Part 20: The First and The Last

1.2K 103 5
                                    


Krist menatap Singto dengan kedua mata bulatnya yang berbinar-binar. Singto sudah paham tatapan ini adalah tatapan Krist jika sedang ada mau nya.

"Kenapa?, tanya Singto.

"Ke obgyn nya besok aja boleh gak? Aku mau jemput Aroon ke sekolah.", ucap Krist pada Singto.

"Gue aja yang jemput Aroon. Lo mending ke obgyn dulu deh.", sela Jane.

"Tapi... Gue udah janji mau ajak Aroon ke cat cafe hari ini.", jawab Krist.

"Cat cafe?! Krist yang bener aja kamu malah mau deket-deket kucing?", ucap Singto dengan nada mengomeli.

"Bentar aja Singto. Aku udah janji sama Aroon. Lagian ke obgyn bukan hal mendesak."

Singto menghela napas, "Kalo kamu gak lagi hamil sih gapapa Krist. Kamu tau kan kucing itu bisa bawa toxoplasma?"

"Aku gak lama kok mainan kucingnya. Cuma biar Aroon gak kecewa aja. Lagian suami ku kan dokter.", ucap Krist dengan wajah imut nan manja yang iseng menggoda Singto. Ia tahu titik lemah Singto.

Suami katanya?

"Ya udah iya. Tapi bentar aja. 30 menit maksimal! Jane, 30 menit ya. Kalau Krist belum pulang juga paksa dia pulang, seret kalo perlu."

"Siap!", jawab Jane.

"Ihh gak usah diseret juga dong... Kamu gak balik kerja sayang? Udah berapa lama kamu pergi? Udah ijin professormu belum?", ucap Krist.

Singto melihat jam di tangannya. Dia sudah pergi satu jam lamanya. Ketika mengecek handphone nya, sudah ada banyak panggilan tidak terjawab.

Oh shit.

Singto harus bersiap mendengarkan omelan—mungkin bentakan dari professornya.

"KEMANA SAJA KAMU? DITELPON JUGA GAK DIANGKAT! KAMU TAU APA RISIKO KALAU KAMU GAK ANGKAT TELPON? PASIEN BISA MENINGGAL! 1 MENIT ITU SANGAT CRUCIAL UNTUK HIDUP PASIEN!"

Benar saja ia harus tebal telinga mendengarkan teriakan dari professor nya.

***

Krist yang ditemani oleh Singto akhirnya mengunjungi dokter obgyn yang dulunya adalah murid dari nenek Singto sewaktu masih mengajar.

"Halo... Silakan masuk..", ucap sang dokter ketika melihat Krist memasuki ruangannya.

Singto menyusul di belakang Krist. Dokter obgyn itu pun langsung mengenali Singto.

"Dokter Singto kan? Cucu nya Prof. Junita?", tanyanya.

"Iya, dokter Tanjung", jawab Singto.

"Ada apa kamu kemari?"

"Mengantar tunangan saya check-up, dok.", jawab Singto.

"Tunangan?", sang dokter obgyn itu pun langsung mengingat kasus yang pernah ditanganinya lebih dari 6 tahun yang lalu.

"Oh. Saya ingat kamu. Bagaimana kabar anakmu sekarang?", tanya sang dokter pada Krist.

"Dokter masih ingat saya? Kabar anak saya baik, dok.", jawab Krist.

Dokter Tanjung sudah mengenal Krist? Tunggu. Jadi sudah sejak 6 tahun lalu Krist tinggal di kota yang sama denganku, bertemu dengan dokter di rumah sakitku dan aku tidak pernah bertemu dengannya?

"Baguslah kalau baik-baik saja, saya ikut senang. Mari kita cek kondisi bayi nya."

Dokter Tanjung mengarahkan Krist untuk naik ke atas tempat tidur, serta menggulung pakaian yang dikenakan Krist. Alat USG itu berada di atas perut Krist dan menampakkan janin yang masih sebesar biji pada layar, wujudnya pun belum terbentuk sempurna.

A Tale of First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang