Part 7: Merasa Paling Berjasa

650 45 0
                                    

Demi apa coba Bang Julian beraninya membentakku.

"Abang gak suka ya kalau Istri Abang bercandanya keterlaluan seperti ini!" lanjut Bang Julian kemudian.

Aku melangkah pergi ke arah kamar. Menangis, tentu saja iya hatiku benar-benar sakit mendengar orang yang selama ini sudah kutemani beraninya membentakku. Demi membela saudaranya yang sudah keterlaluan dan tidak tau diri itu. Bang Julian lantas menyusulku.

"Dela, Abang belum selesai bicara main pergi aja. Gak sopan!"

Mungkin iya aku gak sopan, tapi aku lebih tidak sudi Bang Julian memarahi dan membentakku di depan dua benalu itu, makin tinggi dan besar kepalalah keduanya.

"Udahlah, Jul buat apa kamu menyusul perempuan kurang ajar seperti itu, gara-gara tidak suka kami tinggal disini saudara sendiri dikerjain hampir mau mati," tukas A' Ramdan yang terdengar olehku.

"Maafin, Dela ya A'" Bang Julian meminta maaf demiku padahal aku sendiri tidak berniat minta maaf setelah tau kelakuan dan keinginan mereka menghajarku.

Aku menyeka air mataku dengan kasar, dan berbalik menghadap ke arah mereka.

"Sudahlah, Bang tidak usah mengejarku. Bela saja terus saudaramu yang sudah berjasa itu. Bahkan kalau sampai dia ingin memukul dan meremas mulutku kamu tidak usah peduli," ucapku lantang.

Seketika wajah A' Ramdan yang pucat semakin terlihat pucat.

"Apa maksud Neng?" tanya Bang Jul bingung.

"Kamu tanyakan saja pada saudaramu itu!" Aku menunjuk ke arah A' Ramdan yang sekarang terlihat pucat dan gelisah.

"Em ... Aa'- Aa' cuma bercanda. Lagian mana mungkin Aa' tega memukul perempuan," ucapnya takut-takut yang kemudian diikuti senyum terpaksa.

***

"Neng, Maafin Abang ya soal yang tadi. Abang khilaf, Abang tidak bermaksud membentak Eneng," ucap Bang Julian takut-takut saat keadaannya sudah mulai tenang. Wajahnya terlihat menyesal.

Aku hanya mengangguk, ya mungkin aku memang keterlaluan dan salah.

"Tadi, Abang sudah takut saat kamu beranjak pergi, waktu Abang bentak. Abang takut kayak di cerita-cerita itu, Eneng pergi ninggalin Abang, gara-gara Abang bentak Eneng," ucap Bang Julian penuh sesal.

Rasanya aku ingin tertawa melihat ekpresi wajahnya yang begitu kelihatan sedih dan menyesal, juga mendengar penjelasannya yang katanya takut ditinggal istri gara-gara dibentak karena ngebela saudara. Ah ternyata diam-diam Bang Julian suka baca cerita-cerita di KBM juga.

"Iya, Bang Neng juga minta maaf. Gak mungkinlah Neng ninggalin Abang, dan biarkan Abang tinggal bersama saudara Abang yang semena-mena itu!" ucapku gusar. "Eneng gak rela lah Bang kalau sampai rumah ini jadi milik mereka," lanjutku.

"Jangan keras-keras, Neng gak enak kalau sampai terdengar oleh mereka," keluh Bang Julian.

"Habisnya aku empetlah Bang melihat kelakuan mereka yang udah kayak Tuan rumah, memangnya aku babu mereka?" ketusku.

"Sabar ya, Neng kita doakan semoga A' Ramdan segera dapat kerjaan."

"Gimana mau dapet kerjaan, Bang kalau cuma malas-malasan dan belagu kayak gitu, Abang tawarin kerja di kantor Abang jadi OB gak mau. Katanya malu lulusan sarjana jadi OB. Apa dia gak lebih malu hidup berpangku tangan?"

Bang Julian nampak kebingungan menghadapiku yang sudah terlanjur emosi.

"Ya sudah nanti, Abang akan coba bicara sama A' Ramdan."

KELUARGA SUAMIKU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang