Inget! Boleh marah. Tapi hanya dengan karakter cast. Bukan visualisasi cast. OK!
Jeffrey sedang membersihkan kekacauan yang dibuat istrinya. Sedangkan Joanna? Dia hanya ongkang-ongkang kaki saja di atas sofa sembari menatap suaminya yang sedang memegang sapu dan kain lap.
"Ini dibuang tidak?"
Tanya Jeffrey sembari memperlihatkan bedak padat Joanna yang sudah pecah dan remuk isinya. Padahal, isi bedak itu masih penuh dan baru dipakai dua kali saja.
"Menurutmu aku mau memakai bedak rusak seperti itu?"
Jeffrey hanya mengangguk sabar dan melempar bedak tadi pada tempat sampah. Kemudian beralih memunguti kosmetik lain yang mungkin masih bisa diselamatkan.
"Buang semua! Aku tidak mau pakai barang rusak!"
Joanna langsung menuruni sofa, kemudian bergegas mandi karena keringatnya sudah mengering sempurna.
Jeffrey hanya bisa menghembuskan nafas kesal, kemudian mulai bergegas membuang semua kosmetik istrinya. Padahal, masih ada beberapa barang yang masih bisa diselamatkan.
Kalau sudah seperti ini, kartu debit Jeffrey pasti yang akan dikuras habis. Sebenarnya Jeffrey tidak masalah sama sekali. Toh, dia bekerja untuk istri dan calon anak-anaknya nanti. Namun, yang menjadi masalah saat ini adalah perilaku anarkis Joanna yang membuat keadaan kamar mereka seperti kapal pecah seperti ini.
Ini salahmu, Jeff! Kamu harus menanggung ini! Sudah syukur istrimu tidak pergi!
Batin Jeffrey sembari bergegas mengemasi barang-barang lain. Termasuk serpihan lampu tidur yang masih berserakan di lantai kamar dan ranjang mereka saat ini.
4. 40 AM
Setengah jam kemudian Joanna keluar dari kamar mandi dan hanya memakai bathrobe saja, dengan rambut setengah basah dan wajah polos tanpa riasan.
Keadaan kamar juga sudah lebih bersih dari sebelumnya. Sprei, bed cover, sarung bantal dan guling sudah diganti. Begitu juga dengan aroma kamar yang semakin wangi karena Jeffrey sempat mengisi diffuser dengan minyak aroma terapi.
Joanna langsung duduk di depan meja rias yang terletak di depan ranjang. Dia duduk di atas kursi rias dan menatap pantulan wajahnya lamat-lamat.
Elena memang cantik, tapi aku juga tidak cantik! Sialan sekali Jeffrey kalau sampai lebih memilih dia daripada istrinya sendiri!
Batin Joanna sembari membuka salah satu laci, kemudian mengambil beberapa stok skincare yang selalu disimpan di sana agar mudah diambil jika alat tempurnya habis.
Toner, serum, moisturizer, lip balam, eye cream, night cream dan sunscreen.
"APA!?"
Pekik Joanna ketika pintu kamar dibuka dari luar. Jeffrey tidak masuk dan hanya menatap dirinya. Seolah sedang menunggu dia berbicara.
"Mau sarapan apa?"
"DIET!"
Jeffrey hanya tersenyum singkat, kemudian berjalan mendekat dan memeluk istrinya dari belakang.
"MINGGIR! DON'T TOUCH ME!"
Joanna mendorong Jeffrey hingga jatuh di atas ranjang, karena dia tidak akan semudah itu memaafkan orang yang telah memukul serta membuatnya menangis kencang dan hampir gila seperti semalam.
"Sayang, aku minta maaf. Aku tidak sengaja, kemarin aku lelah dan tiba-tiba saja mendapat kabar dari Elena kalau Senna---"
"Apa menurutmu itu bisa melegalkan perbuatanamu untuk memukulku, begitu?"
Jeffrey bungkam, karena tentu saja memukul perempaun terlebih itu adalah istrinya merupakan perilaku yang sangat kurang ajar.
"Tidak. Aku benar-benar minta maaf. Sayang, apa yang harus kulakukan supaya bisa diampuni olehmu sekarang? Mau balas tampar? Boleh! Sini---"
"Kalau adu fisik bisa menyelesaikan masalah, lalu apa gunanya hakim dan penjara? Kamu mau kumaafkan, kan?"
Jeffrey mengangguk cepat, kilat senang di kedua matanya juga sudah terlihat begitu terang.
"Jauhi Elena dan anaknya! Jangan pernah sekalipun menemui mereka tanpa izin---"
"Joanna! Kamu keterlaluan! Senna keponakanku! Anak dari mendiang Kakakku! Dia butuh Ayah! Apa salah kalau aku ingin menggantikan sosok Ayah di hidupnya?"
Emosi Jeffrey mulai tersulut. Saat ini dia bahkan sudah berdiri tepat di samping Joanna yang baru saja melepas handuk yang membungkus rambut.
"Then, marry her. Nikahi Elena dan kamu bisa bisa menjadi Ayah yang sebenarnya untuk Senna."
Joanna mulai menghadap kaca dan menatap raut wajah Jeffrey yang sudah menahan kesal atas ucapan sarkasnya.
"Sejak kapan kamu tahu kalau aku dan Elena ada hubungan?"
Kedua mata Joanna langsung membola. Wajahnya langsung menghadap Jeffrey yang sudah menatapnya tajam. Bukan tatapan memuja seperti apa yang diperlihatkan ketika merengek ingin dimaafkan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.