Part 19: Pernikahan

963 58 1
                                    


Begitu pulang dari rumah Wak Neni kemarin, Bang Jul langsung ngajakin ke toko baju membeli baju seragam yang sudah jadi, mau jahit, tidak mungkin karena waktunya tidak akan cukup.

Pagi ini aku dan Bang Jul tengah bersiap untuk datang ke acara pernikahan, Rena. Baju seragam warna maroon dengan motif batik menjadi pilihan kami, karena kemarin hanya warna ini yang tersisa untuk pas dengan ukuran Al.

"Ayo sarapan dulu!" ajakku pada Bang Jul dan Al.

Dengan kompak dua lelakiku itu menjawab semangat.

Kami pun sarapan terlebih dulu sebelum berangkat ke rumah Wak Neni.

Usai sarapan, kami pun kembali bersiap untuk datang ke rumah Wak Neni. Masih pagi, pukul menunjukkan 06 lebih 15. Tetapi, sebagai saudara kami diminta datang lebih awal. Acaranya akan dimulai setengah delapan nanti.

Setelah memastikan mengunci seluruh jendela dan pintu, aku lekas menuju mobil Bang Jul yang masih dipanaskan lalu masuk ke mobil. Perlahan mobilpun meninggalkan halaman rumah, membelah jalan raya, untungnya hari Minggu jalanan sedikit lenggang tidak semacet hari-hari biasa.

Pukul 06 lebih 29 kami tiba di rumah Wak Neni. Anak-anak Wak Neni terlihat sudah rapi dengan seragamnya.

"Ya ampun, Jul kamu ini kayak bukan keluarga aja gak mau seragaman dengan kita," ketus Teh Kinan begitu kami turun dari mobil.

Bang Jul hanya tersenyum, tidak menanggapi mungkin sudah lelah mendengar ucapan-ucapan unfaedah tersebut.

"Bang, sini Bang!" ajak Dimas begitu melihat kami masuk. Bang Jul pun melangkah mendekat ke arah Dimas, sementara aku dan Al mengekor di belakang.

"Udah sarapan belum? Ayo Bang, Teh sarapan dulu!" ajak Dimas ramah. "Al mau makan apa?" Tak lupa Dimas menawari Al.

"Kita udah kenyang, tadi udah sarapan," jawab Bang Jul.

***

Selesai bersiap-siap kami pun berangkat ke gedung yang sudah di sewa, yang jaraknya sekitar 15 menit dari rumah Wak Neni.

Mobil pengantin pun sudah datang menjemput calon mempelai wanita. Rena terlihat cantik dengan balutan baju adat Sundanya.

"Jul, Aa' ikut mobil kamu aja ya!" ujar A' Firman.

"Oh, iya A'," jawab Bang Jul tak bisa menolak, jika A' Firman ikut satu mobil dengan Bang Jul itu artinya Yuni juga ikut. Astagfirullah, aku tidak boleh suudzon, buang jauh-jauh pikiran negatif.

"Aa' ikut mobil kamu ya Jul," ucap A' Ramdan.

Ya ampun, memangnya mau kehutan pada mau ikut ke mobil Bang Julian semua, nanti kalau kena tilang gimana?

"Em, maaf A'! A' Firman udah lebih duluan," jawab Bang Jul.

"Udah, Firman sama Yuni ikut mobil Kinan aja, Aa' males kalau satu mobil sama Tetehmu, cerewet," jawab A' Ramdan.

Tanpa aba-aba lagi, A' Ramdan pun menerobos masuk ke mobil tidak peduli kalau A' Firman sempat protes dan akhirnya mengalah. Di sisi lain aku merasa lega karena tidak harus satu mobil dengan Yuni, karena aku merasa akan terasa canggung.

Perlahan mobil mulai meninggalkan kediaman Wak Neni.

"Jul, juga Dela. Aa' sama Teteh minta maaf ya soal yang tempo hari. Doakan Aa' setelah Rena menikah nanti Aa' beneran dapat kerja," ucap A' Ramdan.

"Iya, A' Jul sama Dela juga minta maaf, Amin semoga saja ya A'," jawab Bang Jul sembari tetap fokus pada kemudi.

"Em, jadi benar A' kalau untuk biaya pernikahan Rena Uwak pinjam online?" tanya Bang Jul.

"Iya, Jul soalnya gak ada pilihan lain, itu juga Aa' yang ngusulin."

"Terus nanti bayarnya gimana?"

"Nanti kalau acara nikahannya, Rena udahan dan dapat amplop banyak sebagian di cicil, sebagian lagi kalau Aa' udah beneran kerja seperti yang dibilang, Rena," jawab A' Ramdan dengan penuh rasa yakin, dan percaya diri.

Arahan dari tukang parkir tempat acara menghentikan percakapan antara Bang Jul dan A' Ramdan. Selesai memarkirkan mobil kami pun segera turun.

Tempat acaranya memang terlihat megah seperti impian, Wak Neni. Entah habis berapa biaya yang dikeluarkan, tadi baik aku ataupun Bang Jul tidak sempat bertanya lagi soal biayanya setelah pembahasan sumbangan kemarin.

Gedung pernikahan yang di sewa, bersebelahan dengan masjid. Jadi, sebelum resepsi terlebih dulu calon pengantin mengadakan ijab qobul di masjid.

Para tamu undangan yang ku taksir seribu lebih terlihat begitu khidmat mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur'an yang dibacakan seorang qori'.

Suasana mendadak menjadi hening, perasaan begitu tenang ketika hanya kalimat Allah yang terdengar menggema memenuhi pendengaran. Betapa kecil dan hinanya diri ini sebagai seorang hamba yang penuh alpa. Tanpa terasa air mataku mengalir.

Setelah pembacaan ayat suci Al-Qur'an sesuatu yang ditunggu-tunggu tiba juga, hal yang mendebarkan bagi calon pengantin yang akan mengikat dirinya dengan ijab qobul. Andika calon suaminya Rena dengan lantang membacakan ijab qobulnya.

"Saya terima nikahnya Rena Putri dengan mas kawin tersebut tunai!"

Begitu mendengar ijab qobul yang di lafalkan Andika dengan lancar, serempak empat orang yang diminta sebagai saksi berucap 'sah' dan diikuti para tamu undangan yang mendengarkan.

Setelahnya para tamu undangan menadahkan tangan, demi mendoakan sepasang pengantin yang baru saja menikah agar menjadi pasangan yang sakinah, mawaddah dan warrohmah.

Usai berdoa, Rena dan Andika nampak sungkeman dengan kedua orang tua mereka ada haru biru saat melihat keduanya memohon doa restu untuk kebahagian rumah tangga mereka kedepannya. Juga meminta maaf, dan mengucapkan rasa terima kasih kepada orang tua yang telah mendidik, merawat dan menyayangi mereka selama ini.

Acara masih terus berlanjut ke saweran dengan cara menghamburkan uang dan kupon hadiah. Setelahnya para tamu undangan dipersilahkan untuk menikmati hidangan yang telah disediakan. Namun, sebelumnya para tamu undangan juga dipersilahkan untuk memberi ucapan selamat kepada kedua mempelai.

Mata Wak Neni begitu nampak berbinar, menerima ucapan selamat, apalagi jika diantara tamu ada yang langsung menyelipkan amplop.

Usai makan-makan, berlanjut lagi dengan rangkain acara adat lainnya. Nginjak telur, berebut ayam panggang, saling suapi nasi tumpeng dan hiburan lainnya.

Dua pasang sejoli bak raja dan ratu itu begitu nampak bahagia.

Acara pernikahan, Rena benar-benar terlihat sangat istimewa. Semoga setelah ini mereka hidup berbahagia.

Aku dan Bang Jul pun merasa bahagia melihat pernikahan Rena akhirnya berjalan dengan lancar tanpa halangan dan rintangan apapun, semoga begitu pun kehidupan mereka kedepannya selalu diberi kebahagian dan kemudahan dalam setiap langkah yang mereka jalani.

Juga harapan-harapan, setelah ini menjadi lebih baik lagi seperti harapannya A' Ramdan yang akan mendapat pekerjaan dan terlunasinya hutang setelah pernikahan ini.

Tidak ada harapan lain selain berharap, Tuhan melimpahkan segala kebaikan juga keberkahan atas menyatunya dua insan dengan ikatan pernikahan, dan juga hubungan keluarga semakin baik lagi.

KELUARGA SUAMIKU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang