"Aku pulang." Temari melepas alas kakinya. Menyandarkan tessennya di dekat pintu dan menghela napas pelan, SUngguh, hari ini benar benar berat untuknya.
"Oaa - san !" sebuah suara manis dan menggemaskan langsung membuat Temari menolehkan kepalanya, melempar sebuah senyuman hangat.
Manik zamrudnya melebar tatkala sang putra mulai berdiri dengan usahanya sendiri. Kaki kecilnya melangkah mendekati Temari meski sedikit goyah. Wanita itu ingin berlari memeluk putranya, tapi gelengan dari Mako membuatnya hanya duduk bersimpuh di atas Genkan, memberi semangat kepada Shikadai lewat senyuman.
"Ayo Dai ! kemarilah !"
Shikadai semakin bersemangat melangkah, ia hanya menatap ibunya sambil mengarahkan tangannya ke depan, seakan ingin menggapai Temari.
Bruk
Shikadai tiba tiba terjauh, tubuhnya tidak seimbang dan jatuh tersungkur ke depan, untung saja ia masih bisa menahan tubuhnya dengan kedua tangan. Matanya terlihat berkaca kaca saat menatap sang ibu.
Awalnya, Temari ingin berlari menggendong putranya, merasa iba dengan tatapan putus asa itu. Tapi akhirnya ia lebih memilih menjulurkan tangannya ke depan tanpa bergerak sedikitpun dari tempatnya.
"Ayo Dai, kau pasti bisa !" Ia memberikan tatapan penuh kepercayaan, berharap putranya kembali bangkit dan berjalan ke arahnya.
Shikadai berusaha berdiri, seakan merasakan semangat yang diberikan ibunya. Kakinya kembali melangkah meski matanya masih tetap berkaca kaca.
Hup
Temari memeluk Shikadai yang menjatuhkan diri kedalam pelukannya dengan erat. Senyum tanda bangga dan bahagia terpancar, bersinar bagai mentari pagi "Kau berhasil, Dai ! anak pintar !"
Shikadai menangis pelan di pelukan ibunya, tangan mungilnya memeluk erat leher sang ibu sambil membenamkan wajahnya. Temari tertawa pelan, tangannya tergerak untuk mengelus surai hitam putranya lembut, sedikit menepuk nepuknya penuh kasih sayang, mencoba menenangkan sang putra.
"Anda datang lumayan cepat, ya Temari - sama ? apa pekerjaan anda berjalan lancar ?" sambut Mako.
"Begitulah, aku bisa menyelesaikan semua lebih cepat hari ini."
Shikadai memanggil manggil Temari dengan suaranya yang menggemaskan. Temari tertawa, mengangkat putranya dan sedikit memutarnya di udara lalu menciumi setip inchi wajah yang mirip dengan kekasihnya itu.
"Ada apa putraku yang jenius ? kau pintar sekali sih, sudah bisa berjalan sendiri, Dai hebat."
Shikadai memekik senang, ia menampakkan senyuman lebar hingga pipinya yang gempal terdesak "Oaa - san ! Dai alan !"
Temari mengangguk "Iya, Dai bisa jalan, pintar sekali." ia membawa Shikadai ke depan Mako dan mendudukkannya di pangkuannya. Temari menggerai rambutnya dan membiarkan putranya bermain dengan itu.
"Ada apa Temari - sama ?"
"Begini... uhm.... Mako Baa - san.... sepertinya aku harus mengurangi waktu pertemuanku dengan Dai mulai sekarang."
"APA ?! ANDA SERIUS ?! waktu yang anda miliki bersama Shikadai - sama sudah sangat sedikit dan anda berniat menguranginya lagi ?! Temari - sama, putra anda baru berumur 1 tahun, dia baru saja melewati ulang tahunnya seminggu yang lalu, Shikadai - sama masih butuh banyak perhatian dari anda ! anda juga tahu kan betapa pentingnya hal itu ?!"
Temari mengangguk "Aku tahu, aku sangat tahu, tapi... sepertinya orang orang mulai mencurigaiku... dan jika mereka sampai menemukan Shikadai, akan terjadi masalah besar yang tidak bisa kubayangkan, kumohon pahami aku lagi, Mako Baa - san."
