Part 6: Julian Marah

720 49 0
                                    


Sudah satu minggu lebih, A' Ramdan dan keluarganya tinggal di sini. Namun, nampaknya belum ada tanda-tanda A' Ramdan akan pergi atau pun cari pekerjaan, mereka hanya sibuk bermalas-malasan. Kalau ditanya kapan akan cari kerja, A' Ramdan pasti berdalih.

"Kalian, 'kan tau sendiri cari kerja di kota itu tidak mudah."

Padahal, Bang Julian sudah menawarkan pekerjaan di kantornya sebagai OB.

"Masa, Aa' yang sudah serjana ini kamu tawarin, OB Jul?"

Memang susah ngehadapin orang yang gengsinya tinggi. Tetapi, gak punya apa-apa, dan memilih hidup berpangku tangan sama saudara sendiri.

***

Hari ini aku sengaja meliburkan diri, dan berniat ke pasar untuk membeli kebutuhan dapur sekalian ngantar Al ke sekolah.

Sebelum berangkat aku berniat pamit terlebih dahulu ke Teh Santi, aku pun melangkah menghampiri kamar yang mereka tempati.

"Gimana, keputusan Aa' buat ngajak kalian tinggal di sini udah benar, 'kan?"

"Iya, A' kalau kayak gini terus Eneng betah, A'. Seumur hidup pun Eneng gak masalah kalau hidup numpang. Kita udah kayak Tuan dan Nyonya," jawab Teh Santi.

Mereka pun tertawa. "Jangan keras-keras A' nanti kedengaran," tegur Teh Santi pada suaminya.

"Iya, lagian sudah seharusnya Jul, berbuat baik sama Aa' kalau bukan karena keluarga Aa' mungkin hidupnya tidak akan bisa enak seperti sekarang ini." Dengan pongahnya A' Ramdan terus-terusan menyebut-nyebutkan jasa keluarganya.

Aku yang mendengar dari balik pintu geram bukan kepalang, tanganku terkepal ingin sekali rasanya aku menyuapi dua sejoli tidak tau diri itu dengan sambal geprek level paling pedas biar tau rasa.

"Ya udah atuh, A' Neng mau keluar dulu mau ambil minum!"

"Ya udah, Aa' juga mau ngerokok dulu ke depan!"

Setelahnya terdengar langkah menuju pintu, aku pun pura-pura tidak tau dan segera mengetuk pintu. Begitu pintu terbuka mereka berdua nampak terkejut, namun kubalas dengan senyum seolah tidak mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Teh, aku pamit antar Al dulu ya sekalian mau kepasar." ucapku seperti biasanya.

"Ka-kamu udah lama di situ, Del?" Tergeragap Teh Santi bertanya.

"Baru kok, Teh. Memangnya ada apa Teh?" tanyaku pura-pura.

Terlihat keduanya langsung saling berpandangan, dan menghela nafas lega.

"Ya udah kalau gitu, Aa' ke depan dulu!" pamit A' Ramdan. Teh Santi pun mengangguk.

"Ya udah, Teh aku juga mau berangkat ya!"

"Oh iya, Del," jawab Teh Santi.

Setelah pamit aku pun segera keluar bersama Al, di teras depan terlihat A' Ramdan sedang duduk santai sembari menyalakan rokok. Sudah kayak bos aja kelakuannya, bikin kesal.

"Eh, Dela mau ke pasar ya?" tegur A' Ramdan basa-basi. "Aa' titip bakso ya udah lama Aa' gak makan bakso."

"Teteh juga ya, Del!" Teh Santi ikut bersuara sembari melongokkan kepala di depan pintu.

"Ya sudah mana uangnya, Dela cuma bawa uang pas buat beli sayur!" jawabku.

"Ya pake uang kamulah, Del kamu kan tau sendiri Aa' belum dapat pekerjaan. Lagian itu uang juga uangnya Julian.

"Kamu harus ingat, Del kalau bukan keluarga Aa' Julian gak mungkin bisa hidup enak seperti sekarang ini, kamu juga bisa nikmatinnya," jawab A' Ramdan santai.

KELUARGA SUAMIKU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang