XXXII

713 61 1
                                    

"Tenanglah, dia hanya demam, kau kompres dan beri obat saja, juga istirahat yang cukup, dan dia akan sembuh." Keterangan Sakura membuat Shikamaru bernapas lega, ia benar benar panik, takut terjadi sesuatu yang buruk pada putranya.

"Jadi ? Kau siap menjelaskan ?" Ino nampaknya sudah tidak sabar, sedari tadi manik Aquamarinenya tak lepas dari sosok sang Nara.

Shikamaru mengangguk, memang mustahil menyembunyikan putranya tanpa ketahuan sedikitpun di sini tapi ia tak punya pilihan, Konohagakure adalah tempat teraman "Kita bicara di tempat lain saja."

"Otou - san...," Sebelum Shikamaru benar benar berdiri, sebuah tangan kecil memegang tangannya, menghentikan gerakannya menuju 'meja sidang'.

"Jangan pergi...," Suaranya terdengar serak dan begitu lemah, manik hijau forestnya, menatap ayahnya dengan tatapan berharap.

Shikamaru tersenyum lembut, mengelus surai yang sewarna dengannya penuh kasih "Sebentar saja, Otou - san akan segera kembali, janji." Bisik pria itu lembut sambil mencium kening putranya.

"Sungguh ?" Anggukan Shikamaru membuat manik Shikadai kembali terpejam tanda percaya.

Ketiga orang itu berjalan keluar kamar Shikadai, mengambil tempat yang agak jauh dari kamar tapi tidak terlalu dekat dengan pintu masuk.

"Kalian pasti sudah tahu," Shikamaru membukanya dengan nada canggung "Maksudku... Tentang Shikadai."

"Chakranya mirip denganmu, juga seseorang yang familiar." Ino memberi jawaban tanpa basa basi, satupun dari mereka tak ingin terjebak dalam situasi membingungkan seperti ini.

"Aku tak ingin menuduhmu, tapi apakah dia memang..., uhm...," Sakura terdengar ragu, tinggal satu kata dan itu tersekat di lidahnya.

"Dia adalah anakku." Jawaban yang ingin mereka tepis dari tadi tak disangka keluar dari mulut sang Nara begitu lancar. Kedua gadis itu pucat pasi, masih tak percaya dengan kenyataan yang ada.

"Bagaimana bisa ?" Tanya Ino dengan nada bergetar.

"Aku tahu kalian paham bagaimana seorang anak bisa hadir di dunia." Pernyataan yang memalukan memang, tapi entah kenapa otak Shikamaru mendadak buntu.

"Maksudku, siapa ibunya, Shikamaru ?!" Perempatan siku hadir di dahi lebar Sakura, ia tak menyangka Shikamaru masih bisa bercanda -padahal tidak- di situasi seperti ini

"Apa... Temari ?" Ino kali ini mengajukan pendapat dengan lebih berani. Kenyataan bahwa bocah yang mereka 'temukan' merupakan anak Shikamaru saja sudah termasuk gila, sekalian saja ia mengajukan teori gila lainnya di otaknya.

"Ino ! Ap--"

"Kau benar." Kini Sakura kembali ke posenya yang tadi, terkejut, sedangkan Ino hanya mengerjakan matanya, tak menyangka kalau ia sepintar itu.

"Apakah kalian bisa merahasiakannya ? Dari siapapun, termasuk teman teman kita." Pinta Shikamaru sungguh sungguh. Ia takut, identitas putranya akan bocor dan akan menyebabkan keselamatannya terancam.

Sebenarnya, kedua gadis itu masih ingin mengorek informasi lebih dalam dari pemuda di hadapan mereka, tapi melihat gelagat Shikamaru yang seperti ingin segera kembali ke kamar Shikadai membuat mereka membungkam mulut dan mengakhiri sesi interogasi

"Tenang saja, percaya pada kami, Shikamaru." Sakura menepuk pundak menyakinkan pemuda Nara itu.

"Terima kasih banyak."

"Eit, tentu ini tidak gratis, lain hari kau harus menceritakan setiap detail perkara ini pada kami sebagai sogokan tutup mulut." Ino mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum riang.

Perfect FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang