XIV

911 78 1
                                    

"Selamat datang Temari - sama."

Temari terlihat terkejut saat melihat Matsuri berdiri sambil tersenyum manis di dalam kamarnya.

"Matsuri ? kenapa kau disini ?"

Gadis berhelaian coklat itu tertawa pelan "Aku lembur bersama Gaara - sensei malam ini, jadi tadi aku ketiduran di kamar tamu."

Temari mengangguk paham, ia sudah mengetahui kelanjutan cerita bagaimana Matsuri bisa berdiri di dalam kamarnya.

"Anda pulang sedikit terlambat, matahari sudah akan naik, apa ada hambatan di jalan ?" Tanya Matsuri.

"Tidak, mungkin ini karena Dai menangis semalaman dan membuatku kurang tidur."

"Begitu ya... jadi ? apa anda tidak mau menceritakan tentang Shikadai - sama ?" Matsuri mengekor setiap langkah Temari sambil memasang tatapan berharap. Sejak kelahiran Shikadai, ia tidak pernah lagi menemui bayi itu dan hanya mendengar cerita dari Temari.

"Dia jadi semakin menggemaskan." Temari tersenyum cerah saat membayangkan senyuman putranya.

"Hee, anda benar benar pelit ! ceritakan lebih banyak !"

Temari hanya tertawa sambil berlalu ke dalam kamar mandi "Lain kali saja ya."

Matsuri menjerit tertahan, mimik kecewa ketara jelas menghiasi wajah gadis manis itu "Anda jahat sekali !"

-------------------000------------------

"Semuanya sudah selesai, dengan begini kita tidak perlu pusing soal air bersih saat kemarau." Gaara menutup topik rapat kali itu dengan wajah puas.

Para anggota rapat juga menunjukkan ekspresi yang sama, bahkan ada beberapa yang sampai menghela napas lega. Musim kemarin memang menjadi musuh bebuyutan Suna, tak heran jika semua orang khawatir, apalagi sejak ada masalah dengan desa Konoha, semua jadi semakin rumit.

"Gaara, bisa bicara sebentar ?" Temari mencegat langkah adik bungsunya yang akan meninggalkan ruang rapat. Pemuda bersurai merah bata itu mengangguk dan berjalan bersama kakaknya ke arah balkon atap.

"Apa ada perkembangan ?" Pernyataan pertama diajukan oleh Temari.

Gaara hanya menghela napas dan menggeleng pelan "Belum ada perkembangan, sepertinya ada campur tangan orang atas dalam masalah kali ini."

"Haah itu kemungkinan besar, mengingat penyelidikan kita tidak ada perkembangan sama sekali sejak awal, tapi... Kalau itu benar.... Kenapa mereka ingin memutus hubungan dengan Suna ? Bukankah hubungan ini sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak ?"

"Aku juga tidak tahu, Nee - san."

Kedua pemilik manis sewarna Zamrud itu kembali menghela napas. Mereka sangat bingung, bagaimana cara menyelesaikan masalah kali ini ? Ditambah lagi, para Tetua, Kankurou, dan sebagian warga sudah sangat marah, kebencian telah menyebar ke setiap sudut.

"Kenapa Nee - san mau membantuku ? Padahal di konferensi politik kemarin, Nee - dan sangat dipermalukan oleh politikus muda Konoha."

Temari terkekeh, ia meletakkan tangannya di atas Surai merah adik bungsunya lalu mengacaknya pelan "Aku tidak masalah soal itu, kedua desa sedang terlibat salah paham."

"Lalu ? Apakah Nee - san punya alasan khusus ? Apakah ada seseorang yang ingin kau temui disana ?"

Wanita itu terdiam, manik indahnya beralih menatap hamparan pasir Suna yang bersinar bagai emas di bawah mereka "Bisa dibilang begitu, tapi... Aku melakukan ini untuk membantu adik kecilku yang ingin menemui Sahabatnya." Kini ia menatap sang Kazekage muda itu dengan tatapan cerah, bahkan ia mencubit pipi Gaara sambil tertawa jahil .

"Hanya itu ?"

"Yaah tentu saja aku punya orang yang berharga disana, yang penting sekarang kita harus fokus menyelesaikan masalah dan mengembalikan hubungan dengan Konoha, benar bukan ?"

'ah, Nee - san pasti sangat merindukan teman temannya di Konoha.' pikir Gaara. Ia menganggukkan kepalanya tanda setuju. Pemuda itu sangat senang saat tahu jika Temari sependapat dengannya untuk masalah Konoha Suna dan berniat membantunya. Ia merasa tenang jika ada yang mendukungnya. Itu artinya dia tidak sendirian.

"Kita pasti akan berhasil memecahkan masalah ini, Nee - san."

----------------000----------------

Temari melempar tumpukan kertas berisi informasi yang didapat oleh informan pribadinya.

Tidak ada petunjuk sama sekali, selain beberapa keanehan di daerah perbatasan dan pergerakan Konoha yang sepertinya mulai ingin mengambil alih beberapa wilayah perbatasan.

Hati Temari benar benar gundah, perbatasan kini menjadi tempat yang kurang aman, padahal ia belum menemukan tempat lain untuk melindungi putranya.

"Masih hipotesis ya...." Gumam Temari, ia hanya bisa berharap jika informasi pergerakan Konoha itu salah.

Matsuri hanya berdiri sedikit menjauh dari Temari, disaat pikiran wanita itu sedang keruh, maka apa saja bisa terjadi.

"Apa saya harus memeriksa informasi itu ?" Tawar Matsuri.

"Jangan, aku akan mengirimmu ke daerah dekat perbatasan, kau cukup pastikan sekitar 'rumah' aman, kalau bisa tolong pasangkan beberapa jebakan di sekitarnya, pastikan kalau tempat itu benar benar tidak terancam."

Matsuri mengangguk "Baik Temari - sama, Uhm... Setelah itu.... Apa saya boleh menjenguk Shikadai - sama ?"

Temari terkekeh pelan "Tentu saja, tunggu aku disana, kita akan bertemu saat malam."

"Siap laksanakan, Temari - sama !"

Perfect FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang