XXXVIII

467 44 3
                                    

"Kau menemukannya?"

Lelaki  itu mendongak dari posisinya yang sedang bersimpuh memberi hormat. Sudah biasa karena orang di depannya adalah seorang atasan "Kami menemukan hal kecil."

Orang itu tersenyum lalu tertawa pelan "Hal kecil? Tolong katakan itu hal hidup yang menggemaskan dan tidak bisa Shikamaru lepas seperti semua yang sudah ia relakan selama ini."

Lelaki tadi mengangguk "Persis seperti yang anda katakan, tapi kami tidak tahu pasti apa status anak itu baginya."

"Tidak mungkin juga kalau si pemalas itu memungut anak di jalanan dan membesarkannya... Itu terlalu merepotkan baginya...," Orang itu bergumam sendiri, hanyut dalam monolog "...apa dia anak kerabat dekat atau orang yang membuat bocah itu berhutang budi? Membingungkan."

"Nara sialan itu bisa-bisanya membuat gerakan untuk menghentikan hal ini, tapi sudah berapa banyak kekuatan yang dia kumpulkan? Ah tidak penting, jika aku bisa merusak otak dari rencana itu...," Orang itu mengepalkan tangannya dan tertawa keras.

"Cari tahu dengan pasti status anak itu," titah orang itu, ia tersenyum kembali, sebuah senyum yang mengerikan "Dengan begitu kita bisa memenangkan permainan ini."

-----------000------------

"Lalu, tadi juga aku melihat banyak permen di sebelah kiri, yang kiosnya warna hijau...." Shikadai belum selesai mengoceh tentang festival tadi bahkan sampai naik ke tempat tidur.

Shikamaru terkekeh, ia menggelar Futon miliknya tepat di samping sang putra sambil terus menanggapi celotehan Shikadai.

Pria itu senang, Shikadai bertingkah layaknya anak seumurannya. Bukan sebagai anak kecil yang terpaksa dewasa karena keadaan.

"Lain kali kita pergi ke festival lagi ya, Otou-san!"

Shikamaru mengangguk "Akan Otou-san usahakan," ia menaikkan selimut Shikadai sampai dada dan berbaring di Futonnya sambil mengelus kepala bocah itu lembut "Sekarang tidurlah, sudah malam."

"Selamat malam, Otou-san." Shikadai mulai menutup matanya, senyuman yang tadi terbit masih setia bertahan disana.

Syukurlah, Shikamaru membawanya ke festival kali ini, meski memang sedikit beresiko.

Pria itu tersenyum lembut, memandangi wajah tertidur sang putra "Lihatlah Temari, putra kita tumbuh dengan menakjubkan."

-----------000-----------

Shikadai masuk ke kamarnya dengan membawa papan shogi, berniat meletakkan kembali ke tempatnya setelah selesai memainkannya.

Bocah itu berhenti di depan jendela, memandangi bias cahaya yang muncul dari celah tengah.

Dunia luar.

Sesuatu yang masih sangat baru untuknya.

Kakinya melangkah mendekat, tetap dengan papan shogi di dekapannya.

Manik hijaunya mengintip diantara celah, melihat dengan antusias berbagai macam kegiatan diluar sana. Meski ia melakukan ini setiap hari, Shikadai tak pernah bosan.

"Waah, ternyata ada buah yang bulat besar seperti itu," gumamnya sambil tersenyum. Saat ayahnya pulang nanti ia akan menanyakan buah apa itu.

Sedang asyik mengamati, sebuah benda melaju kearahnya dengan cepat. Shikadai yang terkejut tidak bisa menahan dorongan dari benda tadi dan terjungkal ke belakang.

Shikadai memegangi punggungnya yang sakit terantuk lantai. Matanya membulat, tubuhnya gemetar ketakutan kala ia melihat papan shoginya.

Papan itu telah ditancapi 2 kunai!

Shikadai mengenali benda itu, ia pernah melihat di buku ilustrasi Shinobi yang diberikan Ino.

Belum habis keterkejutannya, jendela itu kini terbuka lebar, sesosok berjubah hitam dan memakai penutup wajah aneh dan hanya menyisakan matanya kini berdiri tepat di hadapannya.

Shikadai ingin berteriak tapi entah kenapa lidahnya kelu. Sosok tadi mengambil kunai dari tas misi belakangnya dan memegangnya erat "Oh, jadi kau anak yang dimaksud."

Hanya itu yang ia katakan sebelum tangannya terayun ke arah Shikadai.

Bocah itu memejamkan mata, pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Suara kunai beradu terdengar membuat Shikadai membuka matanya. Maniknya melebar kala melihat orang di depannya.

"O- Otou-san!"

Shikamaru melirik sekila ke arah Shikadai yang ada di belakangnya dan tersenyum. Ia kembali fokus dengan sosok di hadapannya.

Pemuda Nara itu memberi sedikit dorongan pada kunainya, membuat sosok itu agak menjauh, memberi jarak.

"Siapa kau? Katakan apa maumu?!"

Sosok itu tertawa keras "Ah begitu ya..., Ternyata dia anakmu."

Shikamaru masih memasang posisi siaga, takut sosok itu tiba-tiba menyerang.

Diluar dugaan, sosok itu berbalik dan menghilang keluar jendela. Shikamaru berusaha mengejar tapi terhenti karena tangan mungil Shikadai yang memegangi ujung rompinya.

Bocah itu menatap Shikamaru dengan nanar, tangannya gemetar ketakutan, bahkan keringat meluncur deras di pelipisnya.

Shikamaru menunduk, membawa Shikadai kedalam pelukannya, mencoba menenangkan bocah itu.

"Tidak apa-apa, ada Otou-san disini," ujar Shikamaru lembut.

Shikadai tak membalas, hanya menenggelamkan kepalanya lebih dalam di bahu sang ayah, mencoba mencari ketenangan.

Shikamaru melihat papan shogi yang ditancapi kunai, tak jauh dari tempat mereka kini. Ia menghela napas, keadaan rupanya semakin memanas.

Ia yakin, dalang dari masalah dua desa ini telah menaruh kecurigaan padanya.

"Dai, kita ke rumah Obaa-chan ya?"

-----------000-------------

"Apa yang terjadi?!" Yoshino nampak khawatir saat Shikamaru datang dengan Shikadai yang masih ketakutan di dekapannya.

"Ada orang yang ingin menyakiti Dai," Shikamaru menatap kedua orangtunya satu persatu, ia masuk kedalam rumah lebih dalam diikuti oleh pasangan Nara, mencegah ada orang yang mendengar percakapan mereka "Aku bisa menitipkannya disini untuk sementara?"

Yoshino mendekat, ia menepuk pundak Shikadai beberapa kali. Bocah itu mengangkat wajahnya, jejak air mata terlihat jelas di pipinya padahal sejak tadi tidak ada suara tangisan.

Wanita itu tersenyum dan mengangguk "Dai sama Obaa-chan ya? Tenang saja, semuanya sudah aman, tidak perlu takut."

Shikadai terdiam beberapa saat dan menatap wajah ayahnya. Shikamaru mengangguk memberi keberanian "Tidak apa-apa."

Shikadai akhirnya mau berpindah ke gendongan Yoshino dan memeluk neneknya erat. Mereka menjauh dari 2 pria disana menuju kamar Shikamaru di lantai atas.

"Mereka tahu identitas Shikadai?" Tanya Shikaku setelah dua orang itu hilang dari pandangan.

Shikamaru mengangguk "Mereka pasti akan mengincarnya setelah ini, aku harus membuat seakan sudah menyelundupkan Dai keluar desa dan kota harus melaksanakan rencana ini secepat mungkin."

"Bagaimana caranya kau mengelabuhi mereka?"

Shikamaru tersenyum "Pasti ada caranya."

Shikaku mengangguk, jika Shikamaru sudah berkata dengan percaya diri seperti itu maka artinya ia punya rencana.

"Kita akan mengakhiri ini segera," Shikamaru menghela napas, semuanya akan dipertaruhkan sebentar lagi, babak penentuan bagi semuanya, bagi takdir mereka semua "Saat pertemuan Hokage dan Kazekage minggu depan."

Perfect FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang