Part 19: A Surprise

966 101 7
                                    


Singto berlari menuju IGD dan langsung menghampiri suster yang duduk di front office.

"Pasien atas nama Krist Perawat dimana?", ucap Singto dengan napas yang terengah-engah karena berlari cukup jauh.

"Di tempat tidur ke 2, dokter.", jawab seorang suster.

Singto langsung menuju tempat tidur Krist yang bersebelahan dengan tempat tidur pasien IGD lainnya, hanya dibatasi oleh tirai-tirai. Seperti ruang IGD pada umumnya, ramai dan sibuk. Suara tangisan anak-anak juga terdengar nyaring.

Singto membuka tirai kedua dan menemukan Krist yang sedang berbaring di atas tempat tidur, Jane duduk di sampingnya.

"Krist! Huh... huh...", ia masih kesulitan bernapas, berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

"Singto kok kamu disini?", tanya Krist dengan polosnya.

"Andrew barusan telpon. Kamu kenapa? Sakit di perut bagian mana?", ucap Singto yang masih terlihat panik sembari meraba perut Krist.

"Aku gapapa, ini udah mendingan sakitnya. Sorry kamu jadi lari-lari kesini. Pasti kamu lagi sibuk ya? Sana balik kerja lagi, ada Jane nemenin aku disini."

"Yakali kamu masuk IGD aku gak lari kesini?"

Singto baru menyadari keberadaan Jane disana. "Jane."

"Dokter Singto...", Jane tidak berani menatap Singto, ia masih merasa bersalah atas ulah kakaknya. Mungkin Krist memaafkannya, tapi ia tidak yakin Singto juga.

"Makasih Jane udah bawa Krist kesini.", ucap Singto.

"Huh?", Jane sedikit tersipu, "Sama-sama. Aku juga khawatir sama Krist. Untungnya kata dokter Krist tidak apa-apa."

"Dokternya siapa tadi? Andrew?", tanya Singto pada Krist.

Krist mengangguk.

Sebelum Singto pergi mencari Andrew, dokter yang saat itu sedang berjaga di IGD membuka tirai.

"Singto? Cepet juga lo udah sampe sini.", ucap Andrew.

"Krist kenapa?", tanya Singto secara langsung.

"Oh gapapa. Krist cuma makan kebanyakan, jadi asam lambungnya naik."

Singto melihat ke arah Krist yang sudah memalingkan wajahnya. Krist merasa malu, sakitnya sangat konyol.

"Tapi gue minta tes darah juga, just in case ada infeksi. Ini hasilnya udah keluar.", Andrew membuka hasil tes darah milik Krist dan membaca hasilnya satu per satu. "Salmonella... Tidak ada. Tidak ada infeksi. Gula darah normal, kolestrol masih normal. hCG.... 7000 mIU/ml. Tunggu. hCG??", Andrew membelalakkan kedua matanya dan melihat ke arah Singto.

"Kenapa dok? Ada yang hasilnya jelek?", tanya Krist yang terdengar khawatir.

"Bukan...", sebelum Andrew melanjutkan perkataannya, Singto langsung menarik Andrew keluar.

"Gapapa Krist. Gak ada masalah kok, itu bukan apa-apa.", ucap Singto sembari menyeret Andrew.

"To. Apa jangan-jangan ini blood sample nya ketuker di lab ya? Gak mungkin kan gue baca hCG? Baru kali ini gue baca kadar hCG di cowok....", ucap Andrew pada Singto.

"Sstt... Jangan bilang siapa-siapa soal ini. Kayanya hasilnya emang gak salah."

"Hah? Gak salah gimana? Yakali hormon ini ada di cowok? 7000 lagi. Wait. Singto... You know all about this? Krist trans?"

"Gak. Krist bukan trans. Dia emang punya kondisi khusus. Gue juga baru tahu belom lama ini pas Aroon sakit."

"Aroon? Anaknya Krist?", tanya Andrew.

"Iya. Anak gue juga. Gue udah tes DNA emang anak gue."

"What?", Andrew masih tercengang namun mulai mengerti maksud Singto, "Well. Congratulations. Lo bakal punya anak kedua. Dilihat dari kadarnya, lo tau kan udah lebih dari sebulan?", ucap Andrew.

*hCG: hormon yang diproduksi oleh tubuh pada masa kehamilan. Hormon ini dihasilkan oleh sel-sel di dalam plasenta.

"Ya, gue tau. Thank you btw.", Singto masih terkejut dan berusaha mencerna kejutan yang baru saja terjadi. Nampaknya, Krist masih belum menyadarinya.

"Gue bakal nulis surat rujukan buat ke obgyn. Lu temenin dia sekalian.", ucap Andrew sembari menepuk bahu Singto dan menyerahkan surat hasil tes darah milik Krist.

Setelah itu, Singto kembali pada Krist.

"Kenapa Singto? Kenapa kamu bawa dokter Andrew pergi? Ada masalah apa?", cecar Krist.

"Bukan masalah sih... Andrew lagi nulis surat rujukan buat ke dokter obgyn."

"Hah? Kenapa harus ke obgyn?"

"Sepertinya Aroon bakal punya adek, Krist."

"Waaaa, congratulations!", ucap Jane dengan riang sambil bertepuk tangan. Sementara Krist masih diam tertegun.

A Tale of First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang