Part 11: Membalas Pesan Yuni

598 46 0
                                    


Dahiku mengernyit membaca pesan dari Yuni tersebut. Perasaan baru kemarin bertemu.

Aku tidak berniat membalasnya karena pesannya ditujukan untuk, Bang Jul. Baru saja kuletakkan kembali ponselnya, sudah ada pesan susulan.

[Kok cuma dibaca aja, Bang. Memangnya pesan Yuni koran?]

Belum sempat kubalas, Bang Jul sudah keluar dari kamar mandi. Tangannya sibuk mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk.

"Ada pesan, Bang dari Yuni," ucapku.

"Oh, apa katanya?" tanya Bang Jul sembari melangkah menuju lemari pakaian karena aku belum sempat menyiapkan pakaian untuknya.

Bang Jul memang tipe lelaki mandiri, ia tak pernah protes kalau aku belum sempat menyiapkan segala keperluannya dan memilih untuk mengambil sendiri.

"Baca sendiri aja, Bang!" jawabku sedikit malas, dan kembali merapikan sepray kasur.

Usai mengambil baju, Bang Jul langsung mengambil ponselnya, dan terlihat mengetik pesan. Setelahnya kembali meletakkan ponsel ke atas nakas.

"Hari ini, Neng masak apa?" tanya Bang Jul sembari memakai baju.

"Masak goreng ayam tepung, sayur sop sama sambal terasi, Bang!" jawabku.

"Wah, Abang jadi laper."

"Ya udah, Neng siapin makan dulu ya!" Bang Jul hanya mengangguk, dan kembali mengambil ponselnya.

Aku pun gegas ke dapur menyiapkan makan malam. Kulihat Al, Aida dan Farhan nampak asik bermain, di dekat mereka ada Teh Santi dan A' Ramdan.

"Del, mau kemana?" tanya Teh Santi.

"Mau nyiapin buat makan malam, Teh."

"Teteh bantu ya!" tawar Teh Santi yang kubalas dengan anggukan.

Aku dan Teh Santi pun menyiapkan makan malam.

"Teh, kita makannya di sini aja ya gelar tikar!" usulku sembari menunjuk ruangan bagian dapur yang masih kosong.

"Boleh, Del. Biar Teteh ambil tikarnya dimana?"

"Tikarnya di sana Teh!" Aku menunjuk bagian sudut dapur. Lalu, Teh Santi pun mengambil tikar dan membentang ya.

Selesai menyiapkan makan malam, lantas aku memanggil Bang Jul. Sementara Teh Santi memanggil A' Ramdan dan anak-anak. Aku senang, sejak tadi pagi Teh Santi mau membantu pekerjaan rumah, mudah-mudahan mereka benar-benar berubah, batinku.

Aku melangkah menuju kamar. Saat masuk kulihat Bang Jul masih sibuk dengan ponselnya sembari tersenyum dan duduk di sisi ranjang

"Bang, makan malamnya udah siap ayo makan!" ajakku.

Bang Julian masih fokus menatap benda persegi tersebut, sepertinya ia tidak menyadari kedatanganku.

"Bang!" tegurku dengan sedikit keras.

"Eh, i-iya ada apa, Neng? Masuk kok diam-diam, bikin Abang kaget," ucap Bang Jul sembari memegangi dada.

"Khem ... Abang aja yang terlalu fokus, sampai-sampai Neng ngomong dicuekin. Emang lagi ngapain sih," tanyaku sedikit kesal.

Bang Jul langsung tersenyum tak enak. "Iya, maaf ya, Neng! Ini si Yuni lagi curhat sama Abang soal Aurel, katanya gak suka makan," jelas Bang Jul.

"Memangnya Abang Dokter anak?" tanyaku tak suka. "Lagian ya, Bang kan ada A' Firman kenapa mesti curhat sama Abang segala?" protesku.

Bang Jul nampak menghela nafas. "Iya, Abang cuma kasian, A' Firman lagi kerja katanya suka pulang malam jadi sepi," jelas Bang Jul.

Aku menghela nafas, kadang tidak mengerti dengan jalan pikirannya.

KELUARGA SUAMIKU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang