Part 4: Sesuatu yang Mengejutkan

527 41 0
                                    


Seketika nafasku memburu melihat pemandangan sisa makan A' Ramdan, dan Teh Santi juga anak-anaknya semalam. Piring, cangkir dan sampahnya tergeletak di meja ruang tamu begitu saja, belum lagi sisa nasi, bekas tulang ayam dan sambal yang tercecer di lantai.

Mungkin aku lagi-lagi aku harus maklum karena mereka baru sampai semalam, dan kecapekan. Namun, perasaan kesal tak urung menguasai hati, apa Teh Santi tidak bisa membereskannya lebih dulu sebelum mereka tidur?

Dengan perasaan dongkol aku segera merapikan mejanya, dan mengambil sapu dan alat pel lantai, aku yang tidak suka melihat rumah kotor tentunya merasa tidak tenang melihat itu semua. Saat tengah bersih-bersih, terdengar pintu kamar mereka terbuka, ternyata Teh Santi.

"Eh, Dela rajin amat pagi-pagi udah beres-beres," ucap Teh Santi basa-basi, tanpa ada raut wajah tak enak. Aku hanya tersenyum tipis tanpa menanggapi ucapannya.

Tidak lama kemudian anak sulungnya menyusul keluar. "Ma, Aida laper," ucapnya sembari mengucek mata.

"Iya, Sayang Mama juga laper."

Aku pura-pura tidak dengar dan terus melanjutkan pekerjaanku.

"Em ... Del?" sapa Teh Santi.

"Iya, Teh ada apa?" tanyaku sembari menghentikan aktivitas.

"Em ... Aida laper, kamu udah masak belum?"

"Oh udah Teh ambil saja di dapur tadi aku masaknya banyak, aku mau lanjutin beres-beres dulu!" ucapku.

Biar saja Teh Santi ngambil sendiri, tadi juga aku sengaja masak nasi gorengnya banyak. Karena ada tamu.

"Ada apa, Dek ribut-ribut?" A' Ramdan bertanya sembari menguap dan meregangkan ototnya yang habis bangun tidur.

"Bukan ribut, A' ini si Aida laper," jelas Teh Santi.

"Oh, Aa' juga laper," ucap A' Ramdan sembari mengelus perutnya.

"Oh, ya udah atuh tadi kata Dela dia udah masak banyak, iya, 'kan Del?" tanya Teh Santi lagi memastikan.

"Iya, maaf ya Teh gak apa-apa, 'kan kalau Teteh ngambil sendiri?" tanyaku, bagaimanapun mereka adalah tamu, dan baru datang semalam kupikir tak ada salahnya menjamu tamu dengan baik.

"Iya, Del gak apa-apa."

Mereka pun pergi ke dapur, sementara aku melanjutkan beres-beres. Usai membersihkan ruang tamu aku hendak ke dapur guna menyimpan peralatan tadi, setelahnya baru ngajakin Bang Julian dan Al sarapan.

Saat melintas depan kamar kulihat Bang Julian keluar dari kamar, dan sudah rapi.

"Bang," tegurku.

"Eh, Istri Abang rajin bener," candanya.

"Ayo, Bang sarapan dulu!" ajakku, Bang Julian pun mengangguk dan mengikutiku ke dapur.

Kulihat Teh Santi dan A' Ramdan masih duduk di meja makan.

"Eh, Dela, Julian," tegur Teh Santi melihat kami datang. "Del, nasi goreng buatanmu enak, A' Ramdan sampai minta nambah," ucap Teh Santi sembari tersenyum lebar.

"Iya, Jul ternyata selain berduit kamu juga punya istri jago masak, jadi tidak perlu ngeluarin biaya buat bayar pembantu," timpal A' Ramdan, entah pujian entah apa yang jelas aku tidak begitu suka mendengarnya.

Bang Julian hanya tersenyum tipis, lalu sekilas menatap tak enak kearahku.

Aku melirik ke wajan yang berisi nasi goreng, hanya tinggal sedikit, untuk porsi Al saja tidak cukup. Aku dan Bang Julian saling berpandangan, setelahnya kulihat Bang Julian hanya bisa meneguk saliva, saat tau kalau ternyata nasi gorengnya sudah habis.

KELUARGA SUAMIKU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang