14

23.7K 3.1K 82
                                    

Next? 300 vote sabi?

•~•

"A-ahhh Arion sakitt!!"

"Hei bocah nakal, kau harus tetap dihukum."

"Ahh.."

"Enakkan hm?"

"AGHH SAKIT SIALAN!" Arion hanya tersenyum dan melanjutkan kegiatannya. Sedangkan Selina terus berteriak kesakitan.

"Berhenti menarik telingaku hoi! Sakit sekali agh!" Arion melepaskan tangannya dari telinga adiknya yang memerah karena ia tarik. Ya, adik nakalnya itu memang harus mendapatkan hukuman.

"NONAAA!" Teriak Emma sambil berlari mendekati kedua orang itu di koridor istana.

"Emma? Dimana Cia?"

"N-nona..duke sudah berada di kota dan perjalanan kemari. Sedangkan Cia sedang mempersiapkan semuanya."

Degh..
"Selina kau tak apa-apa?" Ucap Arion menangkap pinggang adiknya yang sedetik lagi akan terjatuh.

Emilly? Dia kesini.. apakah masa depan akan tetap sama?

"Selina?!" Gadis itu menggeleng cepat dan menjauh dari Arion.

"Urus mansion. Suruh cia menyiapkan gaunku." Ucap Selina. Emma hanya mengangguk setuju.

"Kau tak apa, hm?" Selina menatap Arion dalam. Mata merah itu memancarkan sinar kekhawatiran.

Setelah ini..apa tatapan ini akan tetap untukku?

"Apa aku perlu menghalangi mereka agar kau tak gelisah seperti ini?"

"JANGAN GILA!" Selina tak tahu apa pikiran Arion saat ini. Yang pasti, ia akan merindukan Arion. Mungkin.

"Ha.. wanita memang susah dimengerti." Selina mengangkat bahu acuh lalu bersiap ke kamarnya.

Arion hanya diam menatap Selina yang perlahan menghilang dari pandangannya. Ia mulai membenahi ekspresi nya. Selama bersama Selina, yang ia tahu Selina tak pernah memancarkan cahaya redup seperti itu.

Arion memiliki sihir yang kuat, wajar ia merasakan aura adiknya yang sangat kuat. Tidak. Arion tahu kalau adiknya tak memiliki sihir. Tapi, darah yang mengalir di dalamnya adalah kekuatan besar selain sihir.

Selain itu, bau Selina tak biasa. Iya, Selina memiliki bau mint yang menyegarkan. Arion juga sadar, kalau bau itu adalah bau dari seorang pemilik darah murni Eliore. Bau yang akan memancarkan ketenangan penyihir yang berada didekatnya.

Garis bawahi, penyihir. Bukan karena alasan apapun Arion terus berada di dekat Selina selama Albert tidak ada. Hanya saja, Selina bisa dengan mudan di culik, ataupun dimanfaatkan oleh penyihir lain.

"Ya. Bocah itu pasti tak sadar bahwa dirinya berbeda, merepotkan. Untung saja cantik."

•~•

Selina selesai berganti gaun. Kini Cia dan pelayan pribadinya mulai menata rambut Selina. Sedangkan yang sedang dirias justru tampak tak berekspresi.

Ia harus bertemu dengan gadis sialan yang membuatnya mati. Iya. Dia si mata hijau, Emily. Bahkan Selina ingat jelas bagaimana kata kata Duke waktu itu.

Mulai hari ini, dia adalah adikmu. Jaga dia baik-baik.

Itu adalah kali pertamanya dia bertemu dengan ayah dan kakak. Dan langsung dihadapkan dengan 'adik' pungut. Selina awalnya biasa saja. Sebelum, anak pungut itu merebut semuanya.

"Cih." Bahkan selina tak sadar ia mendecak keras.

"Nona..ada apa? Apa nona tidak suka riasannya?" Khawatir Cia.

"Tidak, kalian meriasku dengan benar. Ah..tidak. Tanpa dirias pun sudah jelas aku memang cantik." Cia dan pelayan lainnya terkekeh mendengarnya. Sedangkan Selina hanya memandang angkuh dirinya di pantulan cermin.

"Cia..apa kau punya sihir?"

"S-sihir? Tentu kami punya nona. Bahkan pelayan tingkat bawah pun punya." Selina hanya mengangguk. Ia bisa memanfaatkan Cia jika mendesak. Memang tubuh jelek. Terlahir di anggota inti Eliore. Tapi tak punya sihir, memalukan.

Selina merasakan degupan jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. Bukan karena takut. Bukan karena gelisah. Ini adalah perasaan marah yang menggebu-gebu. Perasaan yang ia pendam sejak dulu.

"Nona sudah siap."

"Baiklah, ayo ke gerbang utama."

•~•

Selina bakal ketemu mata ijo ga yaa?
Terus rion kita bakal berubah ga?
Hadehh..makin penasaran kan..

princess doesn't cry!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang