Part 2: Tamu tak Terduga

862 47 1
                                    

"Neng! Neng marah ya sama Abang? Kalau Abang ada salah ngomong Abang minta maaf?" cerca Bang Julian dengan pertanyaan begitu melihat gelagat kesalku.

Rasanya aku benar-benar gemas melihat tingakah dan kepolosan suamiku. Aku jadi ingat saat ia pulang membawa bekal makanan pemberian salah satu karyawan yang suka padanya.

"Neng coba lihat Abang bawa apa?" tanyanya dengan senyum semringah.

"Apa, Bang?" tanyaku balik.

Dengan semangat Bang Julian langsung membuka bekal makanannya.

"Tada ... Nasi goreng kambing. Tadi si Nita salah satu karyawan Abang ngasih ini, karena Abang ingat Eneng suka nasi goreng kambing jadi Abang bawa pulang," jelas Bang Julian panjang kali lebar.

"Memangnya si Nita suka ngasih Abang bekal?" tanyaku penasaran.

"Suka, Neng dia salah satu karyawan yang menurut Abang sangat perhatian."

Tanpa sadar tanganku menggebrak meja. Hingga membuat Bang Julian terlonjak kaget.

"Abaaaannngg ...," teriakku.

"Astagfirullahaladzim, ada apa Neng? Abang salah?"

"Ya salahlah, Bang!"

Bang Julian langsung terlihat bingung, dan garuk-garuk kepala.

"Terus nasi gorengnya gimana?" tanyanya.

Kalau aku suruh dia makan, jangan-jangan nasi gorengnya dikasih pelet. Terus, Bang Julian ...

"Ah, tidak itu tidak boleh!" teriakku, yang membuat Bang Julian kembali terkejut.

"Kenapa sih, Neng?"

"Em ... Gak apa-apa sini nasi gorengnya biar aku yang makan."

"Neng, Abang boleh minta satu sendok aja!" ucapnya saat melihatku begitu lahap.

"Tidak, tidak boleh. Abang gak boleh makan nasi gorengnya. Nanti kalau ternyata nasi gorengnya dikasih pelet gimana?" ucapku keceplosan dengan mulut berisi penuh.

Bang Julian langsung tergelak, mungkin ia tidak percaya atau pura-pura bodoh kalau ada perempuan lain yang sedang berusaha merebut hatinya dengan memberi perhatian lebih. Karena, ia yakin aku dan Al-Faruqlah cintanya.

***

"Neng, kok Abang tanya cuma diam?" ucap Bang Julian membuyarkan lamunan panjangku.

"Gak, apa-apa aku gak marah. Cuma sedikit kesal aja," jawabku.

"Maafin keluarga Abang ya! Mereka sangat berjasa dan berarti buat, Abang," ucap Bang Julian tulus sembari memegang tanganku.

Kalau sudah melihatnya begitu aku tidak tega mau marah. Ya sudahlah, barangkali memang begitu caranya balas Budi terhadap keluarga yang telah rela merawatnya.

***

[Jul, tolong isikan pulsa Teteh ya yang 50 ribu, suami Teteh belum gajian]

Dahiku mengernyit saat membaca pesan dari Teh Kinan di ponsel Bang Julian yang memang tidak pernah pake password.

Bukan sekali dua kali, Bang Julian harus memenuhi permintaan keluarga Wak Neni yang terkadang terdengar sepele dengan dalih balas budi.

Akhirnya kuberanikan diri untuk membalas pesan Teh Kinan yang menurutku terlalu sering.

[Maaf Teh, ini Dela. Bang Juliannya lagi mandi]

Pesan terkirim, dan sudah dibaca namun tidak dibalas.

Bang Julian keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih melingkar di pinggangnya.

KELUARGA SUAMIKU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang