JEFFREYSembari menunggu Jeffran menggoreng hati rusa yang telah dijanjikan sebelumnya, Jeffrey masih setia menunggui Joanna yang belum siuman.
Diusap pipinya penuh cinta. Bahkan, Jeffrey sesekali mengecup bibir istrinya yang sedikit terbuka.
Joanna mulai membuka mata, membuat Jeffrey langsung terlonjak dan menatap istrinya lekat-lekat.
"Mau minum?"
Joanna menggeleng pelan, kemudian menepis tangan Jeffrey yang berusaha membantunya duduk sekarang.
"Aku mau pulang! Sekarang!"
Joanna sudah menuruni ranjang. Berusaha merealisasikan ucapan. Namun Jeffrey sudah terlebih dahulu menahannya. Dia takut, takut kalau Joanna ternyata sudah mendengar ucapannya dengan Jeffran sehingga membuat dirinya ingin pergi sekarang.
"Sayang..."
Prang...
Joanna membanting gelas yang berisi darah Jeffrey pada lantai kamar. Membuat si pemilik langsung terperanjat dan menatap darah yang sudah susah-susah dikeluarkan dengan nanar.
Ketakutan Jeffrey semakin membuncah. Bahkan, kedua matanya sudah berkaca karena sudah pasti Joanna akan sangat kecewa atau bahkan membenci dirinya jika tahu apa yang selama ini disembunyikan darinya.
"AKU MAU PULANG!"
Pekik Joanna sembari menahan tangis, kemudian bergegas keluar kamar dengan keadaan memakai gaun malam berwarna hitam tanpa lengan dan alas kaki.
Jeffrey tidak tinggal diam, dia langsung mengejar Joanna yang saat ini sudah mematung di depan kaca yang menghadap taman.
Mulutnya di bungkam, air matanya mengalir perlahan ketika melihat orang-orang di sana yang mulai bersujud di depan meja bundar yang sudah terlalap api besar dengan keadaan melingkar.
Secepat kilat Jeffrey langsung memeluk Joanna dari belakang. Menutup kedua matanya dengan telapak tangan dan membawanya mundur perlahan hingga sama-sama berada di salah satu kamar terdekat.
"K---kamu! Aku mau pulang! Bawa aku pulang! Aku tidak mau berada di sarang setan!"
Pekik Joanna sembari berusaha melepas pelukan Jeffrey. Karena dia benar-benar sudah takut sekali. Tidak hanya pada orang tua Jeffrey, namun juga pada Jeffrey sendiri.
"Sayang---"
"Jangan panggil aku Sayang! Kamu gila! Keluargamu gila! Pulangkan aku sekarang!!!!"
Joanna sudah jatuh terduduk di depan Jeffrey sembari menangis dan memegangi perut yang mulai terasa sakit.
Jeffrey sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dia takut kehilangan istrinya jika dia nekat membawa Joanna keluar dari rumah ini. Itu sebabnya, dia berpikir untuk ikut membawa Joanna masuk ke dalam sekte yang telah dianut keluarganya selama ini.
"Semuanya akan baik-baik saja. Joanna, trust me. Kamu, keluargamu, mereka tidak akan terluka---"
"Jadi ini semua hasil dari pesugihan? Jadi selama ini aku memakan uang haram? Itu sebabnya anakku tidak selamat meskipun hasil medis menyatakan dia sehat sekali? Jeffrey, kamu keterlaluan! Aku tidak akan membiarkan anakku menjadi tumbal lagi! Biarkan aku pergi!"
Jeffrey langsung tertegun di tempat. Dia panik ketika mendengar ucapan Joanna. Pasalnya, dia tidak tahu kalau istrinya tengah hamil sekarang. Darah yang baru saja keluar dari sela-sela kakinya, Jeffrey kira hanya darah menstruasi saja. Bukan pendarahan dari rahimnya.
Dengan nafas tersendat Jeffrey langsung menggendong Joanna. Membawanya menuju dapur tempat Jeffran menggoreng hati rusa.
"Kak! Tolong siapkan mobil! Istriku hamil, dia pendarahan!"
Jeffran yang panik tentu saja langsung memasukkan hati rusa tadi pada kotak makan yang kebetulan baru saja dicuci. Kemudian bergegas menuju garasi guna menyiapkan mobil yang akan digunakan untuk membawa Joanna ke rumah sakit.
Jeffrey mengekori Jeffran dengan langkah tergesa. Dia bahkan tidak peduli kalau Joanna terus saja menggigit dadanya guna meredam rasa sakit yang menerpa perut dan selangkangannya.
Plip...
Lampu tiba-tiba saja padam. Beruntung Jeffrey dan Jeffran masih mengantongi ponsel di masing-masing celana. Sehingga mereka dapat menuju garasi dengan cepat tanpa banyak hambatan.
Jeffrey terus saja mengusap rambut Joanna yang sedang dipangku di kursi belakang. Sesekali, dia bahkan menepuk kursi Jeffran agar dia mempercepat laju kendaraan.
Namun sayang, sudah dua jam mereka berkendara----tetapi jalan raya tidak kunjung terlihat di depan mata. Hingga membuat kesadaran Joanna hampir hilang karena kehabisan darah.
"Hampir jam 12! Suruh istrimu makan ini!"
Jeffran memberikan kotak bekal tadi pada Jeffrey. Kemudian berusaha disuapkan pada Joanna yang sudah terlihat lemas sekali. Mungkin karena belum makan malam dan harus mengalami ini.
Huek... Huekk...
Baru sesuap Joanna memakan hati rusa tadi, dia langsung memuntahkan isi perutnya hingga mengenai celana Jeffrey. Berikut jas hitam yang masih dikenakan saat ini.
Jeffrey semakin panik. Apalagi kalau bukan karena takut guna-guna yang digunakan untuk memikat Joanna hilang jika dia tidak mau memakan hati rusa ini. Sebab, guna-guna yang menggunakan pijakan tanah hanya bisa bertahan lima tahun saja. Selanjutnya, si target guna-guna harus memakan hati rusa yang darahnya digunakan untuk ritual tahunan jika ingin masa guna-guna diperpanjang.
"Jeff... sepertinya kita sudah diikuti. Darah istrimu tadi, mungkin saja itu yang menjadi pemicu mereka mengejar kita saat ini. Kita hanya memiliki dua pilihan saat ini, kembali ke rumah dan mengikuti ritual hingga akhir, atau tetap maju sampai bahan bakar mobik habis. Tapi, aku tidak yakin istrimu bisa selamat sampai matahari terbit. Lihat bibrinya, sudah pucat. Dia pasti telah kehilangan banyak darah."
Jeffrey semakin kalut. Ditatapnya Joanna yang hampir tidak sadarkan diri dan menatapnya sendu.
"Bawa ak---u pul---ang!"
Lirih Joanna sebelum akhirnya benar-benar tidak sadarkan diri. Hingga membuat Jeffrey semakin panik dan mulai mengambil banyak tisu guna dimasukkan pada selangkangan istrinya agar pendarahnya berhenti.
Almost ending :)
Kecepeten, ya? Inget, ini short story :)
Tapi, aku mau ngasih banyak bonus chapter yang gak bisa diakses di akun wattpad ini :)
Tbc...
