XVI

854 81 0
                                    

"Oaa - san !"

Temari menoleh cepat ke arah Shikadai yang sedang menarik narik bajunya. Ia yang tadinya fokus ke arah mainan putranya yang masih berserakan langsung meninggalkan pekerjaannya.

"Apa ? Dai tadi bilang apa ?"

"Oaa - san."

Sebuah senyuman lebar langsung menghiasi wajah ayu wanita itu. Ia kembali meminta putranya mengulangi kata itu berkali kali, seakan masih tidak percaya. Hatinya semakin berbunga saat panggilan itu semakin banyak diulang, Temari langsung menggendong Shikadai dan sedikit berlari ke arah dapur, tempat Mako berada.

"Mako Baa - chan ! lihatlah ini ! dia bisa memanggilku ! ayo Dai, katakan lagi yang tadi !" Mako yang sedang minum menatap sepasang ibu dan anak itu, terdiam menunggu apa yang akan terjadi.

"Oaa - san."

"Nah ! lihatkan ?! Dai memanggilku Okaa - san !" Temari menatap Mako dengan binar gembira yang sudah seterang matahari Suna di musim kemarau.

"Iya, saya melihatnya Temari - sama, selamat ya, bukankah dengan ini anda jadi merasa benar benar menjadi seorang ibu ?" ujar Mako

Temari mengangguk sambil tersenyum cerah "Iya !"

"Kalau begitu, lain kali jangan berlari sambil menggendong Shikadai - sama ! anda ini kekanakan sekali." tangan Mako dengan cepat mencubit pipi Temari gemas. Ia tak habis pikir, apakah selama ia tak menemui Temari, gadis itu berubah menjadi bar bar ?

"Ah, aku kan hanya sedikit berlari, tenang saja, benar kan Dai ?"

"Jangan mencari pembelaan kepada bayi anda, Temari - sama ! haah anda ini benar benar, bukankah dulu sudah ada pelajaran tentang tata krama ? seorang tuan putri tidak boleh berlarian seperti itu !"

Wanita itu meringis saat merasakan cubitan di pipinya semakin bertenaga "Iya iya, maafkan aku ! aku kan hanya terlalu senang ! aduuh lepaskan, Mako Baa - chan !"

"Lain kali jangan begitu, Temari - sama, bagaimana kalau Shikadai - sama jatuh atau tidak seimbang di gendongan anda ?"

Temari hanya mengangguk sambil bermain dengan Shikadai yang ada di gendongannya selama Mako menngomelinya panjang lebar. Entah rentetan kalimat panjang itu masuk ke dalam telinga sang ibu muda atau hanya lewat bagai angin lalu.

"Anda paham ?"

"Iya, Mako Baa - chan."

Mako menghela napas saat mendengar jawaban dengan nada setengah tulus itu. Temari benar benar tidak berubah, tapi setidaknya ia lega karena mengeluarkan semua yang mengganjal di hatinya.

"Sebaiknya anda bermain di kamar, anda juga lelah bukan ?"

Temari mengangguk setuju, jujur saja tubuhnya memang sudah sangat lelah. Ia melangkah ke kamar dengan Shikadai yang masih bermain dan mengoceh ria di gendongannya.

"Nah Dai, kita bermain di sini saja ya ? Coba bilang Okaa - san lagi !"

"Oaa - san."

Temari memekik girang, panggilan ibu benar benar membuat hatinya menghangat.

"Ah, putraku memang yang paling pintar." Senyuman Temari sedikit luntur, sorot matanya berubah menjadi sedikit sendu.

"Kau pintar sekali, mirip Otou - sanmu."

Temari mengelus Surai hitam Shikadai, mengacaknya dengan gemas. Bocah lelaki itu hanya tertawa riang, ia memajukan tubuhnya, tangannya tergerak untuk menarik rambut pirang ibunya yang malam itu sengaja diurai.

Perfect FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang