8/20

1.7K 300 125
                                    


Suara teriakan Joanna terdengar begitu nyaring. Umpatan untuk Jeffrey juga sudah dilontrkan ratusan kali. Namun, bukannnya berhenti, Jeffrey justru semakin menyiksa Joanna tanpa henti. Membuat tanda kemerahan di berbagai sudut tubuhnya hingga membuat Joanna menjerit sakit.

"MAU BERCERAI KATAMU!? LANGAKAHI DULU MAYATKU! KENAPA? ADA LAKI-LAKI LAIN YANG MENDEKATIMU? LAKI-LAKI YANG LEBIH TAMPAN, KAYA DAN PERKASA DARIKU? BEGITU! RASAKAN INI! AHK--TIDAK AKAN ADA BISA YANG MELEBIHIKU!"

Joanna sudah berusaha berontak. Tubuh Jeffrey bahkan sudah beberapa kali mendapat gigitan dan tendangan. Namun sayang, tentu saja tenaga Joanna tidak sebanding dengan Jeffrey sekarang. Sehingga kecil kemungkinan untuk bisa melepaskan diri sekarang.

Satu jam kemudian, Jeffrey mencapai pelepasan untuk yang kesekian kalinya. Joanna hampir pingsan. Bercak darah sudah menghinggapi paha mereka karena Jeffrey memasukkan miliknya tanpa pemanasan dan begitu kasar.

"SEKALI LAGI KAMU BERBICARA SEPERTI ITU! AKAN KUPASUNG DI SINI SEUMUR HIDUP!"

Jeffrey langsung menuju kamar mandi, meninggalkan Joanna yang masih menangis dalam keadaan setengah sadar dan menahan sakit.

Ting...

Joanna yang masih terbaring lemah dengan wajah merah dan mata bengkak mulai menoleh pada sumber suara. Pada Jeffran yang memakai pakaian serba hitam seperti pencuri handal, karena dia bisa menaiki jendela lantai dua kamar Joanna yang memiliki tinggi sekitar 10 meter dari lantai dasar.

Nafas Jeffran terenggah. Karena di sore hari, jalanan Jakarta mecet total. Ducati-nya bahkan ditinggal di tepi jalan suapaya bisa berlari dan capat tiba di tempat tujuan.

Dengan gerakan pelan, Jeffran mendekati Joanna. Membantu istri adiknya yang masih berusaha menutupi tubuh dengan selimut tebal menggunakan sisa tenaga yang dipunya.

Ceklek...

Tidak lama kemudian Jeffrey keluar dari kamar mandi, sehingga Jeffran segera bersembunyi di gorden kamar yang memiliki panjang lebih dari 300 senti.

"Bagian mana yang sakit?"

Tanya Jeffrey ketika duduk di tepi ranjang. Saat ini dia hanya memakai handuk yang melilit pinggang sembari membawa handuk yang telah dibasahi menggunkan air hangat.

"Jangan!"

Bukan, itu bukan larangan Joanna untuk Jeffrey. Namun untuk Jeffran yang baru saja menarik pelatuk dan diarahkan pada bagian belakang kepala Jeffrey.

Sekedar informasi, pistol Jeffran sudah dipasang peredam. Sehingga suaranya tidak akan terdengar sampai luar.

Jeffrey yang tahu Joanna hampir tidak sadarkan diri, kini hanya mengabaikan larangannya tadi---dan mulai menyibak selimut tebal yang membungkus tubuh telanjangnya saat ini. Dengan hati-hati, Jeffrey melebarkan kedua kaki Joanna sedikit, kemudian membersihkan bercak darah dan sperma yang masih berada di sekitar pusar hingga kaki karena ulahnya tadi.

Jeffran mulai memalingkan wajah, tidak tega melihat lebam dan bercak darah yang menghinggapi tubuh adik iparnya.

Tidak lama kemudian, semuanya menjadi gelap. Baik bagi Jeffrey maupun Joanna.

Dengan sigap Jeffran langsung membungkus Joanna dengan jaket tebal yang ditemukan pada lemari pakaian. Serta membawa ponsel dan dompet milik si adik ipar, agar hilangnya Joanna tidak dianggap sebagai kasus penculikan.

Setelah orang suruhannya datang untuk men-seterilkan jalan, Jeffran mulai membawa pergi Joanna dari sana. Meninggalkan Jeffrey yang masih pingsan karena baru saja dipukul dari belakang tepat setelah Joanna pingsan.

11. 20 PM

Joanna terbangun, namun orang pertama yang dilihat adalah Jeffran yang saat ini sudah berdiri mematung dan menatapnya sendu.

"Tidak perlu takut, aku tidak akan melukaimu. Keluargamu juga sudah aman, kalau itu yang kau takutkan."

Joanna langsung menangis di tempat, akhirnya dia bisa merasa aman meskipun dia masih mencintai suaminya. Laki-laki yang hampir membunuhnya beberapa jam sebelumnya.

"Terima kasih. Tapi, tolong jangan sakiti Jeffrey."

Lirih Joanna pelan, namun Jeffran bisa mendengarnya. Sangat jelas. Dari sini, akhirnya dia tahu kenapa adiknya begitu terobsesi pada Joanna.

Ya, karena Joanna juga mencintai adiknya sebanyak Jeffrey mencintai dirinya. Meskipun berakhir diduakan hanya karena perasaan kasihan pada Elena.

"Aku akan meninggalkannya. Kalau dia memang ingin bersama Elena, aku akan merelakan mereka hidup bahagia. Kamu mau membantuku, kan? Karena Jeffrey pasti-tidak-akan dengan mudah melepasku jika ingin pergi."

Ucap Joanna sembari menyeka air mata. Dia sakit, tidak hanya sakit hati. Tetapi sakit fisik. Namun fakta bahwa Jeffrey telah selingkuh dengan wanita lain yang selama ini sudah dia curigai benar-benar membuat Joanna merasa kecewa sekali.

Kecewa karena Jeffrey yang penyabar dan baik hati langsung hilang bagai ditelan bumi setelah hadiran Elena dan Senna sejak sekitar satu minggu terakhir.

Jeffran hanya diam. Dia iri pada Jeffrey yang dicintai begitu besar oleh wanita ini.

Jangan sakiti Jeffrey katanya? Apa dia ini amnesia? Dia baru saja diperkosa dan dianiaya hingga babak belur seperti sekarang! Tapi bisa-bisanya dia berkata demikian. Dasar bodoh!

Batin Jeffran sembari menatap Joanna dalam diam. Antara kasihan, prihatin dan jengkel juga karena dia ini terlalu bermurah hati pada adiknya yang menurutnya adalah titisan setan.

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tbc...

JEFFRAN & JEFFREY [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang