Krist terbangun di pagi hari dan melihat Singto yang tengah bersiap-siap untuk bekerja. Pria itu menginap semalaman. Sekarang rasanya mereka benar-benar sudah seperti sebuah keluarga kecil.Singto mengenakan snelli atau jas putih ciri khas dokter miliknya, lalu menghampiri Krist yang masih terbaring di atas tempat tidur.
"Bagaimana? Kamu sudah baikan?", tanya Singto.
"Sudah dok."
"Kenapa manggil seperti itu?"
"Tiap kamu pake jas putih gitu jadi keliatan kaya dokter beneran."
"Jadi kalo gak pake ini gak kaya dokter?"
"Gak gitu... Masih gak nyangka aja, you made it, Singto."
Dulu aku hampir meninggalkan segalanya.
"Berkat kamu yang nemenin aku belajar, jadi aku bisa sampai disini. Aku pergi dulu ya. Nanti sore aku balik sini." Singto melihat ke arah Aroon yang masih tertidur pulas. "Titip salam buat Aroon ya. Mungkin nanti bakal ada suster yang ambil darah, tapi biasanya Aroon gak nangis pas diambil darahnya. Sekarang Aroon ditangani sama dokter spesialis anak. So, you don't have to worry. Aroon bakal segera sembuh."
Krist tersenyum sambil mengangguk pelan. Singto mengecup singkat dahi Krist, cukup membuat Krist terkejut karena tiba-tiba.
"Aku pergi dulu."
"Iya. Semangat!", ucap Krist memberi dukungan pada pria yang baru saja menjadi kekasihnya lagi itu.
"Papa.. Om Singto kemana?", tanya anaknya yang baru bangun dan langsung mencari Singto.
"Om Singto pergi kerja, sayang..."
"Nanti kesini lagi kan?"
"Iya, nak. Aroon sayang suka sama om Singto ya?"
"Iya!!", jawab anak itu dengan riang.
"Kenapa? Apa karena dibeliin lego?"
"Om Singto gak suka kacang merah sama kaya Aroon. Om Singto baik, mau jagain Aroon, beliin lego juga."
"Aunty Jane kan kemarin juga jagain Aroon."
"Aunty Jane juga baik, tapi Aroon lebih suka om Singto. Lebih keren."
"Karena om Singto dokter?"
"Iya!! Om Singto bilang Aroon juga bisa jadi dokter."
"Pasti. Anak papa kan pintar." Krist tersenyum pada putranya sambil mengelus lembut kepalanya.
"Sayang... Kalau Aroon punya papa lain mau gak?"
"Kan Aroon udah punya papa."
"Maksud papa, Aroon punya ayah baru. Kaya temen-temen Aroon yang punya papa sama mama. Kalo Aroon punya papa sama ayah. Aroon mau gak?"
"Siapa ayah Aroon?", tanya anak kecil yang masih polos itu.
"Kalau om Singto jadi ayah kamu gimana?"
Anak laki-laki itu mengangguk dengan semangat, "Mau! Aroon mau! Nanti Aroon bisa cerita ke temen-temen kalo ayah Aroon dokter."
Krist menatap Aroon dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kenapa papa nangis?"
"Hmm?" Krist mengusap air matanya yang hampir menetes. "Gak. Papa gak nangis, cuma kemasukan debu aja."
Apa aku harus bilang yang sejujurnya sama Singto?
Sudah empat hari lamanya Aroon dirawat di rumah sakit. Meskipun sudah jauh membaik, namun kadar trombositnya masih dibawah normal, sehingga dokter belum mengizinkan Aroon untuk pulang. Krist tidak bisa izin dari pekerjaannya lama-lama, sehingga ia kerap kali meminta Jane untuk membantu menjaga Aroon ketika dirinya harus pergi kerja dan Singto juga sedang sibuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Tale of First Love
Fanfiction[SingKit FF] ⚠️BL, MPREG, LBTQ STORY, 21+⚠️ Bagaimana jika cinta pertama yang sudah hilang selama 6 tahun lamanya tiba-tiba bertemu kembali? "Dokter, tolong selamatkan anak saya!", tangis pria itu sembari menggendong anaknya dan berlarian ke ruang I...