Part 2: Where It Begins

1K 119 4
                                    


Krist harus memberanikan diri untuk melangkahkan kaki nya masuk ke dalam kelas. Ia sangat tidak suka menjadi pusat perhatian, tetapi sebagai anak baru tentu saja akan ada banyak pasang mata yang tertuju padanya. Ia tidak ingin melakukan hal yang akan menarik perhatian. Lebih baik ia tidak terlihat.

Calm down, Krist. Calm down. This will pass.

Krist berjalan menuju tempat duduk nya yang berada di belakang. Ia tidak ingin melihat ke kiri dan kanannya. Ia tidak ingin matanya bertemu dengan mata orang yang memandangnya atau mungkin mata yang menghakiminya. Ia hanya berjalan lurus saja dan duduk di bangku nya. Lalu ia mengalihkan pandangan ke luar jendela untuk melihat deburan ombak laut yang menyapu pantai, tidak peduli apa yang dilakukan oleh anak-anak di sekitarnya.

"Hai Krist! Pagi!", suara itu mengejutkan Krist. Ia melihat di hadapannya, pria itu sedang tersenyum padanya.

"Pagi, Singto."

"Aku sudah bawakan catatan.", ucap Singto sambil menunjukkan tas backpack nya yang terisi penuh. Krist merasa tidak enak pada Singto yang harus membawa buku sebanyak itu untuk mengajari Krist, pasti berat.

"Singto!", seorang laki-laki memanggilnya sambil melempar sebungkus roti pada Singto yang langsung ditangkap oleh nya.

"Sarapan to."

"Makasih bro."

Singto dikelilingi oleh teman-teman satu geng nya. Semuanya laki-laki yang berjumlah sekitar 5 orang. Mereka sudah sangat dekat, kemana-mana selalu bersama. Krist tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka yang berada di sebelahnya persis.

"To aku ada foto cakep. Liat nih.", ucap seorang teman Singto sambil menunjukkan handphone nya pada Singto.

"Gila ya! Ini pacarmu yang anak kelas 1 itu?", seru Singto.

"Yoi bro. Mantep kan ya? Gede, gondal gandul (mereka membahas tentang 2 gunung kembar)."

"Dasar otakmu! Ngeres (kotor)! Dapet darimana lagi foto begituan?"

"Ya minta lah. Dia sendiri mau ngasih. Cuma minta pap gitu."

"Udah gila. Padahal baru jadi pacarmu seminggu.", ucap Singto.

Singto hanya menggelengkan kepalanya lalu mengusir teman-temannya itu pergi.

"Dah sana balik. Bentar lagi mulai pelajaran."

Singto melirik ke arah Krist dan kedua mata mereka bertemu. Singto tersenyum canggung pada Krist.

"Sorry ya, mereka memang kaya gitu.", ucap Singto.

"Gapapa kok hehe."

Ketika istirahat makan siang, Krist membawa makanan yang ia beli di kantin, tetapi ia tidak tahu harus duduk dimana dan dengan siapa. Meja di kantin sudah penuh. Krist melihat Singto yang sudah duduk dengan teman-teman satu geng nya. Ia tidak mungkin bergabung dengan mereka.

"Krist." Krist menoleh ke arah suara perempuan yang memanggilnya.

"Duduk sini. Bareng kita." Krist dapat mengenali gerombolan perempuan di meja itu adalah teman-teman sekelasnya. Krist pun datang menghampiri mereka dan duduk dengan mereka. Ia rasa tidak ada salahnya duduk dengan mereka daripada ia bingung harus kemana.

Singto melihat Krist yang duduk bersama gerombolan perempuan itu.

"Cari masalah tu anak baru.", ucap Boy, salah satu teman dalam geng Singto.

A Tale of First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang