Selepas tragedi kecil didepan kelas tadi Athaya langsung memasuki kelasnya ketika mendengar teriakan dari sang sahabat. Gadis itu membuka tas nya kemudian mengambil buku catatan bersampul rapi itu dan memberikan nya pada gadis bername tag 'Claudi Achania'. Gadis imut itu menerima nya dengan ikhlas hati sambil nyengir, bersahabat dengan Athaya merupakan anugrah baginya. Selain pendengar yang baik, gadis yang menjabat sebagai Gitapati Marching Band sekolahnya itu selalu berbagi tugas nya jika Acha tidak sempat mengerjakan.
"Oy, bagi dong"
Rangga memutar kursinya kebelakang lalu ikut menyalin jawaban dari buku teman sekelasnya. Melihat itu Acha hanya mendengus kesal jika cowok yang kerap dipanggil 'Angga' itu selalu menganggu dirinya dan gadis kelasnya.
"Nyontek mulu bisa nya"
"Tolong ngaca ya nenek lampir, wuuu..." timpal Rangga seraya menonyor gadis dihadapan nya itu yang membuat sang empunya meringis.
"Wuuu.."
Siapapun tolong datangi ruang guru dong. Ini sudah jam 8 pagi namun guru mata pelajaran belum juga muncul, apakah diKantor --ruang guru-- ruangan nya kedap suara hingga tidak bisa mendengar bel masuk yang telah berbunyi 30 menit yang lalu?
Merasa bosan melihat Acha dan Rangga yang terus berseteru sambil menyalin tugas nya, Athaya merogoh saku seragamnya kemudian membuka handphone nya. Ia mengotak atik benda tipis itu, mulai dari men-scroll hingga membalas pesan grup dari aplikasi hijau nya.
"Tur, bilangin sama kembaran lo suruh latihan nanti sore" merasa terpanggil, Guntur menengok ke belakang dan menatap datar Athaya. Jadi, posisi duduk mereka adalah Guntur dan Angga didepan sedangkan Athaya dan Acha dibelakang mereka yang tentu saja dekat tembok.
"Bilangin sendiri lah"
"Kembaran lo itu batu! udah dibilangin tetep aja bolos"
"Bukan urusan gua" mendengar jawaban yang sama sekali tidak bersahabat membuat gadis itu ingin sekali menjambak rambut hitam legam milik teman sekelasnya ini, untung saja ia selalu ingat jika Guntur adalah ketua geng besar sekolah nya. Bukan tidak berani, hanya saja Athaya malas jika menjadi bahan gosipan satu sekolah karena ia berbuat onar dengan pria dihadapan nya ini. Ditambah lagi hampir semua cowok kelasnya adalah anggota dari Radarsta.
Jika orang lain saja tidak ada yang berani menyenggol anak buah nya maka apa kabar dengan ketua nya?. Sudah masuk dan menjadi bagian dari Radarsta saja adalah kebanggan tersendiri para anggota nya.
"Meng meng, liat"
Entahlah namun panggilan 'Meng ' itu sudah melekat pada diri masing masing anak Radarsta. Tidak ada artian khusus didalam nya, hanya sebuah panggilan keakraban bagi sesama anggota untuk sekedar saling menyapa.
Kembalikan pada Putra yang notabene nya cowok pendiam dan puitis. Cowok itu duduk disebelah bangku Athaya-Acha, tidak banyak basa basi kemudian pria berkulit sawo matang itu memperlihatkan sebuah siaran langsung dari handphone nya.
Guntur, Rangga dan Athaya dapat melihat keributan yang terjadi dikelas sebelah, sedangkan Acha kini tengah anteng dengan novel dan earphone nya.
***
Suasana ribut kini tengah terjadi dikelas IPA-2, semua ini berawal dari gitaran Gibran yang membuat Bintang juga para gadis kelas nya merasa terganggu saat mengerjakan tugas. Oh ayolah, pria itu terlalu gabut untuk menunggu contekan dari korban nya hingga ia mulai bernyanyi tidak jelas. Aneh, jika ia dan teman teman nya bernyanyi diluar kelas dengan nada dan suara yang lumayan maka dikelas lain lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHAYA GIBRAN - 01
Novela JuvenilAthaya Zevanny, gadis yang selalu membuka lebar hatinya untuk laki-laki labil yang menyebalkan. Sejauh apapun Gibran pergi, ia akan selalu pulang pada sosok yang selalu ada dalam pelukannya. Mendekapnya erat tak akan melepasnya lagi, menggenggam t...