Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Joanna bergegas pulang ke apartemen setelah sekitar satu bulan menghilang. Dia kira, Jeffrey tidak akan ada di sana---mengingat ini hari senin dan sudah pasti suaminya akan sibuk di kantor seperti biasa.
Namun sayang, dugaannya salah. Pada jam sembilan lebih lima, Jeffrey masih berada di sana dengan penampilan rapi dan duduk di atas sofa ruang tamu sembari menatapnya tajam.
"Uangmu habis?"
Bukannya takut karena diintimidasi oleh suaminya, Joanna justru melakukan hal yang sebaliknya. Dengan percaya diri dia melenggang memasuki kamar guna mengemasi barang-barang.
Iya, Joanna memutuskan untuk berpisah. Dia sudah memikirkan hal ini matang-matang setelah Jeffran mengungkapkan rahasia Jeffrey yang selama ini disembunyikan.
Yap, tebakan kalian benar. Senna adalah anak Jeffrey. Itu sebabnya laki-laki itu begitu khawatir dan tidak pernah absen menunggui Senna di rumah sakit barang sekali.
"Joanna, berhenti kataku!"
Pekik Jeffrey setelah Joanna memasukkan barang-barang ke dalam koper besar miliknya. Berikut berkas-berkas penting yang berisi akta kelahiran dan passport-nya.
Brak...
Awalnya, Jeffrey berniat menahan tangan Joanna dengan cara memeluknya dari belakang. Namun niatannya gagal karena Joanna sudah terlebih dahulu menendang tubuhnya hingga tersungkur dan menghantam meja rias.
"Surat perceraian akan segera kuurus! Tenang saja, aku tidak akan meminta uang sepeserpun darimu!"
Jeffrey bergegas bangun, mencoba menghalangi Joanna yang berniat menutup koper.
"Satu bulan menghilang dan sekarang mau bercerai? Kau pikir itu keren, hah!?"
Joanna tidak tinggal diam, dia kembali menendang Jeffrey hingga tersungkur di bawah sofa dekat lemari pakaian.
"Lalu, kau pikir keren menjadi rapist dan abusive? Kau pikir aku tidak bisa merasakan sakit!?"
"Aku melakukan itu agar kamu tidak meninggalkanku! Aku mencintaimu dan kau tahu itu!"
Joanna hanya tertawa hambar, kemudian maju satu langkah. Mendekati Jeffrey yang masih berusaha bangun dari lantai kamar.
"Cinta katamu? Kalau kau mencintaiku, kau tidak akan bercinta dengan Elena di rumah sakit ketika aku di sini menunggumu! Jeffrey, hetikan omong kosongmu! Silahkan hidup dengan Elena dan Senna! Dia anakmu, kan? Tidak perlu terkejut begitu, aku sudah tahu semuanya! Kau sengaja mengambinghitamkan Jeffran agar dia dicoret dari kartu keluarga supaya kamu bisa menggantikannya! Dasar licik! Aku menyesal karena pernah bertemu dan menikah denganmu!"
Jeffrey membeku di tempat. Dia tidak menyangka kalau Joanna bisa mengetahui hal-hal ini begitu cepat.
"Tenang saja, aku tidak akan memberitahukan hal ini pada siapapun. Termasuk orang tuamu. Sebagai gantinya, kau harus kooperatif dalam perceraian---"
"Tidak! Kita tidak akan bercerai! Joanna! Elena hanya masa laluku! Soal Jeffran, kau hanya ditipu! Senna bukan anak---"
"Lalu, bagaimana dengan ini, BRENGSEK!?"
Joanna langsung melempar ponselnya di depan Jeffrey.
Benar saja, kedua mata Jeffrey langsung membola dan bibirnya terbuka. Tercengang ketika melihat video tidak senonoh di sana.
"Sayang... kamu salah paham! A---aku dijebak. Aku tidak mungkin selingkuh darimu! Katakan! Siapa yang memberikan ini padamu! Dia telah mengadu domba kita, aku tidak---"
Air mata Joanna mengalir perlahan. Perasaan lelah, kesal, kecewa, dan marah. Semuanya campur aduk sekarang. Batinnya sudah lelah karena terus saja dibuat terombang-ambing oleh mereka. Dia bingung, bingung ingin percaya pada siapa. Pada Jeffran si mafia bawah tanah atau Jeffrey si suami yang sudah tega memukul dirinya.
Sampe sini, kalian ada di pihak siapa? Coba kasih hasil analisis kalian :)