Part 6: For You

952 115 3
                                    


Krist bersiap untuk pergi ke sekolah. Hari itu seperti biasa ia ingin berangkat lebih pagi. Ketika membuka pintu rumahnya, pria itu, iya orang yang baru menjadi kekasihnya kemarin sudah menunggu di depan pintu rumahnya.

"Singto... Kenapa disini?"

"Aku mau jemput kamu."

"Sudah lama nunggu?"

"Gak kok. Aku juga baru sampai."

Singto menggandeng tangan Krist dan membuatnya tersenyum canggung. Jangan ditanya bagaimana debaran jantung Krist, ia masih belum terbiasa bahwa kini orang yang ia sukai benar-benar sudah menjadi kekasihnya.

"Kamu bangun jam berapa buat ke rumahku dulu? Kamu gak harus bangun pagi-pagi buat jemput aku.", tanya Krist sambil menoleh pada Singto dan merasakan tangannya yang mulai hangat karena jemari tangannya saling bertaut dengan jemari Singto.

"Aku gak boleh jemput pacarku?"

"Bukan gak boleh. Tapi kasian kamu harus bangun kepagian."

"Aku gapapa. Emang aku yang mau. Mulai hari ini aku bakal anter jemput kamu."

Krist hanya tersenyum sembari mengangguk mendengar jawaban Singto. Kekasihnya itu sangat bersikukuh untuk berjalan bersamanya.

"Krist, mau mampir beli sarapan dulu?" Singto menunjuk pada sebuah minimarket yang mereka lewati di tengah jalan. Mereka pun mampir ke tempat itu untuk membeli sarapan.

Singto dan Krist berhenti untuk makan sebentar di minimarket itu. Di tengah mereka sedang makan, Singto berkata pada Krist, "nanti di sekolah kita bersikap seperti biasanya aja ya."

"Huh?" Krist menggumam bingung. Sebenarnya tidak sepenuhnya bingung, ia tahu maksud Singto adalah untuk merahasiakan hubungan mereka dari teman-temannya di sekolah.

"Kamu tahu kondisinya."

Krist mengangguk. Ia sangat paham, hubungan mereka tidak semudah itu untuk diterima oleh semua orang. Tapi tetap saja, ia kehilangan selera makannya.

"Itu gak membuat rasa suka ku ke kamu berkurang sedikit pun."

Singto merasa jika Krist sedikit kecewa, sehingga ia berusaha meyakinkan Krist.

"Iya iya aku tahu. Tidak apa-apa Singto. Let's keep it private." Ucap Krist dengan senyuman yang nampak seperti mau tidak mau, namun apa yang bisa ia lakukan.

"Benar kamu gapapa Krist?", tanya Singto ketika mereka melanjutkan jalan dan Krist nampak lebih diam dari sebelumnya.

"Gapapa. Aku tau kondisimu." Krist menyadari bahwa ini pertama kalinya Singto menyukai laki-laki. Ia masih belum bisa mengatakan di depan banyak orang begitu saja tentunya. Hal yang patut dimaklumi. Setelah itu Krist melupakan semuanya, seolah masalah itu tidak pernah melukainya walaupun sedikit. Ia hanya tidak ingin Singto merasa tidak nyaman dengan hubungan mereka.

Setelah itu, hubungan mereka berjalan seperti biasa, seperti pasangan kekasih pada umumnya yang selalu perhatian walau hanya ketika tidak dilihat orang lain. Seperti itu lah mereka. Hubungan mereka selalu baik dan tidak pernah menemui pertengkaran, keduanya sama-sama semakin saling menyukai setiap harinya. Mungkin kata suka saja sudah tidak cukup menggambarkan perasaan yang mereka rasakan.

"Krist, Sabtu ini apa kamu mau pergi ke pantai?", tanya Singto. Krist mengangguk sambil tersenyum, apa Singto sedang mengajaknya kencan setelah selesai ujian tengah semester? Mereka kini telah berada di tahun ke-3 SMA, tahun terakhir mereka yang juga tahun tersibuk untuk menyiapkan ujian masuk universitas. Sudah beberapa lama Singto tidak mengajaknya pergi karena sibuk belajar ujian.

A Tale of First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang