Satu bulan berlalu. Jeffrey mulai kalang kabut karena tidak kunjung menemukan di mana istrinya kabur.Jeffrey sadar betul, kalau Joanna pasti sangat kecewa padanya. Bahkan, bisa juga wanita itu membenci dirinya atas apa yang telah dilakukan sebelumnya.
Jeffrey menyesal, karena lagi-lagi kelepasan dan tidak ingin kehilangan Joanna. Awalanya, dia berpikir bahwa Joanna akan takut padanya dan berubah menjadi penurut setelahnya.
Namun sayang, dia lupa kalau Joanna ini tidak seperti kebanyakan wanita yang akan takut jika digertak. Sebaliknya, dia justru melawan dan meninggalkan dirinya tanpa jejak seperti sekarang.
Semuanya bersih, dari CCTV maupun informasi dari resepsionis dan satpam yang berjaga. Dari sana, Jeffrey tidak menemukan apa-apa. Belum lagi ketika bertanya pada keluarga dan teman-teman terdekat Joanna, mereka kompak mengatakan kalau Joanna sedang liburan di Amerika bersama dirinya.
Karena tidak ingin mereka curiga, Jeffrey tentu saja mengikuti alur saja. Pura-pura hanya bertanya keberadaan Joanna sekarang, karena dia baru saja bisa menyusul istrinya ke Amerika sebab ada pekerjaan mendadak.
Padahal, pada kenyataannya tidak. Jeffrey seperti orang gila karena ditinggal Joanna.
Jika ditanya Jessica dan yang lainnya tentang keberadaan Joanna, Jeffrey hanya menjawab bahwa istrinya sedang liburan. Karena jika menjawab akan kejadian yang sebenarnya, bisa mati Jeffrey jika mereka tahu kelakuan bejatnya.
"Istrimu pulang kapan, Jeff? Hampir satu bulan. Enak sekali hidupnya hanya ongkang-ongkang kaki dan menikmati uangmu saja."
Tanya Jessica dengan gamblang, karena saat ini Jeffrey sedang menginap di rumahnya---sebab merasa kesepian jika di apartemen sendirian.
"Aku bekerja juga untuk dia, Ma. Lagi pula, liburan satu bulan di Amerika tidak akan membuatku jatuh miskin sekarang juga."
Yuno terkekeh pelan dan mengangguk cepat, mengiayaka ucapan anaknya guna mengingatkan Jessica bahwa kekayaan mereka tidak akan habis dalam tujuh turunan.
Namun, masalahnya---mereka belum memiliki calon penerus keturuanan. Senna perempuan dan Joanna tidak kunjung hamil sekarang. Karena di keluarga mereka, hanya anak laki-laki pertama yang berhak mendapat porsi warisan paling besar.
Tentu saja Yuno dan Jessica ingin Joanna cepat hamil dan melahirkan bayi laki-laki seperti harapan mereka. Mengingat Jeffran sudah meninggal dan mereka tidak lagi dapat berharap mendapat cucu laki-laki dari Elena.
"Susul saja istrimu! Sekalian bulan madu! Soal perusahaan, Papa yang handle."
Jessica juga setuju, dia tampak mengangguk kaku sebelum akhinya menelan salmon yang baru saja dikunyah saat itu.
"Pulang-pulang bawa cucu, bagus tuh!"
Timpal Jessica.
Jeffrey hanya tersenyum simpul. Elena dan Senna, mereka hanya diam dan merasa sedikit terganggu ketika mendengar nama Joanna yang kurang mereka sukai pada saat itu.
7. 30 PM
Di tempat lain, Joanna sedang berlatih memanah. Bersama Jeffran dan salah satu temannya. Setelah sekitar satu bulan tinggal bersama mereka, Joanna bisa paham bagaimana kehidupan mafia underground seperti mereka.
Iya, di dunia ini ada dua kehidupan sebenarnya. Ada yang terlihat dan tidak. Seperti Jeffran dan teman-temannya. Mereka memiliki pekerjaan tetap yang menghasilkan banyak uang. Bahkan, penghasilan mereka dalam satu bulan bisa lebih dari 100 M. Namun ketika muncul di permukaan, mereka harus bisa menyembunyikan identitas agar tidak terendus pihak perpajakan sehingga pekerjaan illegal mereka akan tetap aman.
"Kau berbakat membunuh, mau bergabung denganku?"
Joanna baru saja meletakkan busur panah di atas meja. Kemudian melirik Jeffran yang sedang meminum soda dingin yang telah disiapkan untuknya.
"Daripada membunuh, aku lebih suka mencuri uang para koruptor. Sepertinya seru ketika melihat Lucas dan Mark berhasil membobol uang para anggota parlemen itu."
Joanna menunjuk ruangan yang dikelilingi kaca milik Mark dan Lucas. Saat ini, mereka tengah mengotak atik komputer dengan wajah tegang seperti biasa.
"Aku serius. Satu bulan cukup singkat dan kamu sudah mahir bela diri, menembak dan memanah. Kurasa, jika ingin bergabung---kau lebih cocok masuk di bagian kills someone."
Joanna menggeleng pelan, karena sejak satu minggu terakhir, Theo selaku ketua bagian pembunuhan terus saja mendesaknya untuk bergabung dengannya.
"Jangan dengarkan, Theo! Dia sesat!"
Ujar Jeffran sembari duduk di atas sofa. Menatap teman-temannya yang sedang berlatih di masing-masing bagian. Mark dan Lucas di bagian peretasan. Winar dan Yuta pada bagian penjualan organ dalam. Kemudian dirinya dan Theo pada bagian pembunuhan. Tidak ada prostistusi, karena mereka memang tidak tertarik pada hal-hal berbau seksual seperti ini.
Aseksual. Mereka bertemu di komunitas PPAB atau Para Pria Aseksual di Batam. Kemudian sepakat untuk membangun kerajaan bawah tanah seperti sekarang. Karena jika muncul di permukaan, sudah pasti mereka akan dianggap tidak normal dan dikucilkan karena tidak memiliki hasrat seksual baik dengan laki-laki maupun perempuan.
"Aku mau pulang."
Theo menap Joanna dengan tawa, kemudian menepuk pundaknya pelan.
"Kalau butuh bantuan, jangan sungkan! Buat suami dan selingkuhanmu menyesal karena pernah lahir ke dunia!"
Joanna hanya tertawa kencang, kemudian berlalu menuju tempat Mark dan Lucas yang sedang sibuk dengan tugas peretasan data keungan negara yang diminta oleh salah satu petinggi negara luar.
Ya, jasa mereka dipakai oleh para kaum elit global yang haus kekuasaan. Mau demi kebaikan atau keburukan, mereka akan tetap menerima selagi ada cuan.
Udah siap ketemu Jeffrey lagi?
Tbc...