"Tidak boleh !"
Temari menghela napas, mengelus Surai hitam putranya lembut sebelum menjelaskan lebih lanjut.
"Dai kan sudah sembuh, jadi Okaa - san harus kembali bekerja."
"Tidak mau ! Dai ingin Okaa - san tetap disini, jangan pergi, D- dai belum sembuh, Dai ti-- uhuk uhuk." Sepertinya, karena bicara terlalu cepat, Shikadai jadi tersedak. Bocah itu memeluk ibunya erat, tak ingin melepaskan Temari pergi.
Ia benar benar bahagia dengan kesehariannya sekarang ini.
Ia tak ingin jauh dari ibunya lagi.
Ia ingin selalu bersama Temari.
"Dai, pelan pelan sayang." Temari menepuk nepuk punggung putranya pelan.
Wajahnya terlihat semakin muram "Lihat ! Dai masih sakit ! Jadi jangan pergi, Okaa - san."
Temari menghela napas pelan. Ia juga tak ingin pergi, tak ingin jauh dari sang putra, tapi apalah daya.
Tadi pagi, Matsuri mengirimkan pesan melalui bunshinnya, katanya, orang orang mulai menaruh curiga kepadanya. Karena itulah Temari harus lekas kembali, dan hal itu bertepatan dengan membaiknya kondisi Shikadai.
Semakin tidak ada alasan untuknya tinggal.
Temari mengecup pucuk kepala putranya, dalam dan lama, menikmati aroma khas yang tak pernah bosan ia nikmati "Demamnya Dai sudah turun 'kan ? Dai juga sudah bisa berlarian tadi, itu artinya Dai sudah sembuh. Lagipula ... Okaa - san harus berkerja, mengertilah sayang."
"Memang ... apa pentingnya berkerja itu ?"
Wanita itu tertawa pelan. Membawa putranya berbaring sambil terus mendekapnya erat "Itu penting tahu ! kalau tidak, nanti Dai tidak akan punya banyak mainan, buku cerita, krayon--"
"Dai tidak perlu semua itu, semuanya tidak akan Dai gunakan jika Okaa - san ada disini."
Temari terdiam mendengar jawaban putranya, dengan wajah cemberut yang menggemaskan, perkataan Shikadai terdengar sangat dewasa, seakan ia sudah menyiapkannya jika sewaktu waktu ia menanyakannya.
Brillian
"Bukan hanya itu saja, bagaimana Dai bisa makan kalau Okaa - san tidak bekerja ? jika Dai tidak makan, nanti Dai akan jatuh sakit lagi, karena itu, bekerja adalah sesuatu yang saaangat penting."
Bocah itu kembali memajukan bibirnya, masih tak terima dengan alasan yang dilontarkan ibunya.
Jujur saja, ia merasa sedih jika harus berpisah dari ibunya lagi, ia ingin terus bersama Temari seperti hari ini. Kalau saja ia bisa meminta satu keinginan maka dengan tanpa ragu ia akan menjawab agar ia dan ibunya bisa selalu seperti ini.
"Kita akan tetap bertemu seperti biasanya, tenang saja."
Dai hanya diam, ia mengeratkan pelukannya kepada ibunya.
Temari menghela napas, ia mengecup pucuk kepala putranya "Mau dengan lagu dan dongeng sebelum tidur ?"
--------------------000-------------------
Temari mendekati Shikadai yang sedang tertidur. Bocah itu tertidur dengan sangat berantakan, bahkan sampai selimutnya jatuh kebawah.
"Dasar, nyenyak sekali tidurnya rusa kecilku ini." Temari terkekeh pelan, menampakkan deretan giginya yang putih. Ia mengambil selimut yang terjatuh dan kembali memakaikannya ke tubuh Shikadai.
Surai hitam yang mulai memanjang itu terasa sangat lembut di tangan Temari, ia tersenyum sambil terus memandangi wajah damai putranya.
Pandangannya terlempar ke arah jam yang terus menunjukkan berkurangnya waktu, Temari memutuskan untuk bangkit setelah melayangkan sebuah kecupan hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Family
FanficYang diinginkan Shikadai hanyalah keluarga yang lengkap . . . Kehidupan ini adalah kesalahan yang kami inginkan