Di suatu ruangan instalasi gawat darurat sebuah rumah sakit internasional, keadaan di ruangan terasa begitu tenang, bahkan terlalu tenang. Tidak seperti biasanya ruangan IGD itu sepi pasien. Tidak ada satu pun pasien yang berada dalam keadaan darurat, pertanda bagus tentunya berarti tidak ada yang sakit. Kala itu waktu menunjukkan pukul 1 pagi. Hanya ada 2 orang suster yang berjaga di front desk."Hoammm... sepi ya sus.", ucap seorang suster kepada rekan kerja nya sambil menguap.
DUARRRRR!!
"Eh matek kucluk kethek." Latah seorang suster yang terkejut mendengar suara petir yang tiba-tiba menyambar hingga membuat jendela ruangan bergetar.
"Apaan sih sus Sri, latahnya bikin ngakak. Hahaha"
"Ya maaf sus Lia. Udah refleks aja gitu. Petir tadi bikin kaget, langsung ga ngantuk lagi nih. Di luar lagi hujan deras banget ya kayanya."
"Iya kalo suara petirnya aja begitu pasti deres sih hujannya. Daritadi juga banyak kilat. Siap-siap aja sus, biasanya kalo hujan begini bisa tiba-tiba rame ruangan ini.", ucap suster Lia.
"Eh kok gitu sus? Emang kenapa kalo hujan?", tanya suster Sri yang belum lama dipindahkan bekerja ke ruangan IGD.
"Kalo hujan deras gini biasanya banyak kecelakaan. Bisa tiba-tiba ruang IGD ini banjir pasien."
"Eh semoga aja ngga deh. Kasian dokter yang jaga hari ini cuma satu orang. Bisa kerepotan kalo banyak pasien."
"Cuma satu?"
"Iya hari ini yang jaga cuma dokter Singto aja, sus."
"Dokter yang lain kemana? Biasanya minimal 2 dokter yang jaga."
"Itu beberapa dokter dikirim ikut seminar ke luar kota. Dokter Singto aja hari ini gantiin jadwalnya dokter Andre."
"Ohhh gitu. Ya semoga ga banyak pasien deh."
Tiba-tiba pintu IGD yang dapat bergeser otomatis itu terbuka, seorang pria yang basah kuyub datang dengan menggendong seorang anak di tangannya. Ia tidak peduli dengan tubuhnya yang basah, ia hanya memakaikan payung untuk anaknya yang nampak tidak sadarkan diri.
"Tolong!! Tolong anak saya!!", teriak pria itu penuh dengan ekspresi panik dan ketakutan.
Suster Lia dengan sigap berlari menghampiri pria itu dan membantunya menidurkan anak yang tidak sadarkan diri itu di atas tempat tidur.
"Ada apa bapak?""Anak saya demam tinggi. Lalu tadi tiba-tiba kejang.", jawab pria itu.
"Saya cek suhu nya sebentar ya pak."
"Iya sus.", jawab pria itu masih gemetar ketakutan sembari menggenggam tangan anaknya.
Suster Sri langsung berlari ke ruang dokter untuk memanggil dokter yang sedang berjaga.
"Dokter Singto! Ada pasien gawat. Sepertinya pasien mengalami kejang karena demam tinggi."
Singto yang hampir tertidur di ruangannya pun langsung seketika bangun dan berlari keluar menuju pasien.
"Ada apa?", tanya Singto yang langsung fokus memeriksa kondisi anak yang sedang terbaring, tanpa melihat ke orang tua pasien.
"Dok, suhu nya hampir 40 derajat celsius dok.", ucap suster Lia.
"Ambil infus parasetamol."
"Anak anda tidak ada alergi parasetamol atau obat apapun kan?", tanya Singto pada orang tua anak itu.
"Tidak ada dok.", jawabnya sambil menangis.
Singto melihat tubuh anak laki-laki yang terbaring tidak sadarkan diri itu. Ia melihat pada lengan dan kaki anak itu muncul bercak-bercak kemerahan.
"Sudah berapa lama sakitnya?"
"3 hari yang lalu sempat demam. Lalu 2 hari sudah sembuh, bisa main lagi sudah tidak demam. Tapi semalam tiba-tiba demam tinggi dan langsung kejang."
"Sebentar, pak. Saya akan meminta suster mengambil darah anak anda. Suster Sri, tolong ambil sampel darah."
"Kenapa dok? Kenapa anak saya harus diambil darahnya?"
Pria itu akhirnya menatap Singto dan Singto juga menatap mata pria itu dengan kedua mata yang terbelalak.
Krist.
"Saya khawatir anak anda kemungkinan terkena demam berdarah. Tapi saya butuh hasil tes laboratorium untuk memastikan."
"Dokter, tolong selamatkan anak saya!", ucap Krist yang masih menangis sesenggukan dan menatap mata sang dokter dengan ekspresi memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Tale of First Love
Fanfiction[SingKit FF] ⚠️BL, MPREG, LBTQ STORY, 21+⚠️ Bagaimana jika cinta pertama yang sudah hilang selama 6 tahun lamanya tiba-tiba bertemu kembali? "Dokter, tolong selamatkan anak saya!", tangis pria itu sembari menggendong anaknya dan berlarian ke ruang I...