Part 5: Keterlaluan

559 42 0
                                    


Untungnya Al sudah kusuruh masuk ke kamar. Aku terus mengelus dada sembari beristighfar. Ini benar-benar keterlaluan. Bekas sarapan tadi pagi saja Teh Santi enggan membersihkannya, ini untuk yang ke dua kalinya, kalau yang semalam aku masih bisa maklum, tapi untuk yang bekas tadi pagi apa alasannya?

Hatiku benar-benar terasa dongkol, melihat ini semua. Sudah capek kerja diluar seharian pulang-pulang disuguhi pemandangan rumah yang seperti kapal pecah.

"Del, kamu sudah pulang," Tiba-tiba Teh Santi datang mengejutkanku yang tengah menahan geram.

Teh Santi terlihat pucat, apa Teh Santi sakit? Ingin marah, tapi kuurungakan melihat ekspresinya begitu.

"Teteh kenapa?" tanyaku, semarah-marahnya aku tetap saja aku khawatir melihat Teh Santi begitu.

"Dari tadi siang, Teteh pusing dan mual," jawabnya.

Eh, jangan-jangan Teh Santi ... Hamil?

"Sudah minum obat?" tanyaku.

"Sudah."

Tidak lama kemudian saat aku dan Teh Santi tengah bercakap terdengar deru motor memasuki halaman, sepertinya Bang Jul yang pulang.

"Sebentar, Teh aku kedepan dulu ya!" ucapku yang dibalas Teh Santi dengan anggukan.

Benar ternyata Bang Julian yang pulang, aku langsung menyambut tangannya dan menciumnya dengan takzim.

"Assalam ...." Bibir Bang Jul langsung tercekat saat melihat pemandangan dalam rumah, bahkan salamnya pun terputus. "Neng," ucap Bang Julian seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Aku hanya menghela nafas, "Maaf, Bang aku belum sempat beres-beres, Neng juga baru pulang," jawabku.

"Eh, Jul kamu udah pulang?" sapa A' Ramdan dari dalam. "Bawa apaan tuh, baunya makanan?" tanya A' Ramdan lagi sembari tersenyum lebar.

"Iya, A'" jawab Bang Jul.

"Wah kebetulan sekali, dari tadi Aa' sama Teteh belum makan." A' Ramdan mengusap-ngusap perutnya, dan tersenyum lebar.

"Eh, Jul udah pulang?" Teh Santi muncul dari arah dapur, dan berbasa-basi ke Bang Jul.

"Udah Teh. Kok Teteh terlihat pucat?" tanya Bang Jul penasaran begitu melihat Teh Santi.

"Iya Jul dari tadi Teteh pusing dan mual," jawabnya.

"Sudah makan?"

Teh Santi menggeleng, lalu Bang Jul pun menyerahkan makanan yang tadi dibelinya.

"Wah apa ini, Jul?" tanya Teh Santi yang tiba-tiba berubah ceria dengan mata berbinar.

"Makanan, Teh tadi sebelum pulang, Jul sengaja beli buat makan malam."

A' Ramdan melongokkan kepala ke plastik yang dipegang Teh Santi untuk melihat isinya.

"Kalian sudah makan, 'kan Jul? Ayo, Neng kita makan kamu belum makan, ' kan dari tadi," ujar A' Ramdan ke istrinya.

"Iya, A' ayo kita makan, Santi udah laper banget."

Sekarang aku tau alasan kenapa Teh Santi sakit pasti gara-gara belum makan, padahal dikulkas ada banyak stok sayur dan daging tinggal masak apa susahnya.

"Khem ... Kita juga belum makan, A', Teh," ucapku kemudian dengan suara pelan.

"Makanan yang dibeli suamimu sedikit, Del. Kalian, 'kan banyak duit kenapa gak pesan aja lagi," jawab A' Ramdan dengan entengnya.

"Ya gak bisa gitulah, A' kami seharian keluar kerja jadi capek kalau harus pesan lagi, lama juga nunggunya," protesku.

"Neng, udah gak apa-apa," tegur Bang Jul lirih.

KELUARGA SUAMIKU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang