Part 14: Tawaran Rena

548 44 0
                                    


Semua anak-anak Wak Neni sudah berkumpul. Meski Bang Julian bukan anak Wak Neni, tetapi kehadiran Bang Julian juga tak kalah penting bagi Wak Neni karena ini akan membahas mengenai biaya pernikahan, Rena.

"Baiklah, saya mulai saja, tentunya kamu sudah tau, 'kan Jul maksud Uwak mengundang kalian datang kemari?" tanya Wak Neni memulai membuka percakapan. Bang Jul pun mengangguk.

"Jadi kita akan membahas mengenai biaya pernikahan, Rena dan segala persiapan lainnya mulai dari seragam, pelaminan, catering dan lain sebagainya.

"Kemarin kita sudah berdiskusi kira-kira berapa biaya yang akan di butuhkan. Dan perkiraan 70 sampai dengan 90 juta. Firman dan Yuni akan menyumbang 15 juta, Kinan dan Arya 15 juta, calonnya Rena 30 juta jadi totalnya 60 juta. Masih kurang sekitar 30 juta. Kalian akan nyumbang berapa?" tanya Wak Neni.

Aku sampai meneguk saliva mendengar penjelasan Wak Neni, aku saja waktu menikah dengan Bang Jul tidak sampai menghabiskan biaya sebanyak itu.

Aku menghela nafas, perlahan membuangnya. "Setelah berdiskusi dengan, Bang Jul kemarin kita sepakat untuk nyumbang 10 juta, Wak," jawabku. Sebelum datang ke rumah Wak Neni Bang Jul sudah memintaku untuk menjawab pertanyaan Wak Neni nantinya.

Wak Neni nampak terkejut mendengar penjelasanku, begitupun dengan yang lainnya mungkin mereka tidak menyangka kalau Bang Jul akan menyumbang sebanyak itu, pikirku.

Wak Neni nampak mengusap hidungnya. "Begini, Jul kamu, 'kan yang paling sukses diantara saudaramu yang lainnya apa tidak bisa ditambah lagi?" Pertanyaan Wak Neni diluar dugaan, kupikir segitu sudah membuatnya senang.

"Iya, Jul apa gak bisa kamu tambah lagi?" tanya Teh Kinan.

"Saya tau dari dulu, Bang Jul itu orangnya baik gak perhitungan sama saudara," ucap Yuni menimpali sembari melirik ke arahku, seolah ingin menyindir kalau aku yang menghalangi Bang Jul.

"Kamu gak ngehalangi Julian buat nyumbang ke acara pernikahan Rena, 'kan Del? Masa Julian nyumbangnya cuma segitu?" Teh Kinan langsung bertanya padaku begitu mendengar ucapan Yuni.

"Astagfirullah, enggak Teh," jawabku.

"Ya baguslah kalau begitu," balas Teh Kinan acuh tak acuh.

Astagfirullah, bisa-bisanya mereka berpikir begitu.

"Jadi gimana, Jul kamu mau nambah berapa?" tanya Teh Kinan.

Bang Jul nampak terdiam, dan sekilas melirikku seakan minta persetujuan.

"Ba ...." Belum sempat aku meneruskan kalimatku, tetapi Teh Kinan sudah memotongnya.

"Begini saja bagaimana kalau kamu tambahin lagi 30 juta buat nutupin kekurangannya, ya itung-itung buat balas Budi kamu sama kelurga Uwak. Juga karena sekarang Ramdan tidak bisa nyumbang. Anggap aja kamu juga ngebantu Ramdan nyumbang?" ucap Teh Kinan.

Tentu saja aku terkejut mendengar permintaan Teh Santi dan aku tidak setuju.

Bang Jul nampak terdiam berpikir. Semua orang menanti jawabannya. Aku menghela nafas, ini tidak bisa dibiarkan aku harus bertindak. Kalau nunggu Bang Jul dia pasti tidak tega, dan menuruti permintaan mereka. Apalagi kalau sudah menyebut-nyebut jasa kebaikan mereka.

"Maaf, Teh aku sama Bang Jul bukannya gak mau bantu. Kita sudah sepakat buat nyumbang 10 juta. Kita juga punya kebutuhan lain," jawabku pelan.

"Lho, kita gak minta keputusan kamu, Del. Yang berhak nentuin Julian bukan kamu. Lagian harta Julian itu bukan punya kamu," ketus Teh Kinan.

Rasanya kepalaku langsung berdenyut mendengar jawaban dari Teh Kinan.

"Maaf, Teh Julian setuju sama Dela," jawab Bang Jul, membelaku.

"Lho, kamu ini gimana sih Jul. Kamu gak inget dulu siapa yang ngurusin kamu?" ucap Teh Kinan tak terima.

Terlihat sekali wajah Bang Jul langsung berubah tak enak. "Bukan tidak ingat, Teh Jul selalu ingat."

"Terus kenapa kamu gak mau bantu?"

"Bang Jul bukan gak mau bantu, Teh. Kalau kayak gini namanya bukan minta bantu tapi pemerasan." Lama-lama aku emosi juga.

"Sudah, sudah kalian jangan memaksakan kehendak kalian sama Bang Jul, dia berhak buat ngambil keputusan jangan serakah. Kamu juga Rena kalau memang gak ada biaya bikin pernikahan yang sederhana saja, yang penting terpenuhinya syarat sah menikah." Akhirnya Dimas yang tadinya hanya diam, cuek dan sibuk dengan ponselnya ikut bersuara membela Bang Julian.

"Sudahlah, Bang jangan diturutin keinginan mereka," ucap Dimas ke Bang Jul.

"Dimas kamu ini apa-apaan sih, gak usah ikut campur urusan orang dewasa kamu itu gak ngerti," ucap Teh Kinan kesal.

"Maaf Teh kalau Dimas lancang, Dimas memang gak ngerti urusan orang dewasa yang seperti anak kecil memaksakan kehendak," tegas Dimas yang seketika membuat wajah Teh Kinan memberengut.

"Ya sudahlah kalau kamu memang gak niat bantu," ucap Wak Neni kesal.

***

"Pokoknya, Aa' mesti bantu Rena bujuk Bang Jul biar ngasih uang itu. Rena malu A' kalau nikahnya cuma sederhana apa kata teman-teman Rena," rajuk Rena pada A' Ramdan yang tak sengaja kudengar.

"Lagian ya A' calon suaminya Rena itu pengusaha. Kalau sudah jadi suami Rena pasti Rena bantulah buat kasih Aa' pekerjaan gajinya besar," ucap Rena dengan terisak.

"Beneran, kalau Aa' bisa bujuk Jul nanti kalau Rena udah nikah suami kamu bisa kasih Aa' pekerjaan yang gajinya besar?" tanya A' Ramdan terdengar semangat.

"Ya benerlah, A' masa Rena bohong," jawab Rena seambil menghembuskan ingus.

"Ya sudah kalau begitu kamu tenang saja, Aa' pasti akan bantu kamu buat bujukin Jul."

"Beneran, A'?" Suara Rena terdengar begitu senang mendengar A' Ramdan akan membantunya membujuk Bang Jul.

Oh jadi ini rencana kalian, batinku. Aku sudah mendengar semuanya dan tidak akan kubiarkan kalian memeras suamiku karena gengsi kalian itu.

***

Pulang dari rumah Wak Neni, di mobil wajah Bang Jul nampak begitu sedih, mungkin ia tidak enak karena habis menolak permintaan mereka. Tapi, aku bersyukur akhirnya ia mau membelaku.

"Bang sebelum pulang kita beli makan aja dulu ya!" Bang Jul pun mengangguk dan menghentikan mobilnya di sebuah rumah makan Padang.

"Mau makan di sini atau bawa pulang aja?" tanyaku sembari melepas sit belt.

"Makan di sini aja, Abang juga udah laper."

"Iya, Del Aa' sama Teteh juga udah laper," timpal A' Ramdan.

Akhirnya kami pun turun dari mobil dan memesan tujuh porsi makan. Empat rendang dan tiga ayam goreng.

Setelah menunggu tidak lama kemudian pesanan pun datang, anak-anak nampak antusias begitu pun A' Ramdan dan Teh Santi.

"Oh iya, A' Jul lupa bilang soal lowongan kerjaan yang Aa' tanyain kemarin," ucap Bang Jul di sela-sela makan.

"Alhamdulillah, lowongan ya masih ada jadi kapan Aa' mau ngirim lamaran kerjanya?" lanjut Bang Jul lagi.

"Wah beneran, Jul?" tanya Teh Santi semangat, dan senang. Sementara A' Ramdan terdiam dan bingung. Sepertinya Teh Santi belum tau soal tawaran Rena tadi.

KELUARGA SUAMIKU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang