Part 17: Pengakuan Julian

839 54 1
                                    

[Bang, makasih ya hadiah bonekanya. Aurel sangat senang. Coba dulu Abang gak pergi mungkin kita tetap bersama] emoticon sedih.

Seketika jantungku berdegup, sementara berbagai pertanyaan berkelabat di kepala.

Apa maksud pesan Yuni?

Rasa penasaran telah membuat fokusku berkurang, aku ingin segera pulang dan meminta Bang Jul untuk menjelaskan maksud dari pesan Yuni tersebut.

Aku segera menepis segala praduga, harus percaya sama Bang Jul, bukankah sebuah hubungan itu akan tetap langgeng karena adanya rasa saling percaya dan setia? Tapi, apa aku juga salah jika meminta Bang Jul memberi penjelasan agar tidak ada praduga dan cemburu?

Aku teringat Rena, apa sebaiknya aku bertanya langsung padanya saja ya? Tapi, apa anak itu akan berkata jujur, bagaimana jika sebaliknya. Aku mondar-mandir dengan perasaan bimbang antara harus bertanya padanya atau tunggu di rumah saja.

Akhirnya aku coba memberanikan diri untuk bertanya pada, Rena.

[Rena, Teteh akan transfer uang yang kamu minta. Tapi, sebelumnya apa boleh teteh bertanya sesuatu yang rahasia, hanya kita berdua?]

Pesan terkirim centang dua. Aku menunggu balasan lima menit, sepuluh menit belum ada tanda-tanda pesannya akan dibalas dibacapun belum, hatiku sedikit gelisah. Aku kembali meletakkan ponsel, berniat untuk mencari makan siang bersama Al. Sembari menunggu pesan balasan.

Tidak lama setelah aku mengambil jaket, sebuah pesan masuk dari Rena.

[Apa?]

Aku menghela nafas mencari kalimat yang pas untuk menanyakan prihal ada hubungan apa sebenarnya Bang Jul dan Yuni, karena aku tidak ingin menduga-duga dan mencurigai Bang Jul.

[Teteh mau nanya. Apa sebelum menikah dengan Teteh, Bang Jul ada hubungan khusus dengan Yuni?]

[Yang Rena tahu, mereka hanya berteman baik. Kenapa memangnya?] tanyanya balik.

Aku menghela nafas, berusaha menghilangkan segala ketidak nyamanan. Rasa penasaran masih mengganjal pikiran, tapi aku tidak bisa mendesak Rena untuk mengatakan sesuatu yang ia tidak tau, setahuku anak itu tidak begitu peduli dengan urusan seperti itu.

[Tidak apa-apa. Baiklah, terima kasih infonya. Mana noreknya?]

Tidak lama Rena pun mengirimkan nomor rekeningnya, dan segera kutransfer sebagaimana janjiku.

[Tapi, kalau Bang Jul lagi ke sini, Teh Yuni memang suka terlihat begitu senang, tak jarang Bang Jul pun suka ngasih sesuatu buat Aurel katanya. Terima kasih transferannya]

Aku tidak lagi berniat untuk membalas pesan dari Rena, Oke setidaknya ada sesuatu yang lain kuketahui selain chat yang sering kubaca di ponselnya Bang Jul.

Usai berbalas chat aku dan Al pun segera keluar untuk mencari makan siang.

***

Menjelang sore, aku untuk menutup toko bunganya, dan bersiap pulang. Meski sibuk bekerja aku tidak lupa ada tanggung jawab yang mesti tetap harus kukerjakan, apalagi kalau bukan masak menyediakan makanan yang diolah tangan sendiri untuk kami sekeluarga.

"Neng, memangnya kamu gak mau cari pembantu? Kasian kamunya kalau harus kerja sambil ngerjain semua pekerjaan rumah," ucap Bang Jul kala itu.

Aku tersenyum, kuakui Bang Jul memang tipe lelaki perhatian. "Tidak apa, Bang untuk saat ini belum," jawabku.

Lamunanku terhenti saat sebuah mobil berhenti tepat di depan toko, sebuah mobil yang sangat kukenal pemiliknya.

Tidak lama kemudian pemilik mobil pun turun dengan senyum khasnya.

KELUARGA SUAMIKU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang