21+
Serius mau menikah denganku? Kalau aku ingin childfree, apa kamu akan tetap mau menikah denganku?
Apa masalahnya dengan childfree?
Kakakmu diusir dari rumah dan kamu adalah satu-satunya penerus keturunan mereka kalau kau lupa.
If my wife wants kids, we have kids. If my wife doesn't want kids, then we don't have to have kids. So simple, right?
Apa kata orang tuamu kalau---
I don't fucking care! Are they that's gonna be pregnant nine months? No, right? How can I pressure my better half to suffer like that if you doesn't want it? Joanna, I love you a lot. You know it, right? That's okay, childfree doesn't mean a lot for me. So, will you marry me?
Meskipun senyum tipis tersungging di bibir Joanna, namun dia tidak bisa menampik rasa iba di hatinya ketika melihat Jeffrey yang sedang dicambuk Yuno tepat di depan matanya.
Tidak hanya sekali dua kali, namun puluhan kali. Sebagai ganti karena telah membuat mereka sakit hati. Karena pada akhirnya---Yuno dan Jessica membebaskan Joanna yang akan mengambil keputusan mau tetap tinggal atau bercerai nanti.
"Mau coba?"
Tanya Yuno pada Joanna, karena tangannya sudah memerah sebab terlalu banyak melayangkan cambukan pada Jeffrey yang saat ini hanya memakai boxer saja.
Joanna menggeleng pelan, dia sedikit iba ketika melihat darah di punggung Jeffrey yang mengenai cambuk mertuanya.
"Sudah 25 kali, kurang 75 kali lagi."
Joanna yang tidak tega, kini langsung melenggang pergi. Berniat menuju tempat Elena yang sedang diadili tidak kalah sadis.
Dari sini, Joanna tahu kenapa Jeffran mapaun Jeffrey bisa memiliki jiwa-jiwa masokis.
Ya, mungkin saja karena ini. Karena keluarganya terlalu fanatik dan tidak segan menyiksa para anggota keluarga yang dianggap memiliki dosa berat seperti ini.
Elena sudah bertelanjang dada dengan memakai celana dalam saja. Kedua tangannya sudah ditali pada kedua kayu panjang yang tertemapel pada lantai gudang. Sedangkan Jessica, dia sudah memulai aksi untuk mencambuk Elena membabi buta seperti apa yang dilakukan Yuno pada anaknya.
Dulu, Jeffran juga mendapat 100 kali cambukan karena telah ketahuan berzinah. Namun tidak dengan Elena yang saat itu sedang mengandung Senna.
Berbeda dengan sekarang karena Elena harus menahan sakit luar biasa karena cambukan Jessica mengenai bagian bawah leher hingga selangkangan dan pantatnya.
Senna? Dia sudah diamankan. Karena bagaimanapun juga Yuno dan Jessica masih memiliki sedikit rasa iba.
Satu jam, dua jam, tiga jam. Mereka tidak kunjung selesai. Joanna akhirnya ketiduran dan bangun ketika petang menjelang. Ketika matahari sudah tenggelam dan makan malam telah siap.
"Kurang satu cambukan dan hanya kamu yang berhak menyelesaikan."
Ucap Yuno setelah Joanna membuka mata. Dia masih mengumpulkan nyawa dan bergegas bangun dari sofa ruang keluarga, kemudian memasuki ruangan tempat Jeffrey dicambuk ayahnya.
Illustrated
Joanna menegang di tempat. Pasalnya, punggung Jeffrey sudah penuh dengan darah. Rintihan sakit juga mulai terdengar hingga membuat Joanna tidak tega untuk memberikan cambukan."Selesaikan sekarang!"
Dengan tangan gemetar, Joanna menerima cambuk yang baru saja Yuno berikan. Kedua matanya sudah berkaca. Jeffrey masih memunggunginya, namun Joanna tahu kalau wajah calon mantan suaminya pasti sudah sangat menyedihkan sekarang.
"Lakukan dengan kencang, kalau kamu melakukan dengan pelan, akan kutambah menjadi 110 cambukan!"
Kedua mata Joanna mengerjap. Jujur, dia sudah tidak tega. Rasa iba mulai melingkupi hatinya karena seumur hidup belum pernah melihat orang sekarat seperti sekarang. Terlebih ini Jeffrey, suaminya. Laki-laki yang pernah memiliki peran penting di hidupnya.
"Aku tidak bisa---"
"La---kukan saja."
Lirih Jeffrey sembari menunduk dalam. Darah segar juga sudah menetes dari pundak hingga mengenai lantai ruangan.
Tangis Joanna mulai pecah. Kedua tangannya semakin bergetar sebelum akhinya diayunkan cukup kuat hingga mengenai punggung Jeffrey yang sudah penuh luka dan darah.
"Sudah selesai. Jika masih mau menerima anak ini, kau boleh bawa dia pergi! Kalau tidak, dia akan tetap di sini tanpa ada siapapun yang mengobati, sampai dia mati!"
Joanna tentu saja langsung menatap Yuno tidak percaya. Serius, Jeffrey ini anaknya. Anak kandungnya, mana bisa orang tua menginginkan kematian anaknya.
Secepaat kilat Joanna langsung pergi, meninggalkan Jeffrey yang sudah ambruk dan tidak sadarkan diri karena menahan sakit.
Punggungnya terasa remuk, rasa panas dan perih juga sudah tercampur jadi satu. Kalaupun boleh memilih, Jeffrey lebih baik langsung ditembak mati daripada harus menahan rasa sakit luka ini sampai bernanah, infeksi---kemudian membuatnya sekarat dan mati.
Dengan air mata yang masih mengalir, Joanna berlari menuju tempat Jessica mencambuk Elena hingga tidak sadarkan diri. Karena dia mendapat 150 cambukan setelah mengaku bahwa dia yang menggoda Jeffrey.
Sengaja membubuhkan obat perangsang di minuman Jeffrey agar mereka bisa bercinta di rumah sakit. Dengan tujuan agar dia dan Senna bisa selamat karena ada Jeffrey yang bisa diancam jika ada sesuatu yang diinginkan nanti.
"Ma... Jeffrey---"
"Kalau kau mau bawa dia, silahkan!"
Ucap Jessica sembari menggembok pintu gudang yang di dalamnya masih ada Elena.
"Mama hanya bercanda, kan? Jeffrey anak Mama---"
"Jeffrey memang anakku, tapi dia sudah menghianatiku. Seperti apa yang telah Jeffran lakukan dulu. Kalau kau masih mau menerima dia, ambil! Bawa pergi! Kalau tidak, biarkan dia membusuk dan mati di sini!"
Joanna hanya bisa membekap mulutnya sendiri. Dia tidak menyangka kalau Yuno dan Jessica bisa sekejam ini.
"Kalau kamu lapor polisi, keluargamu yang akan menjadi ganti!"
Joanna yang mulai mengambil ponsel di saku celana, kini hanya bisa mematung di tempat. Kemudian mengekori Jessica yang sudah menarik tangannya menuju meja makan.
Ada yang nangisin Jeffrey? Kayaknya gak ada, deh :)
Udah puas sama karma mereka?
Kalo jadi Joanna, kalian bakalan ngapain sekrang?
Tbc...