12. An Invitation

35 7 1
                                    

"Hai, boleh gabung?" Yolanda tersenyum sambil membawa sebuah piring makan ditangan nya. Tanpa menunggu jawaban, gadis itu duduk kemudian menatap Athaya dan Acha bergantian.

"Meja nya penuh, ikut ya, cuman numpang makan doang kok"

Athaya hanya menggeleng melihat kelakuan gadis dihadapan nya ini. Sudah tidak aneh lagi melihat kelakuan Yolanda. Meskipun tidak dekat, tapi cukup tau akan sikap gadis ini.

"Tapi kalau mau gibah gue juga mau ikut"

"Gibahin diri sendiri maksud lo?"

"Cha..."

Yolanda hanya terkekeh kemudian menyeruput es nya sambil berpikir, "jadi orang orang disini suka gibahin gue?"

Acha hanya menjawab dengan mengedikkan bahu nya.

"Dia emang gitu," ucap Athaya tidak enak

"Gue juga emang gini" jawab Yolanda kemudian fokus memakan makanan nya. Athaya lagi lagi dibuat menggelengkan kepala kemudian melanjutkan makan nya. Pandangan Acha dan Athaya pada Yolanda berbanding balik. Acha mencap gadis yang menggilai ketua geng sekolahnya ini seperti siswa pada umum nya. Namun Athaya berbeda, ia memang kadang tidak suka melihat kelakuan Yolanda yang terlihat semena mena, tapi gadis itu jadi yakin kalau Yolanda anak baik setelah beberapa bulan yang lalu dirinya memergoki Yolanda yang sedang memberikan uang  hasil malak nya pada adik kelas yang ternyata juga habis dipalak. Astaga ia tidak habis pikir, sebenernya apa yang ada diotak gadis berusia 17 tahun dihadapannya ini.

"Oh, titip handphone si Gibran ya nanti tolong balikin" Yolanda menyerahkan handphone bercassing hitam dengan tulisan huruf A dan G itu. Tanpa menunggu persetujuan Athaya, gadis itu malah pergi dengan terburu buru setelah membaca pesan dari sahabatnya.

"Tuh cewek kenapa sih? nyusahin orang aja" kesal Acha menatap kepergian Yolanda dari kantin, sedangkan Athaya menatap handphone dihadapannya dengan seksama.

"Balikin gih," suruh Athaya menyerahkan beda tipis itu pada Acha

"Males, lagian dia nyuruh nya sama lo bukan gue"

***

Kesalahan terbesar nya adalah percaya pada gadis yang menggilai ketua geng nya sekaligus sahabatnya. Gibran sekarang malah dibuat pusing akan Yolanda yang membawa pergi handphone nya.

"Balikin hp gua atau ga gua restuin sama si Guntur?"

Yolanda memutar bola matanya malas, "udah gue bilang, gue titipin sama Athaya kelas sebelah"

Gibran mengacak rambut nya sendiri, sedangkan Yolanda hanya menatap nya datar. Tidak ada dosa dan beban.

"Ambil, gamau tau gua"

"Dih, siapa lo nyuruh gue?" ucap Yolanda sambil meninggalkan Gibran. Membuat cowok itu lagi lagi menghela nafas kasar, kalau handphone miliknya diserahkan pada Bintang sih tidak masalah, tapi ini pada gadis yang beberapa hari yang lalu ia kepoi dan hindari.

Cowok dengan seragam batik tanpa dasi itu berjalan menuju kelas dimana gadis itu berada, mungkin. Karena yang ia dapatkan hanya Acha yang sedang bercanda dengan Putra. Guntur dan Rangga masih nyaman berasa dikantin.

"Athaya mana?" tanya nya

"Nyari hp?" tanya Acha balik, Gibran mengangguk 

"Athaya lagi di Aula atas" jawab nya membuat Putra juga Gibran mengerutkan kening nya.

"Ngapain?"

ATHAYA GIBRAN - 01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang