Kini Gibran ikut bergabung bersama keempat sahabatnya. Cowok itu duduk disamping Guntur sambil membawa es yang ia pesan beberapa menit lalu juga sepatu yang ia bawa dari kelas sahabatnya. Melihat Guntur yang sedikit mengintimidasi nya cowok itu mengurungkan niatnya untuk mengomeli perihal sendal yang boss nya ambil sesuka hati. Bukan, bukan karena takut namun Gibran tahu situasi dimana ia bisa bercanda dan dimana ia serius.
Cowok yang hobinya menyanyi itu melirik Putra, sedangkan yang dilirik mengangkat bahunya acuh.
"Kenapa sih?" tanya nya
"Lu nyari ribut ya sama anak Antrax?"
Gibran mengerutkan keningnya, "Nyari ribut gimana?"
"Cowok yang lu usir itu anak Antrax," ucapnya tanpa basa basi, mendengar itu Rangga dan Arsen yang sedang fokus bermain game pun menoleh.
Guntur menatap Gibran serius, namun ia masih tidak mengerti ucapan Guntur.
"Lu punya masalah apa anjir sama mereka?" tanya Arsen diangguki Rangga yang membuat Gibran semakin bingung
"Jangankan punya masalah, gua ketemu mereka aja jarang"
"Yang lo usir sama Yola kemarin," timpal Putra geram. Saat Putra hendak pergi ke Wc kemarin, ia tidak sengaja melihat Gibran juga Yola yang tengah beradu mulut dengan seseorang didepam gerbang sekolahnya. Pria itu bahkan hendak menghampiri mereka namun ketika Gibran mengusirnya dan cowok itu pergi dan Putra mengurungkan niatnya lalu memberitahu Guntur.
Gibran mengangguk namun masih terlihat berpikir, "kok gua gatau yah?"
"Main lu kurang jauh, Meng" timpal Rangga sambil nyengir
Gibran menghela nafas kasar lalu menyandarkan bahunya santai, "gua kan cuman bantuin calon nya Aa Guntur, naon salahna ?"
Hendak menjawab pertanyaan Gibran namun seseorang dari luar sana memanggil nama ketua mereka. Siswa yang merupakan teman kelasnya Gibran juga Arsen itu menghampiri kelimanya dengan tergesa-gesa yang membuat mereka menyirnyit juga beberapa anak Radarsta menatapnya bingung.
Rangga memutar bola matanya malas kemudian menyodorkan es milik Gibran pada siswa didepan nya. Dengan beberapa tenggukan gelas yang berisi tea jus lemon dingin itu habis yang membuat sang pemilik es mencibirnya.
Pria itu nyengir walau masih ngos ngosan,"Hehehe.. makasih"
"Anak ngen--"
"Guntur! kembaran lu pingsan," finish pria itu memotong umpatan Gibran yang membuat kelimanya bengong. Namun tidak bertahan lama karena selanjutnya adalah Gibran yang beranjak pergi meninggalkan tongkrongan nya.
***
"Bintang pingsan?" tanya Acha, Athaya melirik sekilas kemudian mengangguk. Sebenarnya dari kemarin latihan ia melihat rekan nya itu sedikit berbeda.
"Gue nanti ada latihan lagi, lo pulang duluan aja," ucap Athaya yang membuat sahabatnya menoleh tidak santai.
"Berangkat bareng, pulang pun harus bareng!" Athaya terkekeh, ia tahu maksud Acha baik. Namun ia juga tidak mau terus membuat Acha selalu menemaninya ketika ia harus latihan sepulang sekolah. Lagian ia juga bisa menghubungi Abang nya jika gadis itu pulang terlalu sore.
"Gue bisa dijemput sama Abang," ucapnya yang membuat Acha mengangguk. Tahu kenapa Acha tidak mengizinkan sahabatnya pulang sendiri?
Karena pada waktu itu Athaya hampir saja diculik oleh segerombolan preman saat pulang sekolah. Ini terjadi ketika mereka masih menempati kelas 10. Ia sedikit bersyukur karena Athaya dengan segala kemampuannya bisa melawan dan kabur. Namun beberapa menit kemudian Athaya yang masih panik itu tidak melihat sekitar sehingga bus menyerempet dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHAYA GIBRAN - 01
Ficțiune adolescențiAthaya Zevanny, gadis yang selalu membuka lebar hatinya untuk laki-laki labil yang menyebalkan. Sejauh apapun Gibran pergi, ia akan selalu pulang pada sosok yang selalu ada dalam pelukannya. Mendekapnya erat tak akan melepasnya lagi, menggenggam t...