Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun yang masih duduk di bangku kelas 2 SMA dengan terpaksa harus pindah sekolah di tengah-tengah semester karena tuntutan pekerjaan orang tuanya."Semangat!! Semoga nanti bisa dapat teman-teman baru."
"Iya ma. Aku berangkat dulu ya."
"Hati-hati nak."
Anak laki-laki itu tidak yakin apakah ia akan mendapat teman di sekolah baru nya. Ia baru pindah di kelas 2 SMA, di semester kedua pula. Semua anak-anak di kelasnya pasti sudah punya geng sendiri. Tapi punya teman atau tidak sudah tidak penting baginya. Ia sudah terbiasa sendiri.
Kelas itu ribut seperti biasa ketika di pagi hari. Anak-anak asik bercanda kesana kemari sebelum pelajaran dimulai.
"Nanti kamu perkenalan dulu ya di depan kelas", ucap seorang guru wanita yang menjadi wali kelas baru nya.
"Baik bu."
Ibu guru itu masuk ke dalam kelas dan seketika anak-anak yang ribut pun berlarian kembali ke tempat duduk masing-masing. Mereka memandang dengan tatapan sedikit bingung ketika melihat seorang anak laki-laki berjalan di belakang wali kelasnya. Gerombolan wanita terlihat saling berbisik.
Sang ketua kelas berdiri dan memberi aba-aba untuk memberi hormat pada gurunya.
"Selamat pagi, Bu Ratna.", ucap anak-anak di kelas itu secara serentak.
"Selamat pagi anak-anak. Kita kedatangan teman baru dari Jakrata. Silakan perkenalan diri."
"Perkenalkan nama ku Krist Perawat, aku pindahan dari SMA St. Joseph 1 Jakrata."
Sekelompok murid perempuan mulai berbisik:
"Wahh anak ibukota.""Imut juga."
"Ya lumayan ganteng lah ya daripada anak-anak di kelas kita."
"Halo Krist.", sapa teman-teman sekelasnya yang dibalas oleh senyuman Krist.
"Krist, kamu duduk di... Itu di kursi belakang ya, sebelah Singto."
Krist nampak bingung karena ia tidak tahu Singto yang mana. Guru nya menyadari itu.
"Singto ketua kelas yang tadi berdiri.", ucap guru nya.
Krist pun langsung mengetahui yang mana Singto itu. Ia berjalan ke belakang, menuju ke meja yang berada di ujung dekat dengan jendela.
Ia melihat pemandangan pantai di luar jendela. Pemandangan yang tidak pernah dilihatnya ketika bersekolah di Jakrata.Hm. The view is not bad.
"Hei! Hei!", seseorang berbisik memanggil Krist di tengah guru nya sedang menjelaskan pelajaran. Krist menoleh ke sampingnya dan melihat Singto yang tersenyum padanya.
"Hei aku Singto. Salam kenal ya." Singto mengulurkan tangannya. Krist dengan malu-malu menjabat tangan Singto.
"Krist. Salam kenal.", jawab Krist dengan tersenyum canggung.
Krist tidak memiliki banyak teman di sekolah lama, maupun di kehidupan sehari-hari karena ia selalu berpindah-pindah sekolah sejak SD. Sedangkan teman-teman di SMA lama nya sudah saling mengenal sejak SMP. Krist kesulitan untuk berbaur karena ia pendiam dan tidak dapat memulai percakapan terlebih dahulu. Di sekolah baru nya ini pun, ia tidak berharap punya teman.
"Ayo anak-anak buka buku kalian halaman 40. Siapa yang tidak bawa buku? Yang tidak bawa buku keluar!", perintah Pak Darsono yang terkenal guru Matematika killer.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Tale of First Love
Fanfiction[SingKit FF] ⚠️BL, MPREG, LBTQ STORY, 21+⚠️ Bagaimana jika cinta pertama yang sudah hilang selama 6 tahun lamanya tiba-tiba bertemu kembali? "Dokter, tolong selamatkan anak saya!", tangis pria itu sembari menggendong anaknya dan berlarian ke ruang I...