih satu tahun. Hanya itu hubungan dengan Elana yang kusembunyikan darimu. Sayang, aku minta maaf karena telah membuatmu cemburu. Aku sangat mencintaimu dan tidak akan pernah bisa berpaling darimu."
Joanna yang sama sekali tidak percaya dengan ucapan suaminya, kini langsung memalingkan wajah ketika dia berusaha memagut bibirnya. Kemudian bangun dan meninggalkan Jeffrey yang tampak kecewa karena kantung testisnya tidak jadi dikosongkan sekarang.
3. 10 PM
Dari pagi hingga sore, Joanna hanya tidur saja. Tidak makan dan tidak menanggapi Jeffrey yang terus saja menggoda dirinya. Ya, apalagi kalau bukan untuk meminta jatah karena minggu ini dia melewatkan dua kali jatah bercinta.
Seperti sekarang. Meskipun baru saja selesai mandi karena akan bergegas ke rumah sakit untuk menjemput Elena dan Senna, Jeffrey masih menyempatkan diri untuk mengusap lekukan pinggang istrinya yang masih tidur memunggungi dirinya.
"Sayang, kalau kamu bangun sekarang---aku tidak akan pergi. Aku akan lebih memilih menemanimu di sini."
Tidak hilang akal, saat ini Jeffrey bahkan sudah menaiki ranjang dan mengecupi pundak terbuka istrinya yang saat ini hanya memakai terusan malam berwarna hitam dengan tali spaghetti tanpa dalaman.
"Kalau masih marah denganku, paling tidak makan dulu. Dari pagi sampai sore kamu tidak makan apapun. Sayang... ayo bangun!"
Karena sudah tidak sabar, kali ini Jeffrey langsung mengangkat tubuh Joanna dan membuatnya duduk di pangkuannya.
"Lepas!!!! Pergi sana! Tidak perlu pulang sekalian!"
Bukannya marah, Jeffrey justru tertawa gemas. Karena merasa istrinya sangat menggemaskan sekarang. Serius, dia tidak menyangka kalau rasa cemburu Joanna pada Senna dan Elena begitu besar. Sampai-sampai membuatnya kelepasan menampar istrinya hingga mogok makan seperti sekarang.
"Fine, aku tidak akan pergi! Sebagai gantinya, kamu harus mandi sekarang, kita cari makan di luar! Aku tidak suka kalau istriku kurus dan tidak memiliki lemak. Nanti tidak ada yang bisa diremas, hehehe."
Plak...
Joanna yang kesal langsung menepis tangan Jeffrey yang sudah berada di atas dadanya. Mau mencari kesempatan dalam kesempitan. Padahal, saat ini Joanna masih dibalut selimut tebal meskipun di dalamnya hanya memakai pakaian tipis saja.
Joanna akhirnya berdiri dari ranjang. Bergegas mandi dan memakai pakaian santai seperti apa yang dikenakan suaminya. Jeans dan atasan hitam saja. Dengan rambut yang sudah dikuncir kuda ala anak muda.
5. 30 PM
"Sayang, nanti ke rumah sakit sebentar, ya? Sebentar saja, kasihan Elena dan Senna. Mereka masih ditahan karena urusan administrasi Senna bermasalah."
Joanna hanya menatap Jeffrey kesal. Karena saat ini, mereka baru saja selesai melangsungkan acara makan di restoran dekat rumah sakit tempat Senna dirawat.
Joanna curiga, kalau sebenarnya hal ini sudah direncakan sebelumnya. Bahwa sejak awal---Jeffrey memang masih ingin mengantar Elena dan Senna meskipun telah berjanji tidak akan melakukan itu ketika membujuknya makan.
Benar-benar buaya! Ucapannya tidak bisa dipercaya!
Batin Joanna.
Setengah jam berlalu. Saat ini Elena dan Senna sudah duduk di kursi belakang sembari tersenyum haru. Entah karena apa, yang jelas Joanna tidak mau tahu.
"Kenapa mereka ikut?"
Tanya Joanna dengan suara kencang. Sengaja, supaya mereka sadar jika kehadirannya tidak diinginkan.
"Sayang, kita antar mereka ke rumah Mama sebentar. Mereka membawa banyak bawaan. Dua koper besar. Kasihan."
Elena tampak tersenyum kaku, kedua matanya juga sedikit melirik Jeffrey yang sedang mengusap pundak Joanna dengan lembut.
Ada sedikit rasa cemburu di hatinya. Dia iri pada Joanna karena seharusnya dia yang berada di sana. Menikah dengan Jeffrey yang memiliki peringai baik dan bersahaja. Bukan seperti Jeffran yang temperamental dan kasar.
6. 20 PM
Setibanya di rumah Jessica, Joanna tampak tidak dianggap. Terlebih oleh Jessica yang sedang sibuk memangku Senna yang tampak masih pucat dan sesekali meliriknya tidak suka.
Wajar saja, karena Senna pernah melihat Joanna melabrak ibunya di ruang rawat. Mengatai Elena jalang, tidak tahu diri dan bla bla bla hanya karena Jeffrey lebih sering tidur di rumah sakit daripada di rumah bersama dirinya.
"Apa lihat-lihat!?"
Tanpa rasa takut, Joanna mengatakan itu pada Senna yang tidak berhenti menatap dirinya tajam. Seolah-olah dia adalah macan yang siap menerjang mangsa.
Jessica tidak menggubris ucapan Joanna, karena saat ini dia masih berusaha membuat cucunya berbicara banyak hal padanya. Karena Elena sedang merapikan barang. Yuno dan Jeffrey, mereka hanya tertawa karena mengira Joanna hanya bercanda. Tidak sedang sungguhan ingin mengintimidasi Senna.
"Pantas saja tidak kunjung diberi anak. Istrimu saja jahat. Lihat! Sejak tadi dia tidak berhenti memelototi Senna!"
Komentar Jessica yang baru saja menyadari kalu sejak tadi Joanna tidak berhenti menatap Senna dengan tatapan tajam, persis seperti yang anak itu lakukan padanya.
"Joanna hanya bercanda, Ma. Senna, ayo Om pangku!"
Jeffrey langsung berdiri dari duduknya, kemudian mengambil Senna dari pangkuan Jessica.
"Tante jahat! Dia pernah membuat Mama menangis kencang!"
Bukannya takut, Joanna hanya tertawa pelan. Kemudian mendekatkan diri pada Senna yang sedang dipangku suaminya.
"Oh, iya? Bagus, dong! Itu berarti Mamamu sadar kalau dia salah. Cepat turun! Jangan manja dengan suamiku!"
Joanna sengaja mencengkram salah satu lengan tangan Senna, membuat si pemilik mulai menampilkan raut takut dan siap meludahi wajah cantik perempuan di depannya.
Tenang, next chapter ketemu Jeffran :)Tbc...