GOC 14. Khawatir

94 21 3
                                    

Seorang pria paru baya sedang berkutik dengan kertas kertas di meja kerjanya, sesekali memijat kepalanya yang sedikit sakit.

"Ini kopinya pa." Sang istri datang dengan secangkir kopi. "Kalau capek istirahat, jangan maksain diri."

"Makasih, aku nggak papa. Kantor lagi ada masalah makanya aku harus selesai cepet."

"Yaudah, aku ke kamar duluan."

Setelah kepergian istrinya, dirinya kembali fokus pada berkas berkas di meja kerjanya sampai ponselnya berbunyi.

"Ada apa?" Tanyanya to the point.

Jawaban dari sebrang sana membuatnya terdiam dan mendengar semua dengan ekspresi yang sulit di artikan.

"Ternyata benar, mereka yang melakukan."

Panggilan terputus secara sepihak dan mencari nomer lain untuk dia hubungi.

"Cari keberadaan Heekkie sekarang!" Perintahnya yang tidak bisa di bantah.

"Tenang om, sekarang saya dan yang lain sudah menuju tempat Heejin sekarang."

"Kabari terus saya."

"Baik om."













































Mobil Jaemin berhenti di tempat yang tidak di ketahui sama sekali oleh Heejin, tempatnya begitu asing.

"Di mana ini?" Tanya Heejin begitu keluar dari mobil.

"Ayo masuk dulu." Ajak Jaemin yang sudah berjalan terlebih dahulu.

Heejin hanya mengikuti langkah Jaemin dari belakang tidak ada rasa takut atau khawatir darinya, seperti sudah tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Wah kalian sudah datang ternyata." Sambut seorang pria yang berada di ambang pintu.

"Iya bang."

"Ayo masuk." Ajaknya masuk pada kedua orang yang baru datang.

"Oh kita belum kenalan, gue abangnya Jaemin, Jaehyun." Jaehyun memperkenalkan diri.

"Heejin."

"Jeon Heejin?" Jaehyun memastikan yang di angguki Heejin. "Benar keluarga Jeon, pemilik perusahaan terkenal itu."

"Silakan di makan, ini para asisten sudah menyiapkan semua ini khusus untukmu."

"Terima kasih bang."

"Jaemin, ikut gue." Bisik Jaehyun pada Jaemin yang duduk di sebelahnya.

"Jin, gue ke atas dulu ya, lo tunggu sini bentar." Heejin hanya mengangguk.

Jaehyun dan Jaemin berjalan meninggalkan Heejin sendiri di meja makan.

"Rencana selanjutnya?"

"Sabar bang, bahkan gue belum bisa hasut Heejin biar nurut sama gue."

"Jangan terlalu lama, mereka sepertinya sudah tau lo siapa."

"Iya."




















"Mereka sepertinya sedang pembicarakan sesuatu."

"Hati hati, terus waspada!"

"Iya, sekarang di mana?"

"Di jalan menuju sana."

"Hati hati, udah ya sepertinya mereka sudah selesai."

























































"Chan kesini sekarang bareng Renjun, gue butuh bantuan lo pada." Ucap Jeno pada Haechan yang berada di sebrang telepon.

"Gue serlok."

Jeno sekarang berada di depan kediaman Na, bukan maksud memata matainya tapi, tadi saat di apartement nomer tidak di kenal itu kembali memberi pesan mengatakan jika ada sekelompok orang yang mengikuti Heejin.

Awalnya Jeno tidak memperdulikan karena ada Jaemin yang akan menjaga Heejin bukan, lagian memang seharusnya Jaemin yang menjaga bukan dirinya kan.

Jeno melihat Jaemin dan Heejin keluar dari rumah, terlihat keduanya sedang berpamitan dengan Jaehyun.

"Kok bisa Jaemin dan bang Jaehyun akur gitu? Bukannya Jaemin bilang nggak bakal baikan sama abangnya itu." Guman Jeno.

Itulah yang membuat Jeno khawatir dengan keadaan Heejin, apalagi dirinya tau kalau keluarga Na dan Jeon sedang bersaing, dirinya takut dengan perdamaian kedua adik kakak itu akan menyakiti Heejin.




















- vienyxxx

01. Competition? (Jaejin) ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang