Kedekatan Bintang dan Damar ternyata membuat anak Radarsta terkejut, dikira Bintang akan serius dengan wakil ketua mereka, tapi nyatanya ada pria lain dihati kembaran ketua nya itu.
Mereka yang mengetahui Gibran tertolak pun turut iba akan cowok itu, semangat juga hiburan terus memenuhi grup chat anak Radarsta yang ditujukan pada Athala Gibran Airlangga.
Alih alih terhibur dengan candaan receh mereka, Gibran malah mengajak cees nya untuk pergi ke sebuah club malam, menghilangkan stress ceritanya.
"Si kampret serius mau ngeclub?" Guntur mengedikkan bahunya acuh, ia menghela nafas kemudian menatap dua anak gadis yang tengah asik menonton drakor pada laptop Putra.
"Balik gih udah malem."
Acha mendelik menatap Guntur sinis, apa apaan?!
Ini bukan rumahnya tapi dengan seenak jidat ia mengusir dirinya yang notabenenya juga adalah pacar dari sang tuan rumah.
"Put-"
"Bener Cha, lagian tugasnya juga dikumpulin kalau nanti acara sekolah selesai."
Potong Athaya sambil membereskan buku bukunya. Hari sudah larut dan yang dikatakan teman sekelompoknya juga kelasnya itu benar. Senang sekali Athaya dapat sekelompok dengan ketua Radarsta yang berotak encer, namun sialnya ia harus dapat teman kelompok sibucin juga simalas.
"Ck. Rangga asu cuman numpang nama doang!" dumel Acha.
Putra yang anteng dengan hp nya itu terkekeh, namun sedetik kemudian ia menyirnyit ketika Rangga beberapa menit yang lalu mengabarinya bahwa ia akan datang kesana dengan kedua sahabat curutnya juga beberapa anak Radars. Dadakan sekali! Bukan apa apa, hanya saja sekarang ada dua anak perawan dirumahnya, bisa berabe jika dilihat tetangga, apalagi orang tua pria itu masih dirumah neneknya di Bogor. Dan juga ketahuilah, Putra itu sedikit posesif pada Acha.
"Tur, lo anter Thaya, ya?"
Ketiga manusia itu menyirnyit, "gue bisa naik taksi," ucap Athaya diangguki Acha.
"Lo pikir gua izinin?"
Athaya memutar bola matanya malas, mobil Putra lagi diservis dan kedua gadis itu tadi kesini naik taksi. Sekarang Putra mana mau kasih izin pacarnya buat pulang naik taksi dijam segini. Dan demi keamanan bersama, akhirnya mereka setuju.
Namun barusaja kedua gadis remaja itu keluar, mereka mendengar suara deru motor. Benar saja, disana ada Gibran, Rangga, Arsen juga beberapa anak Radarsta angkatan mereka.
"Heh toa! ngapain disini?"
Tak lama Guntur keluar diikuti Putra, "wah wah wahh... abis ngapain lu pada?"
Putra yang mendengar itu melempar sandal japitnya pada Rangga yang sedaritadi teriak. Cowok itu sangat tidak jelas.
"Berisik!"
"Bocah prik! sakit anjing!" ringisnya.
Acha juga anak Radarsta lainnya hanya tertawa melihat sambutan Putra yang diberikan pada Rangga.
"Ini gaada yang bawa mobil?" tanya Putra.
"Bawanya truk," Putra mendelik pada Arsen, "... ya engga lah asu!"
"Gua tinggal dulu bentar."
Merasa mengerti Putra mau kemana, Rangga bangkit dari acara tidurannya diteras, "Neng toa sama Aa Rangga aja ya?"
Acha juga Putra menatap tajam rekan kelompoknya yang tidak hadir untuk mengerjakan tugas mereka.
"Gaenak Put kalau lagi ada tamu ditinggal," cengirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ATHAYA GIBRAN - 01
Teen FictionAthaya Zevanny, gadis yang selalu membuka lebar hatinya untuk laki-laki labil yang menyebalkan. Sejauh apapun Gibran pergi, ia akan selalu pulang pada sosok yang selalu ada dalam pelukannya. Mendekapnya erat tak akan melepasnya lagi, menggenggam t...