"Kenapa tiba tiba anda memutuskan hal seperti ini ?"
Flashback
"Nee - san, akhir akhir ini kau jarang kelihatan."
Temari menoleh ke belakang, menatap kedua adiknya dengan tatapan biasa meski dalam hati sudah panik "Aku hanya sedang suka kabur dari pekerjaan, semua tumpukan dokumen itu membuatku gila."
Kankurou dan Gaara saling berpandangan, keduanya nampak setengah tak percaya
"Benarkah ? tumben sekali, seingatku Nee - san bukan tipe orang seperti itu." ujar Kankurou
"Entahlah, aku hanya merasa sedikit lelah, Kankurou, aku hanya ingin sedikit mmeberontak."
"Tapi Nee - san benar benar tidak apa apa kan ?" tanya Gaara dengan nada khawatir
"Iya, tenang saja, aku baik kok."
"Ngomong ngomong, kemana Nee - san 'kabur' selama ini ? aku selalu tidak bisa merasakan chakramu di seluruh desa."
Deg
Rasanya jantung Temari akan melompat karena terlalu tegang, ia benar benar takut semua rahasianya akan terbongkar.
"Aku sengaja menyembunyikan chakraku agar kalian tidak menemukanku." Temari tertawa jahil, ia menatap kedua adiknya lembut.
"Benarkah ?"
"Iya, sudahlah, aku mau tidur, selamat malam."
"Jika Nee - san sering menghilang seperti itu, banyak orang yang akan curiga."
Temari menghentikan langkahnya yang akan menaiki anak tangga pertama lalu mengangguk "Aku tahu."
Flashback END
Mako menghela napas "Saya bisa mengerti, anda melakukan ini untuk kebaikan Shikadai - sama, anda melakukan ini semata mata untuk keselamatan putra anda, saya sangat mengerti, tapi bagaimana dengan Shikadai - sama ?"
Temari sedikit tersentak, ia selama ini memang bergerak sesuka hatinya dengan landasan keselamatan sang putra, tapi jujur saja ia juga sebenarnya kadang bertanya tanya soal hal itu.
"Apa anda pikir dia bisa mengerti ? anda tidak ingin memberitahu saya apa yang sebenarnya anda takutkan dan anda juga menyuruh saya untuk bungkam jika suatu hari nanti Shikadai - sama bertanya tentang kenapa anda jarang bersamanya, apa anda tidak memikirkan perasaan Shikadai - sama ?"
"Aku tahu... tapi... jika tidak seperti ini dia bisa saja dibunuh !"
"Saya mengerti, tapi hati Shikadai - sama bisa terluka jika anda jarang ada di sisinya seperti ini, dia bisa saja merasakan kekosongan yang mendalam, saya hanya tidak mau, suatu hari nanti Shikadai - sama akan membenci ibu yang sudah memperjuangkan segalanya untuknya, saya tidak ingin Shikadai - sama marah kepada wanita yang sudah mempertaruhkan segalanya hanya untuk keselamatannya, anda mengerti bukan ?"
Temari mengangguk, ia mengerti, ia sangat tahu akan kemungkinan itu. Sesuatu yang paling ia takutkan, sesuatu yang paling tidak ia inginkan. Tapi jika dengan hal itu bisa menyelamatkan nyawa Shikadai maka Temari rela mendapat ucapan benci atau tatapan tajam putranya.
Asalkan Shikadai terus hidup bahagia dan sehat
"2 hari... aku akan menemui Shikadai selang jeda 1 hari, di malam seperti biasa, aku janji."
Mako kembali menghela napas "Saya tidak bisa melarang sih... tapi tetap saja... sekarang saja waktu kebersamaan kalian sudah sangat kurang apalagi... akhh."
"Aku mengerti, aku siap menanggung semuanya."
"Jangan begitu Temari - sama, saya ingin meringankan beban anda."
Temari menggeleng "Aku sudah cukup merepotkanmu, Mako Baa - san, dan mungkin untuk kedepannya akan semakin repot."
"Baiklah, saya akan berusaha sebaik mungkin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Family
FanficYang diinginkan Shikadai hanyalah keluarga yang lengkap . . . Kehidupan ini adalah kesalahan yang kami inginkan