Part 16: Despair

893 92 2
                                    


Jane terbangun saat tengah malam ketika mendengar seseorang menggedor pintu rumahnya dengan kencang. Ia sempat merasa takut siapa yang datang ke rumahnya saat tengah malam seperti itu? Ia mengintip dari lubang pintu dan melihat kakaknya. Tentu saja ia langsung membukakan pintu untuk kakaknya yang langsung tersungkur ke lantai.

"Mas Tristan, kamu mabuk?", seru Jane sembari menopang tubuh kakaknya yang cukup berat. Dengan susah payah ia menopang kakaknya dan mendudukkannya di sofa.

Pria itu nampak sangat kacau. Dasi nya terlepas entah kemana, kemejanya terkoyak, rambutnya acak-acakan. Mungkin pria itu sudah tersungkur berkali-kali di jalanan ketika berjalan menuju rumahnya.

"Ada apa mas?", tanya Jane yang mulai khawatir.

Pria itu tidak menjawabnya dan hanya menangis.

Jane pun tahu ia tidak bisa bertanya lagi, percuma. Kakaknya sedang tidak sadar dibawah pengaruh alkohol. Entah apa yang terjadi pada kakaknya hingga ia seperti itu. Jane membiarkan kakaknya menangis hingga lelah sendiri dan tertidur.

Keesokan harinya, Tristan terbangun dengan kepala yang sangat berat efek dari mabuknya semalam. Ia baru sadar sedang berada di rumah adiknya. Wanita itu sedang memasak di dapur.

"Kau sudah bangun mas? Sarapan dulu. Aku masak sup supaya mas gak pusing. Semalam mas mabuk berat."

Tristan memakan sarapan yang dibuatkan oleh adiknya itu. Pandangan Jane tidak lepas dari kakaknya. Tristan menyadari adiknya itu ingin bertanya apa yang terjadi padanya.

"Kamu pasti mau tanya kenapa aku semalam?", ucap Tristan yang dijawab oleh anggukan Jane.

"Aku gapapa, cuma lagi banyak masalah. Jane... Kamu tahu Krist pacaran sama orang bernama Singto itu?"

Jane terbelalak. Ia langsung tahu kakaknya begini pasti karena Krist.

"Iya mas..."

"Sejak kapan mereka pacaran?"

"Sejak Aroon masuk rumah sakit karena DBD."

"Hah apa? Mereka baru bertemu langsung pacaran? Aku yang sudah menunggu selama bertahun-tahun ini langsung tak dianggap."

"Mas... Mereka sudah kenal sejak lama. Yang aku tahu, Singto itu pacar Krist saat SMA. Mereka sudah dekat sebelum Krist ketemu kamu, mas."

Tristan meletakkan sendok makannya dengan sedikit membanting. "Tapi kemana aja orang itu selama ini? Waktu kuliah aku gak pernah liat orang itu berkeliaran di sekitar Krist! Kamu tau kan kakakmu ini sudah menyukai Krist sejak kamu tahun pertama kuliah? Aku tidak pernah tau ada yang namanya Singto."

"Mas.. Mereka punya kondisi sendiri yang aku gak bisa bilang ke kamu."

"Kondisi macam apa? Laki-laki itu tidak benar-benar peduli sama Krist. Kalau dia benar peduli sama Krist, tidak mungkin selama beberapa tahun ini dia tidak pernah menghubungi Krist."

Jane mulai terpancing emosi. Ia lelah berdebat dengan kakaknya yang masih belum mau menyerah.

"Mas. Sudahlah mas. Kamu harus move on. Sudah gak mungkin kamu dapatin Krist. Dia udah bahagia sama pasangannya sekarang. Aroon juga akhirnya bisa tinggal bareng kedua orang tuanya."

"Apa maksudmu?"

Jane tersadar ia baru saja salah bicara.

"Apa maksudmu orang tua Aroon? Siapa?"

Bibir Jane gemetar tapi ia tahu nasi sudah menjadi bubur. Tidak bisa ia tarik omongannya sekarang. Tidak ada salahnya ia memberi tahu kakaknya, mungkin dengan tahu kebenaran maka kakaknya akan benar-benar berhenti.

A Tale of First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang