Part 18: The Judgement

988 89 7
                                    



Persidangan untuk kasus yang menjerat Singto pun dimulai. Singto memasuki ruangan dan duduk di kursi terdakwa, bersebelahan dengan kuasa hukumnya.

Tristan juga menghadiri persidangan tersebut sebagai korban. Ia menggunakan alat penyangga pada tulang hidungnya yang patah. Wajahnya juga lebam dan bengkak akibat pukulan keras. Terdapat beberapa daerah di wajahnya yang membiru. Tristan menyeringai ketika melihat Singto duduk di kursi terdakwa. Ternyata rencananya untuk menyingkirkan Singto dari sisi Krist lebih mudah dari yang ia kira.

Krist pun menghadiri persidangan itu dengan ditemani oleh nenek Singto. Ketika melihat Tristan, tentunya ia mengingat kembali kejadian traumatis yang dialaminya. Meskipun dirinya kembali dirundung rasa takut, tetapi ia lebih mengkhawatirkan Singto daripada dirinya sendiri. Krist menggenggam erat tangan nenek Singto.

"It's alright, Krist."

"Aku takut, nek."

"Lihat saja."

***

"Permisi, pak Juliandar. Ini berkas-berkas yang bapak minta.", ucap seorang wanita yang bekerja di sebuah kantor law firm sebagai pengacara muda.

"Dek Sarah, tolong bantu saya mereview kasus ini."

"Baik pak."

Sarah membuka berkas perkara yang melibatkan seorang klien bernama Singto Prachaya. Nama itu tidak asing baginya.

"Singto... Oh. Apakah klien ini dokter Singto, residen di rumah sakit Medika?", tanya wanita itu pada atasannya.

Juliandar mengangguk, "Ya. Kamu mengenalnya?"

"Dokter Singto menyelamatkan nyawa bapak saya, beliau juga yang merawat bapak saya hingga sembuh."

"Merawat pak hakim waktu transplantasi liver kemarin ya?"

"Betul pak."

"Dia juga cucu pemilik rumah sakit. Presdir sendiri yang meminta saya untuk menangani kasus ini."

Sarah cukup terkejut karena status Singto sebagai cucu presdir rumah sakit Medika adalah informasi baru baginya.

"Sebenarnya dokter Singto terlibat kasus apa, pak?"

"Kasus penganiayaan. Tapi tidak sepenuhnya kesalahan klien. Klien melakukan kekerasan untuk menolong pacarnya yang diculik dan hampir dilecehkan. Ini bukan kasus penganiayaan tetapi kasus pembelaan diri. Sekarang yang harus saya tunjukkan ke pengadilan adalah bukti penculikan itu. Sudah ada di tangan saya seluruh buktinya."

Pacar? Tentu saja dia punya. Tidak mungkin orang se-perfect dia tidak punya pacar, pikir Sarah.

"Tidak mungkin dokter Singto melakukan penganiayaan tanpa sebab. Saya tidak percaya dokter Singto bisa melakukan penganiayaan. Apakah buktinya cukup pak untuk mendakwa orang yang melaporkan dokter Singto?"

Juliandar memutar laptopnya dan menunjukkan bukti rekaman CCTV.

"Lebih dari cukup."

***

Sebuah kenyataan pahit bagi Tristan, pengadilan yang bertujuan untuk mendakwa Singto atas kasus penganiayaan ternyata berubah menjadi pengadilan untuk dirinya. Bukti rekaman dari CCTV kondominium merekam jelas saat Tristan mendekap Krist dari belakang dan membiusnya, lalu membawa Krist ke tempat tidak dikenal secara paksa.

Andrew pun datang ke persidangan itu sebagai saksi. Ia membawa bukti foto ketika Krist diikat pada tangan dan kaki nya oleh Tristan. Ia juga memiliki rekaman video ketika Krist berada dalam mobil Tristan, serta menampakkan plat mobil yang menunjukkan milik Tristan.

A Tale of First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang