"Sekarang, katakan semua yang kau sembunyikan selama ini, Matsuri."
Gadis itu mengangguk pasrah, setelah pertemuan yang menyenangkan juga mengharukan tadi, ia tahu kalau dirinya dalam masalah. Setelah Shikadai naik ke kamar di lantai dua untuk tidur kini Matsuri akan melakukan sesi introgasi bersama tiga lelaki disana.
Gaara menatap Matsuri lekat, gadis itu masih sesekali mengusap matanya yang sembab dan bengkak setelah banyak menangis tapi hal itu tak menyurutkan niatnya untuk membongkar semua rahasia yang tersisa "Katakan semua tanpa ada yang kau sembunyikan."
"Apa kau sudah tahu kehamilan Nee-san selama ini, Matsuri?" Tanya Kankurou.
Matsuri mengangguk "Saya tidak sengaja mengetahuinya awalnya, tapi karena Temari-sama meminta bantuan saya untuk merahasiakan dan membantunya dalam masa itu saya tidak punya pilihan lain."
"Setidaknya kau bisa memberitahu kami bukan? Kenapa kau merahasiakannya?"
"Saya sudah bersumpah dan saya juga tidak bisa membuat Temari-sama lebih khawatir lagi."
Kankurou menghela napas kasar, ia sempat lupa dengan keras kepala kakaknya. Tidak heran jika Temari khawatir, hukuman untuk kehamilan di luar nikah di Sunagakure sangat kejam.
"Begitu ya..," Gaara bergumam pelan, ia menatap Matsuri lamat "Mau bagaimana lagi semuanya sudah terjadi."
Kankurou dan Shikamaru mengangguk tanda setuju. Sebenarnya, mereka sedikit menyayangkan tindakan Matsuri tapi paham kenapa gadis itu memilih langkah tersebut.
Matsuri kembali menangis, ia bersujud di lantai "Saya pantas mati, saya bersalah karena menghianati kepercayaan kalian."
"Bangunlah, tidak apa-apa..," ujar Gaara tenang, ia menepuk punggung muridnya itu beberapa kali, menyuruhnya bangkit "... Sebagai gantinya, tolong ceritakan bagaimana Shikadai saat bayi, bagaimana Nee-san merawatnya, apa Nee-san bahagia?"
Matsuri bangkit, kembali duduk di tempatnya semula "Temari-sama bilang mendapatkan Shikadai-sama adalah salah satu keajaiban terindah dalam hidupnya."
Gadis itu tersenyum, ia kembali mengingat betapa manisnya Temari saat bersama Shikadai. Bagaimana mereka melalui hari di rumah kecil itu bersama Mako.
"Anda tahu Mako Baa-san? Dia adalah ibu asuh Temari-sama dulu, dia membantunya dalam proses kehamilan sampai melahirkan, dia juga yang merawat Shikadai-sama saat kecil."
Shikamaru ingat, nenek yang bersama Shikadai saat ia menjemputnya. Ternyata itu ibu asuh Temari.
"Saya minta maaf karena terlambat menyadari bahwa anda adalah ayahnya, Shikamaru-san, Temari-sama tidak pernah memberitahu kami soal ayah Shikadai-sama. Saya juga hanya berpikir kalau orangnya adalah pria Sunagakure." Matsuri menatap Shikamaru dengan tatapan bersalah, padahal rumor hubungan mereka sudah merebak sebelum masalah ini terjadi tapi kenapa ia tidak mencurigai Shikamaru bahkan setelah melihat rambut Shikadai?
"Tidak mengapa, Matsuri," jawab Shikamaru, ia tersenyum simpul.
Saat Matsuri ingin melanjutkan ceritanya, suara Shikadai dari arah tangga yang ada tak jauh dibelakang mereka menyelanya.
"Dai? Kenapa belum tidur?" Tanya Shikamaru, ia memberi kode dengan tangan agar Shikadai mendekat.
"Aku tidak bisa tidur, kamar Okaa-san terlalu besar, tidak seperti kamarku atau kamar kita di rumah."
Shikamaru terkekeh, ia mengacak surai putranya dengan gemas "Oh, jadi kau takut ada di kamar besar sendirian?"
"Tidak apa-apa, tidurlah, kalian pasti lelah." Gaara menengahi percakapan dua ayah anak itu, ia tersenyum ke arah Shikadai "Kau harus mengisi tenagamu untuk besok pagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Family
FanfictionYang diinginkan Shikadai hanyalah keluarga yang lengkap . . . Kehidupan ini adalah kesalahan yang kami inginkan